Selasa, 30 Oktober 2012

Tersenyum


Tersenyum…

Apakah anda pernah memperhatikan hubungan guru dengan para murid yang mengesankan adanya energy positif disekitanya?

Tak diragukan lagi, saat sang guru tersenyum
( Kathy Paterson )





dok : kompas.image


“Bapak masih galak seperti dulu ya?!” ungkap seseorang, setelah kami bermain bulutangkis bersama. Kata itu pula yang mengingatkan saya bahwa ia adalah mantan murid saya waktu SMP, memang saat itu ada beberapa orang gabung ikut latihan bulutangkis bersama dengan jadwal rutin bapak guru kayawan.  Saya jawab dengan senyuman, kemudian ia melanjutkan obrolan dengan mengatakan, "pak , saya juga bersyukur karena disiplin yang diterapkan  bapak dulu membuat saya menjadi sekarang ini dan dapat mengikuti kuliah kedokteran dengan baik”. “ emang apa hubungan dengan bapak?” Tanya saya sekenanya. “ karena saya menjadi  terbiasa disiplin  dan dapat mengikuti tuntutan  tinggi yang diterapkan dosen praktek saya di UI,  … jadi tidak kaget lagi dengan kondisi dan situasi yang menuntut disiplin tinggi “ ia menjelaskan kaitan kegalakan saya dengan kuliahnya.  Terbersit rasa bangga juga, punya murid yang ‘berhasil’.

Kata ‘galak’ , menjadi permenungan saya saat liburan kenaikan kelas. Banyak hal terbayang dalam pikiran dangan istilah tersebut. Apakah benar selama ini saya galak? apakah saya telah  membuat anak takut ? ah.... tidak!.. aku harus menjadi guru yang tidak membuat anak takut!....pikir saya dalam hati  Kemudian saya mencoba mencari jawab dengan banyak membaca literatur  tentang pendidikan dan pengajaran., baik di media masa ataupun buku-buku ataupun mengikuti berbagai seminar.  Setelah banyak membaca , pun tidak serta merta mudah untuk mempraktekan apa yang ada dalam buku atau seminar-seminar  dalam ruang kelas. Akhirnya saya mencoba untuk memaksa diri sendiri untuk memulai tersenyum saat mengajar, khususnya saat mengawalinya. Tapi itupun sulit karena anak-anak  tidak saya libatkan dalam perubahan yang saya usahakan. Lama berpikir, akhirnya saya memberanikan diri dengan membuka tiap pelajaran dengan melibatkan juga murid untuk tersenyum dengan sebuah salam senyum. setelah menerima salam dari para murid, saya saya jawab dengan "salam senyum', “ Selamat pagi …. tetap semangat!. …tetap tersenyum !! ………” diluar dugaan saya, murid menjawab dengan lebih semangat dan senyum serta raut wajah sangat ceria, penuh rasa senang, dan situasi ini berlangsung selama pembelajaran……saya merasa terharu sekaligus tertantang untuk juga lebih semangat dan selalu senyum …mengajar dengan perasaan senang…senang juga bersama murid di kelas. Wah, benar-benar memberikan energy positif baik bagi murid, tertutama  bagi saya,  yang mendampingi murid belajar dikelas. Sungguh sangat menyenangkan mengajar dengan gembira.

Bagaimana kalu kita susah tersenyum ?.. ah , bagaimana anak bisa disiplin kalau kita harus tersenyum, sekarang aja dengan kita tegakkan disiplin, masih banyak  murid  yang tidak mau disiplin, apalagi kalau kita harus tersenyum semakin banyak lagi yang tidak disiplin. Dan banyak lagi ungkapan yang membuat kita tidak tersenyum. Tidak gampang membiasakan sesuatu yang mestinya baik jika dilakukan. Dalam sebuah buku yang saya baca memberikan gagasan untuk kita selalu gembira, mungkin baik jika dapat menjadi salah satu referensi kita belajar tersenyum. Berikut sepuluh cara untuk menunjukkan kegembiraan. (Kathy Peterson,2007)
1.     Senam wajah.
 Ada tujuh belas urat untuk tersenyum maka senyumlah setiap saat dan tersenyumlah kepada siapapun. Semakin anda kurang nyaman, semakin banyak anda perlu tersenyum.  Mark Twain pernah mengatakan bahwa cara paling baik untuk membeuat suasana gembira adalah dengan membuat orang lain bergembira.
2.     Berlatihlah tersenyum di depan cermin.
Katakana pada diri anda sendiri bahwa anda adalah orang yang selalu ceria, dan keceriaan itu akhirny menjadi suatu kebiasaan.
3.     Katakanlah pada diri anda sendiri bahw anda adalah orang sellu ceria, dan keceriaan itu akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, cobalah buat pernyataan yang positif : Saya adalah periang dan saya suka senyum .
4.     Pakailah teknik ‘STOP’ untuk menghindari pemikiran yang sinis dan negative: secara psikologis anda harus dapat menghentikan pikiran anda bila pikiran negative mulai merayap ke benak anda.
5.     Berusahalah berbicara pada diri sendiri untuk bersikap positif, optimis, dan mau menerima.
6.     Sebelum atau dalam perjalanan  menuju tempat kerja, putarlah kaset atau CD yang ceria, music yang indah, atau lawakan-lawakan yang lucu.
7.     Ingatlah diri anda bahwa untuk menampilkan kecerian itu, anda tidak harus dalam suasanan yang sedang bergembira. Keceriaan merupakan keadaan pikiran yang disengaja. Pada saat tertentu, pilih saja atau tentukan saja bahwa anda sedang ceria.
8.     Mulailah hari-hari anda dengan berbuat baik atau mengatakan sesuatu yang membuat orang lain merasa senang. Tindakan menyenangkan orang lain akan mendapatkan reaksi yang menyenangkan pula dari orang lain yang juga akan membuat anda merasa senang.
9.     Bersikaplah tenang. Keceriaan akan menghilangkan stress. Bila anda mengalami bahwa rasa ceria itu berkurang atau menurun, tariklah napas dalam-dalam dan berjalanlah perlahan-lahan sejauh tiga langkah.
10.                        Buatlah semacam daftar aktivitas atau situasi yang membuat anda merasa frustasi, atau marah, atau suasana yang dipenuhi dengan emosi negative. Kemudian, pilihlah cara untuk menghindari hal tersebut atau tentukan pendekatan untuk mengatasi hal tersebut dengan ketepatan hati yang kuat dan buatlah hasilnya seceria mungkin.
Berikut saya cuplikan juga beberapa ungkapan tentang senyuman dari Jost Kokoh Pr, yang mungkin mampu memberikan kekuatan bagi kita untuk belajar tersenyum, ….

Suatu senyuman adalah cahaya di jendela wajahmu

Senyuman adalah menciptakan jarak terpendek antara kau dan aku.

Senyuman adalah  lengkungan yang bisa meluruskan semuanya.

Suatu senyuman adalah cara yang tidak mahal guna memperbaiki penampilan anda.
Bahkan bisa mengantar anda lebih cepat tertidur bila anda memasang senyuman.
Dengan senyum kau tampak lebih cantik, dengan tawa kau lebih sehat, dengan doa kau lebih bahagia.
Sebuah senyuman yang tulus adalah ibarat hujan  yang membasahi bumi sehabis kemarau panjang.
Bahkan bila anda mengangkat telpon senyumlah lebih dahulu. Orang diseberang sana tahu apakah anda sedang tersenyum atau tidak.

    Saya teringat kata orang bijak, yang mengatakan  senyuman itu menular dan membuat orang yang tersenyum itu merasa lebih baik pula.  Seorang Jokowipun dalam pilkada DKI yang lalu bersenjatakan senyuman, "Nggak punya senjata, biasa saja. Senjatanya ya senyum saja, nggak perlu pakai isu-isu," ujar Jokowi.  Beberpa waktu yang lalu juga ratusan simpatisan mengajak warga tersenyum sambil melepaskan balon  dalam kampanye gerakan mari Tersenyum yang digelar Himpunan Psikologi Indonesia di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, rabu ( 10/10). Gerakan tersenyum adalah salah satu cara mencegah depresi yang diadakan untuk memperingati Hari Kesehatan Sedunia. Mari kita kampayekan senyuman mulai dari ruang kelas kita.  

Buku sumber :
1.        Jost Kokoh, “Mimbar Altar”, Kanisius Jakarta
2.       Kathy Paterson, “55 Teaching Dilmmas” 

Minggu, 28 Oktober 2012

Air Galon


Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah….selalu.
Aih … air kau memang rendah hati.
(Jost Kokoh, Pr)




Hujan malam itu tidak terlalu deras, namun membuat seorang bapak mengalami kesulitan  mengendarai sepeda motornya  karena jalan yang dilewati kurang penerangan jalanya dan ditambah angin yang bertiup cukup kencang. Dibelakang tempat boncengan terikat galon air mineral kosong terikat dengan tali karet ban bekas. Memang malam itu bapak tua ini mencari warung yang masih menjual air mineral bermerk.  Memang akhir-akhir ini air mineral bermerk sering mengalami kekosongan stock dibeberapa warung atau toko maupun agen.
Bapak tadi mengendarai sambil teriangiang akan percakapan dengan istrinya sore tadi. Keluarga tersebut , hari ini memang sangat padat acaranya, pagi ada acara diluar kota, menghantar keponakan pentas tari dalam rangka minggu misi di kawasan Bintaro, dan siang hingga sorenya menghadiri undangan doa arwah saudaranya di daerah perumnas. Sehingga sore jelang malam keluarga ini baru tiba di rumah kembali, tentu dengan sisa tenaga yang ada. Sebagai seorang ibu yang memperhatikan kebutuhan keluarganya, melihat air galon hampir habis dan cadangan air galon kosong.  Istri meminta kepada suaminya, ‘ Pak air galon  mau habis, … tolong beli air galon, karena cadangan kosong semua!”, dengan mimik wajah  meminta, karena takut kesulitan mencari air galonnya. Suaminya menjawab dengan ketus, karena kecapaian dan ingin istirahat , “ Ntar aja! ... besok aja! …  Airnya masih cukup sampai besok!”  jawab  suaminya sekenanya.  Sambil mendampingi anak mengoreksi PR yang sudah dikerjakan Sabtu kemarin , istrinya meminta tolong lagi, “ Pak tolong pak, air galon akan habis, tidak cukup untuk malam mini!... Kasihan anak bungsu kita  ntar malam tidak dapat minum susu!”. Sekali lagi suaminya menjawab, “ ah … capek istirahat dulu! Besok aja!.”, sambil tiduran di kursi tamu panjang.

‘ Gubyak,’ galon air yang barusan dibeli lepas ikatan sebelahnya, sehingga galon tadi bergantungan di sebalah kanan motor, membuyarkan pikiran bapak tentang peristiwa sore tadi. Kemudian bapak tua tadi menghentikan motor, memperbaikai ikatannya, lalu melanjutkan perjalanan pulang dengan hujan yang deras. Memang bapak ini menolak membeli air mineral, tapi setelah istrinya msuk ke kamar menidurkan anak-anaknya, bapak tadi berubah pikirannya, mengambil galon kosong dan pergi berangkat membeli air mineral.

Tapi ‘lamunan’ tadi  membuat sadar bapak tua ini  dan menambah semangat dalam mendapatkan air galon bagi keluarganya. Sampai di rumah air galon diturunkan, dan kembali mengambil galon yang kosong yang kedua,  karena warung tadi masih banyak persediannya. Diiringi dengan  hujan deras,  motor dikendarai bapak tua  menuju warung . Tapi sampai di warung , pintu dan gerbang sudah ditutup karena memang malam itu hujan deras, sehingga pemilik memilih untuk tutup lebih awal.  Apes juga, … udah bersemangat untuk mencari air mineral  kok ya malah tutup, padahal aku udah sadar atas kesalahanku  menolak permintaan istrinya untuk mencari air gallon’ pikirnya dalam hati sambil menatapi pintu dan gerbang yang tertutup. Cukup lama ia menatapi pintu dan gerbang yang tertutup, dibawah hujan yang terus membasahai jas hujannya……yah!?!…Bapak ini malah tersenyum sendiri, ia merasa inilah cobaan dari-Nya bagi orang yang tidak segera menjawab ‘siap’ atas permintaan baik istrinya. Dengan tetap senyum-senyum sendiri, bapak tua membalikkan arah motornya menuju ke pom bensin, kebetulan persedian bensin motornya  tinggal sedikit. Jarak warung dengan pom bensin lumayan jauh, …’ ah dari pada pulang tidak ada hasilnya lebih baik isi bensin aja …..’pikir bapak tua dalam hatinya. Setelah mengisi bensin dan masih turun hujan, bapak tadi memilih  arah pulang ke rumahnya lewat jalan yang tidak biasa,  dalam hatinya ia ingin sekalian menghibur diri dan berusaha tidak marah dengan peristiwa ini. Jalan yang dilalui memang lebih jauh, memutar bila dibandingkan jalan biasa yang sering dilaluinya. Setelah beberapa lama , secara kebetulan, di kegelapan jalan serta hujan yang semakin deras, ia melihat warung  terbuka sedikit dan  nampak di sana tumpukan air mineral bermerk yang dicari. Dengan wajah basah kena air hujan, bapak tadi tersemyum dalam hati, …..  ah Tuhan terimakasih Engkau memberikan kemudahann ini pada anakmu . Dan  semakin semangatlah bapak tadi membeli dan mengangkat sendiri air galon ke tempat boncengan motor.  Dipenuhi dengan hati yang penuh kegembiaraan dan suka cita bapak tua,  akhirnya berhasil membawa pulang air galon untuk keluarganya.  Sampai di rumah istri sudah bangun, setelah menidurkan anak-anaknya, ia merasa heran akan semangat dan keceriaan sang bapak, istrinya tidak bertanya…  mengapa.

Marilah kita lebih meneladan Bunda Maria yang selalu SIAP dipakai Tuhan kapanpun. ( Jost Kokoh, 2009) Maria siap menjalankan tugasnya dengan setia dan penuh tanggungjawab. Ia berjalan dari Nasaret ke Betlehem, dari Betlehem ke Mesir, dari Mesir kembali lagi ke Israel, dan seterusnya. Ia siap menaati perintah Tuhan. Ia siap mengasihi sesamamnya. Intervensi Maria tampak dalam saat yang tepat. Maria siap pada masa-masa awal dan masa-masa akhir hidup Yesus. Maria siap ketika hidup Yesus di bait Allah serta mukjijat pertamanya di Kana. Maria siap tampil lagi ketika berdiri di kaki salib Yesus. Maria siap ada dan menemani para rasul di Yerusalem. Maria siap bersalin di kandang domba karena tapak Yesus harus berbekas di jerami dan kandang yang begitu sederhana. Sungguh Maria selalu siap.
 Marilah kita belajar untuk ‘siap’   sesuai panggilan kita masing-masing. Sebagai orang tua siap melayani istri/suami serta anak-anak. Sebagai guru siap melayani nurid-muridnya, … datang tidak terlambat,  murah senyum, menyempatkan waktu bersama murid-murid, mau mendengarkan keluhan yang disampaikan para muridnya dan tetap semangat dalam mengajar serta yang pasti tetap rendah hati. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah … air kau memang rendah hati. Siapkah kita dipakai Tuhan?


Sumber buku : Josh Kokoh, (2009) Meriman Bersama Maria,Yogyakarta:  Kanisius

Kamis, 18 Oktober 2012

.... ayo berdoa!


Pa, ma … ayo berdoa!


“ …  Tuhan mengetahui kepada siapa bayi itu diberikan.
Dia mengetahui betapa kita membutuhkannya
dan betapa ia membutuhkan kita”
( Eva Fortier )



Membaca cerita dari bukunya  Rahkito Jati, OMI, saya  teringat akan perjalanan hidup keluarga kami ….
Dalam hidup kadang yang datang atau yang kita terima, kalau sesuai dengan hati kita, kita akan merasa sangat bahagia atau bersyukur atas apa yang kita terima tersebut, namun akan sangat berbeda jika yang kita terima tidak sesuai dengan yang kita harapkan, mungkin kita akan mengerutu, sedih, memerlukan waktu untuk dapat menerimanya, atau  bahkan menolak hal yang seharusnya kita terima tersebut.
Demikian juga dalam kehidupan kami, waktu Tuhan memberikan  kepada kami anak , yang kemudian dalam perjalanan anak  kami menjadi anak tuna rungu . Tak henti-hentinya kami berdoa mencari tahu, apa yang Tuhan mau kepada kami terhadap pemberian-Nya itu. Tapi saya sangat bersyukur  mempunyai istri yang  rajin berdoa, segala sesuatu pemberian-Nya selalu dibawanya dalam doa. Khususnya devosi kepada Bunda Maria sangat besar, sehingga memberikan kekuatan dan rasa syukur atas setiap yang diberikan-Nya,  serta memberikan rasa ringan dalam menjalani peziarahan hidup.
 Awalnya kami menerima kabar kelahirannya anak kami,bahwa anak kami jantungnya bermasalah, sehingga kemungkinan  tak akan berumur panjang.  Tapi kami dikuatkan oleh seorang dokter  bahwa jika percaya pada penyelenggaraan Ilahi pasti Dia akan menolong. Dari penguatan tersebut,  kami, khususnya istri menjadi lebih sering berdoa khususnya doa Rosario, kebetulan di rumah sakit Carolus, tempat anak kami pertama lahir, ada tempat doa kepada bunda Maria. Inilah yang membuat saya sebagai suami menjadi lebih kuat lagi dan juga mencoba menyerahkan segalanya kepada penyelenggaraannya.   Setelah anak kami serahkan kepada Tuhan dalam sakramen permandian atau babtis. Anak kami perkembangan yang baik.
 Setelah lewat cobaan yang pertama, muncul lagi cobaan lain bahwa anak kami ini tidak dapat melihat,. Lagi-lagi kami diingatkan kembali untuk menyerahkan segalanya dalam doa dan tetap berusaha. Doa kami terkabul, anak kami sehat, pengelihatanpun normal.
Dalam perjanan kami mendapatkan jalan keluar untuk kesembuhan permasalahan jantung anak kami, kamipun tak henti-hentinya berdoa dan berdoa. Tuhan memang sangat baik umatnya,juga bagi kami. Kami mendapat jalan keluar atas permaslahan jantung anak kami melalui operasi di RS Jatung Harapan Kita,yang sebelumnya kami sangat tak berpikir mampu melakukannya, tapi berkat kebaikan-Nya, banyak yang memberi bantuan  baik informasi ataupun bantuan lainnya. Operasi  berjalan lancar, permasalahan jantung mendapatkan kesembuhan.
Dalam perjalan kemudian anak kami, mendapat suatau hal yang cukup menyesakan hati kami, anak kami tidak dapat mendengar. Lagi-lagi kami harus menerima ini dalam doa. Doa kami berilah yang terbaik bagi kami. Yah…. kami  tetap bersyukur dan kami selalu mohon kekuatan. Kami mendapat kekuatan, meski kekuatan kami naik turun pada awalnya. Tapi sangat bahagia anak kami sehat meski tidak dapat mendengar.
Lagi-lagi kami mendapat kemudahan dalam hidup mendampingi anak kami, memang doa mempunyai kekuatan yang sangat besar. Anak kami sekarang sudah tumbuh sehat dan belajar di SDLB Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hal yang lebih kami syukuri anak kami mampu memberikan semangat dan kekuatan bagi kami untuk melakoni hidup ini. Anak inipun tumbuh dengan sehat, cerdas dan menyenangkan. ‘Pa …. Ma  ayo berdoa!’ kata anak kami tiap hendak pergi tidur, mengingatkan kami meski kadang kami sudah ngantuk , akhirnya kami semangat lagi berdoa bersama sebelum tidur, “ Papa  tidak tertib! ‘ kata anak kami setiap kami meletakan barnag tidak pada tempatnya. Atau,  “papa tidak boleh marah! ….papa harus sabar!” kata nya sambil mennunjuk kepada kami jika kami saat mendampingi belajar kurang sabar atau karena kelelahan kami cepat marah, rasanya nyes dalam hati hingga tidak jadi marah. Jika kami pulang kerja atau saat ada acara diluar kemudian membawa sesuatu makanan /snack  atau sesuatu barang, tak henti-hentinya selalu mengucapakan terima kasih, “Papa/mama terimakasih …..terima kasih!” sambil memberikan wajah yang sangat menyenangkan atau gembira serta bahasa tubuh, menempalkan tubuhnya , memberikan acungan jempol,  yang membuat kami orang tuanya terharu, kadang meneteskan air  mata. Sekarang jika ada acara sekolah atau acara lain dan makanan itu kesukaan anak kami, kami memeilih untuk tidak saya makan tetapi saya bawa pulang untuk anak saya..Atau kami sengaja  membelikanya jika ada moment tertentu.  Dan yang membanggakan anak tidak lupa  mengucap kata “ Maaf ….” jika melakukan kesalahan, baik kepada kami orang tuanya ataupun kepada temen-temannya. Kepada   adiknya mampu ngemong, meski kadang adiknya belum memhami apa yang diucapakan kakaknya dia cukup sabar manakala adiknya melakukan sesuatu yang kurang menyenangkanya. Itulah kehidupan yang membuat kami selalu mendapat kekuatan jika kami mengalami kelesuhan.

‘Orate!’ yang berarti ‘berdoalah!’…….

Setelah setahun medalami tentang eksristi, marilah kita sambut  tahun Iman 2012 ini dengan  lebih meningkatkan kebiasaan doa kita, khususnya doa di dalam keluarga kita masing-masing . Ada  ungkapan  orang Skotlandia : “ rumah yang tidak ada atapnya” ungkapan ini ditujukkan untuk keluarga/ rumah tangga yang tidak pernah punya kebiasaan berdoa keluarga bersama.(cerita Tonne).. kiranya ini menjadi refleksi bagi keluarga kita masing-masing, untuk meningkatkan kebiasaan doa dalam keluarga. Mengutip dari Mgr. Suharyo, beliau menegaskan doa yang baik adalah kalau doa itu membuat kita menjadi semakin hening:sederhana dimata Tuhan, tidak muluk-muluk dalam kat-kata, tetapi juga tidak bertele-tele dalam nalar. Semoga keluarga-keluarga kita selalu diberkati. (bewe Okt2012)

Sumber buku :
1.      Rahkito Jati, OMI, “Segelas Susu”
2.      Josh Kokoh, Pr, 2009, “Mimbar Altar”,  Yogyakarta : Kanisius

Selasa, 16 Oktober 2012

Guru ( harus) sehat


Guru (harus) sehat

dok : Kompas.com


“Orandum est ut sit mens sana in corpora sano”
bahwa hanya didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.
( Dalam Satire X, Decimus Junius Juvenalis, yang hidup pada pergantian abad II ke abad I SM ),


Siang  sepulang  sekolah pukul 15.00 beberapa bapak guru karyawan bertahan di pintu belakang SMP , sebagian nunggu di tepi lapangan basket belakang. Itulah kebiasaan sebagain guru di hari Rabu, hal yang sama juga terlihat di hari Jumat, tapi nunggunya di depan hall  SMP . Mengapa mereka tidak segera pulang? Padahal hari tersebut  tidak bertugas sebagai pendamping atau pelatih eskul, ternyata mereka, sebagian bapak guru karyawan, ada kegiatan olah raga bersama. Pada hari rabu olah raga bersama  bola volli di lapangan boal volli SMP sedangkan untuk hari Jumat bapak guru karyawan olah raga bulutangkis di lapangan bulutangkis kampung sebelah sekolah.
Dalam menjalankan tugasnya seorang guru dituntut untuk mempunyai fisik yang baik, guna menjalakan tugasnya yang tidak ringan dalam mendampingi murid-muridnya. Karen Katafiasz dalam bukunya “ Teaching Therapi”Perhatikanlah! Mengajar itu penuh tantangan. Benahilah dirimu secara fisik. Usahakanlah untuk makan siang yang sehat, sediakanlah waktu untuk berolah raga, dan beristirahatlah yang cukup. Seorang guru dengan jam mengajar rata-rata 30 jam mengajar, membuat soal, koreksi, membuat administrasi, tugas-tugas tambahan dan pendampingan siswa yang bermasalah ataupun mendengarkan cerita, keluhan ataupun hal lain, ini  membuat fisik dan juga mental guru dituntut dalam keadaan yang prima.Olah raga bersama atau olah raga yang dijadwalkan sendiri merupakan salah satu usaha untuk memperkuat kesehatan fisik dan mental guru. Dalam olah raga bersama,  selain berolah raga disela-sela bermain atau saat istirahat  meraka ngobral sana-sini yang membuat ringan pikiran kita kadang pula  melucu sehingga membuat tertawa.  
Dalam praktiknya guru sulit untuk meluangkan waktunya untuk olah raga baik bersama maupun olah raga dengan jadwal sendiri. “Kapan kami punya waktu untuk olah raga ?” sering hal itu terucap jika kita diminta untuk olah raga, meski tahu manfaatnya berolah raga. Mungkin kita perlu untuk memaksa diri meluangkan waktu kita untuk berolah raga, supaya tetap dapat melayani murid-murid dengan lebih baik. Dengan guru yang sehat banyak hal dapat dirasakan muridnya, gurunya menjadi lebih bersemangat, bergairah dalam mengajar, sabar dan murah senyum . dan pada gilirannya para murid mampu juga  menerima dan mengikuti  pembelajaran dengan lebih bersemangat. Ingat kebaikan, entah senyuman, kesabaran dan kebijaksaan pasti menular kepada muridnya.” Bergairah dengan mata pelajaran yang engkau ajarkan. Kegembiraan mudah menjalar” (Karen K).
Semoga semakin hari kita semakin menyadari dan mau menjaga kesehatan, baik dengan olah raga  maupun dengan kegiatan pola hidup sehat lainnya. Dalam tajuknya majalah HIDUP edisi 39, mengingatkan “ orang yang berkencenderungan sakit-sakitan, biasanya pikiran mereka juga berkencenderungan rumit. Sebaliknya mereka yang senantiasa berbadan yang sehat, apabila kita amati, tampak  pula bahwa pikiran mereka sederhana dan lurus”.kiranya mendorong kita, khususnya guru, untuk benar-benar memperhatikan kesehatan baik fisik maupun kesehatan rohaniah. Saya sangat terkesan kepada dua sahabat,guru pendamping OSIS, yang memberikan kenang-kenangan atas suatu tugas tertentu dengan memberikan buku kecil kepada beberapa guru. Ini merupakan satu usaha untuk membantu memelihara kegemaran membaca guru, yang pada gilirannya juga memelihara kesehatan rohaniah guru. Moga ini menjadi tradisi untuk menjaga kesehatan fisik maupun rohaniah dikalangan guru. Guru memang mesti selalu sehat. (bewe Okt 2012)


Sumber buku :
1.      Karen katafiasz, “ Teacher Therapy” (Terapi Menjadi Guru yang Baik)”, 2004, penerbit OBOR, Jakarta.
2.      Majalah HIDUP edisi 39, Tahun k-66, 23 September 2012
3.      St. Kartono, “Menjadi guru untuk muridku”, 2011, Kanisius, Jakarta





Minggu, 14 Oktober 2012

menjadi guru


Terapi menjadi Guru yang Baik

dok : Kompas Image


Waktu  saya pergi ke toko buku depan gereja Kristoforus, Grogol,  saya mendapati  sebuah buku kecil warna coklat yang sudah agak kusam. Mungkin buku itu sudah lama dipajang dan kurang mendapat perhatian  pengunjung, karena letaknya menempel dinding kaca yang  sering terkena sinar matahari siang. Tertarik dengan judulnya, saya menemukan kalimat :

Ingatlah para guru yang mempengaruhi hidupmu demi kebaikan ….
Apa yang telah mereka lakukan?
Bagaimana mereka memberikan apa yang engkau butuhkan?
Ikutilah teladan mereka.
(  Karen Katafiasz )

Banyak buku tentang menjadi guru yang baik, tapi menurut saya buku kecil ini memberikan sisi lain menjadi seorang guru. Setelah sekian tahun saya menjadi guru, hanya mengandalkan teori-teori keguruan,  rasanya berat dan saya sering mengalami kesulitan mempraktekan di ruang kelas, karena banyaknya  administrasi gur yang cukup banyak dan tugas-tugas tambahan lainnya.  
Buku ini memberikan hal sederhana dan  hal-hal yang dibicarakan seolah menjadi bagian dari diri keseharian saya, sehingga terasa seperti melayani dengan kehidupan diri. Misal  Jika ingin memberikan yang terbaik bagi murid, ya ingat saja hal-hal yang baik yang kita rasakan saat guru kita mendampingi kita. Atau inspirasi-insipirasi lainnya : bergairahlah, dengarkanlah, hormatilah dan bertindaklah dengan jujur,  adil, dan tulus terhadap murid kita. Ini membuka kesadaran saya bahwa  mendidik dan mengajar harus memperhatikan kebutuhan dan  mampu membentuk kehidupan yang memberikan harapan sekaligus tantangan bagi masa depannya.
Saya  diinggatkan juga, sebagai guru yang banyak tantangan,   untuk mampu mengatur diri :  kesehatan, waktu istirahat, juga kesehatan rohaniahnya,  dengan olah raga,  makan yang bergizi dan  menghadirkan Tuhan dalam ruang kelas, melalui sikap kita yang adil, jujur dan bijaksana.
Dan banyak lagi yang menyegarkan kita sebagai seorang guru, baik guru muda maupun bagi guru-guru yang telah lama mengajar pun juga bagi calon guru, misalnya murid di dalam kelas merasa diterima, aman dihormati, dan ditantang untuk masa depannya. Secara lengkap “terapi menjadi guru” disajikan di bawah ini.
Tulisan dari buku ini,  dimaksudkan hanya sebagai ‘pintu’ bagi kita  agar dapat masuk kedalam suatu pengalaman yang menyentuh saat  melayani murid-murid kita   dan membuka wawasan kita dalam meningkatkan pelayanan itu sendiri. Yang ujungnya,  mendapatkan hasil dan buah dari pelayanan kita,  ya murid kita sendiri. Sehingga kita tidak harus urut membacanya untuk mendapatkan yang sesuai dengan  pengalaman  kita. Ambil yang cocok dengan  suasana hati kita yang akan kita gunakan dalam ruang kelas saat melayani para murid.  


1.      Melewatkan masa hidupmu dengan melakukan hal-hal yang berarti merupakan yang terbesar dari segala prestasi.
Mengajar itu berarti.

2.      Ingatlah para guru yang mempengaruhi hidupmu demi kebaikan ….
Apa yang telah mereka lakukan?
 Bagaimana mereka memberikan apa yang engkau butuhkan?
 Ikutilah teladan mereka.

3.      Sadarlah bahwa engkau mengajar jauh lebih banyak daripada satu mata pelajaran.
 Engkau sedang membuka pikiran dn hati;
 Engkau sedang membentuk kehidupan.

4.      Pancarkan semagat kepada murid-muridmu, tehadap pembelajaran, hidup dan untuk mengikutsertakan para murid dalam pembelajaran dan kehidupan.
Murid-muridmu dan dirimu akan jauh lebih kaya.

5.      Bergairah dengan mata pelajaran yang engkau ajarkan. Kegembiraan mudah menjalar.

6.      Dengarkan dan hormatilah impian para muridmu.
Kemudian, berikanlah mereka tantangan untuk mencapai yang lebih tinggi.

7.      Anak-anak membutuhkan aturan dan pedoman yang sehat untuk belajar dan bertumbuh secara baik.  Berikanlah para muridmu aturan-aturan yang tegas, wajar, dan konsisten.

8.      Bertindaklah dengan jujur,  adil, dan tulus. Dengan melakukan hal-hal seperti itu, engkau mengajarkan nilai-nilai tersebut secara langsung.


9.      Gunakanlah pengaturan yang baik untuk meningkatkan efektivitas dan membentuk kerangka harimu. Kalau engkau membawa pekerjaan ke rumah, buatlah keputusan secara sadar untuk melakukanya. Engkau membutuhkan waktu senggang untuk tetap segar dan hindarkanlah suasana yang memudarkan semangatmu.

10.  Saat engkau meminta muridmu untuk bertanggungjawab, engkau juga harus bertanggung jawab kepada mereka. Hormatilah tanggung jawabmu; penuhilah janji-janjimu.

11.  Perhatikanlah!  Mengajar itu penuh tantangan. Benahilah dirimu secara fifik. Usahakanlah untuk makan siang yang sehat, sediakanlah waktu untuk berolah raga, dan beristirahatlah yang cukup.

12.  Peliharalah dirimu secara rohaniah. Pusatkanlah dirimu dalam Tuhan; sadarkanlah akan kehadiran Tuhan dalam ruang kelasmu.

13.  Para mrid membutuhkan satu ruang kelas, di mana mereka merasa diterima, aman dihormati, dan ditantang. Buatlah suasana ruang kelasmu seperti itu.

14.  Engkau memiliki banyak wewang dalam ruang kelas yaitu wewenang untuk mengatur nada dan wewenang untuk membuat diri seorang anak bersedih atau bergembira. Gunakanlah wewenagmu demi kebaikan.

15.  Ajarilah murid-muridmu  bahwa melakukan keslahan itu lumrah. Kesalahan bukan alas an untuk merasa maluu, tetapi kesempatan untuk belajar dan berbuat lebih baik.

16.  Akan ada waktu tertentu saat mana engkau tidak mudah berhubungan dengan seorang murid. Saadarlah akan perasaan dan pilihan-pilihan dan berusahalah menjadikan hal-hal tersebut lebih penting dengan berusaha memberikan perhatian dan perlakuan yang sama terhadap setiap anak.

17.  Berikanlah dukungan mendasar kepada murid-muridmu, bukan karenakelakuan mereka tetapi selau karena keberadaan mereka sebagai manusia. Bahkan, saat  engkau tidak menyukai mereka, engkau dapat  mencintai mereka.

18.  Bisa saja terdapat begitu banyak godaan dalm pikiran dan hati para muridmu, seperti keadaan keluarga yang terganggu, persahabtan yang berubah, ketidakpastian, kebingungan , dan ketakutan. Kenailah mereka sebagai pribadi yang utuh.

19.  Sadarilah bahwa bagi beberapa murid, sekolah adalah sebuah tempat istirahat, sebuah tempat yang aman. Jagalah sekolah sebagai tempat yang aman bagi mereka untuk menyatakan diri dan menjadi diri mereka sendiri.

20.  Setiap hari engkau memiliki kesempatan untuk menawarkan dunia kepada murid-muridmu, memberi  mereka pengetahuan dan pengalaman yang mengubah kehidupan. Nikmatilah kemungkinan-kemungkinan yang ada tersebut.

21.  Bantulah murid-muridmu merenungkan kekuatan mereka untuk berprestasi dan menjadi yang terbaik. Kepuasan kana pa yang mereka capai member mereka kehormatan diri.

22.  Sekolah dapat menjdai tempat-tempat murid-murid belajar bahwa mereka berguna dan dapat mengimbangi pelajaran-pelajaran tidak sehat yang mereka pelajari di tempat lain. Berikanlah mereka kesempatan untuk itu.

23.  Peliharalah dirimu secara  mental. Teruslah belajar;  kembangkanlah bakat-bakatmu. Usaha tersebut akan meningkatkan dan menguatkan hidupmu sert memberimu dimensi-dimensi baru untuk dibagikan pada para muridmu.

24.  Ingatlah bahwa murid-muridmu sedang dan berkembang. Bersabarlah dengan pikiran dan semangat yang sedang bertumbuh itu.

25.  Humor dapat menjadi sarana yang sangat berpengaruh. Gunakanlah humor dengan lembut, bijaksana, dan jangan pernah menggunkannya untuk menyakti orang lain.

26.  Peliharalah dirimu secara psikologis. Hadapilah kebutuhan   dan persoalan-persoalanmu, sehingga tidak mencoba memenuhi kebutuhanmu itu dari pemberian murid-muridmu.

27.  Carilah dukunga, pengertian, nasihat, dan gelak-tawa pada rekan-rekan gurumu. Mereka dapat menjadi sumber kearifn dan kekuatan.

28.  Berpikirlah positif tentang dirimu; beri dirimu satu dasar yang kokoh dengan menyadari bahwa engkau baik-baik saja.
Orang merasa engkau baik bila engkau juga merasakan hal yang sama tentang dirimu.

29.  Sadarilah bahwa apabila engkau dalam keadaan aman, engkau dapat mengahadapi  rasa tidak aman seorang anak; bilamana engkau senang dan santai, engkau menenangkan  ketakutan seorang anak.
Dengan memelihara dirimu, engkau dapat membantu murid-muridmu.

30.  Berkli-kali sepnjang hari, engkau menghadapi pilihan-pilihan; engkau dapat menghrgai atau engkau menghilangkan; engkau dapat meneguhkan atau tidak manusiawi. Buatlah pilihan secara sadar.

31.  Ingatlah betapa sulit untuk menjadi seorang anak, betapa rapuh dan rentannya anak-anak yang berada di dunia, di mana mereka tidak yakin akan diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak mau menunjukkannya. Di dunia ini engkau dapat menjadi seorang pembimbing yang penuh kasih.

32.  Bila hari-harimu terasa sulit, moralmu enurun, ingatlah kembali mengapa engkau menjadi seorang guru. Ingatlah kembali saat-saat ketika engkau menyadari bahwa menjadi guru merupakan pilihan yang tepat.

33.  Sadarilah bahwa engkau adalah orang dewasa dan murid-muridmu masih anak-anak. Namun, sadarilah bahwa engkau juga memiliki perasaan sebagai anak-anak yang membutuhkan perhatian dan kasihmu. Jangan biarkan perasaan akan kebutuhan itu berinteraksi dengan murid-muridmu.

34.  Ketahuilah bahwa dalam hal-hal berbeda, murid-muridmu cerdas. Gunakanlah teknik-teknik pembelajaran yang berbedauntuk mencapai segala jenis kepandaian yang mereka miliki : verbal, logis, visual, badaniah, musical, interpersonal, dan diri.

35.  Hargailah keunikan setiap muridmu sebagai bagaian keanekaragaman ciptaan Tuhan yang melimpah. Teguhkanlah segala keunikan anak-anak, bakat mereka yang beragam, dan latar belakang kebudayaan mereka yang berbeda.

36.  Semangatilah murid-muridmu. Biarkanlah mereka mengetahui bahwa mereka dapat melakukan hal-hal yang berbeda, sehingga dunia dapat menjadi lebih baik karena eksisitensi mereka.

37.  Percayalah terhadap potensi manusia yang tak terbatas. Apabila engkau menharapkan yang terbaik dari murid-muridmu, engkau akan mendapatkanya.

38.  Engkau memiliki kemampuan untuk menyentuh kehidupan untuk kehidupan dengan cara yang tak terbatas dan menakjubkan. Bersyukurlah bahwa engkau seorang guru!
Semoga  ada beberapa hal yang dapat bapak ibu jadikan inspirasi kita dalam melayani murid-murid kita.  Semoga ! ( bewe okt2012)


( Sumber buku: Karen katafiasz, “ Teacher Therapy” (Terapi Menjadi Guru yang Baik)”, 2004, penerbit OBOR, Jakarta)