Sabtu, 24 November 2012

Belajar melihat


Belajar melihat




Manusia diciptakan menurut citra Allah yang adalah kasih.
Maka tangannya untuk memberi,
hatinya untuk mencintai,
mulutnya untuk menghibur,
bibirnya untuk menebarkan senyum
( Mgr. FX Prajasuta MSF )


Sesuai rencana pagi ini sekalian berangkat sekolah saya mampir SPBU untuk beli  bensin. Saya sengaja berangkat lebih pagi, agar tidak antri lama, sehingga tidak terlambat tiba disekolah. Sampai di SPBU kawasan Citra Raya sudah ada antrian cukup panjang, karena memang tiap pagi hanya ada  satu petugas yang berjaga. Sambil antri, iseng-iseng saya hitung,  saya antrian yang ke-8.  Sambil memperhatikan petugas yang mengisi ke kendaraan  , tiba-tiba kendaraan jenis matic yang dikendarai seorang perempuan nyelonong memotong barisan tepat di depan saya. Ah…. Orang ini tidak tahu aturan, …. Orang kok tidak mau tertib! .  Perasaan saya mulai tidak nyaman melihat orang yang tidak mau antri, antara jengkel campur marah. Apakah tidak tahu bahwa untuk mendapatkan pelayanan harus antri?  Apakah  sudah menjadi kebiasaannya  berlaku tidak tertib? Akhirnya saya berusaha menghalangi kendaraannya supaya ia keluar dari antrian. Usaha saya hampir berhasil , tetapi tiba-tiba  pengendara ini berbalik memadang saya dengan senyuman  yang tulus untuk meminta ‘ijin’ untuk mendahului, disertai anggukkan kepala ….memohon saya memberikan tempat baginya. Ah …… mengapa saya egois, mungkin ia sudah tergesa-gesa ingin sampai ke tempat kerja? Mungkin tadi pagi sudah bangun lebih pagi tapi ada kerepotan keluarganya, anaknya sakit atau kerepotan lainnya, sehingga tergesa-gesa pagi ini? Mengapa saya tidak mau mengalah? Mengapa saya tidak mau  membantu orang lain yang mungkin lebih membutuhkan    untuk lebih cepat sampai tempat kerja?

Dalam hidup ini kerelaan untuk berbagi waktu, tenaga maupun materi sudah jarang kita temui. Lebih banyak orang yang memperkaya diri tanpa  memperdulikan orang lain bahkan tega mengambil hak orang lain untuk keperluan diri. Pejabat korupsi sering menghiasi media masa kita tiap hari. Semakin hari bukannya  semakin berkurang bahkan semakin bertambah baik jumlah maupun kualitasnya. Terkadang kita perlu melihat sesuatu kejadian tidak hanya dalam satu sisi, benar atau salah, kita juga dituntut ‘melihat’ jauh dibalik kejadian tersebut, saya tidak membenarkan perilaku korupsi tetapi kejadian disekitar kita membutuhkan ‘mata hati’ kita dari pada hanya menggadalkan mata saja !.

 Anak-anak sekolah lupa mengerjakan tugas rumah, siswa terlambat masuk sekolah atau siswa sampai ketiduran dikelas hendakanya ini menjadi kesempatan kita  sebagai guru tidak tergesa-gesa menerapkan aturan secara kaku dengan mengurangi poin siswa tapi siswa diajak bicara, mau meluangkan waktu mendengarkan siswa menjelaskan  dibalik itu semua.  Anak-anak kita dirumah kadang susah diatur, susah diajak untuk belajar atau mengerjakan tugas-tugasnya, sebagai orang tua kita diajak merefleksikan apakah kita sudah juga memberikan teladan  dalam menjalakan tugas kita sebagai orang tua?. Mengajak belajar anak tapi orang tua  tetap asyik menonton sinetron, atau sibuk dengan BBM-an? Lalu kalau anak tidak nurut, orang tua mengedepankan amarahnya… . Marilah kita mampu melihat disekitar kita dengan ‘mata hati’ kita bukan hanya melihat yang didepan mata kita saja. Perempuan yang nyelonong telah mengajarkan saya untuk melihat bukan apa yang terjadi didepan mata saya saja, lebih dari itu untuk  melihat dengan dengan ‘mata hati’ saya.

Ada perasaan  lega juga damai tatkala kita tidak cepat-cepat mevonis kesalahan orang hanya dengan melihat apa yang terjadi di depan mata kita. Pun orang lain merasa dihargai sebagai manusia saat di dengarkan perasaannya oleh orang lain. Indah sekali saat kita berani memulai menjadi orang yang mau melihat dan mendengarkan orang lain, dengan tetap tersenyum tentunya……..( bewe 251112)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar