Selasa, 27 November 2012

Rp.5.000


Rp. 5.000


“Bila Anda membantu orang lain mengatasi masalahnya,
Anda sudah mengambil kekuatan mereka”
( Paul Hanna )



Sore hari pulang sekolah, perasaaan saya terasa  tak nyaman, karena beberapa hari ini, motor yang saya gunakan tiap hari,  terasa  nggak beres. Namun tahu kondisi tak nyaman tetap saja saya gunakan untuk kegiatan kerja karena saya malas ke bengkel. Memang sih ini tak baik bagi ‘kesehatan’ motor,  tapi banyak pertimbangan yang membuat malas ke bengkel.  Salah satunya sebabnya belum ketemu bengkel yang cocok di hati, setelah bengkel langganan saya pindah ke Aceh, pemiliknya  kembali ke kampung halaman. Benar saja, sore hari ini motor tiba-tiba mati tanpa ada tanda kerusakan sedikitpun. Tak biasanya mesin mati seperti ini, pasti bukan busi atau kerusakan yang sepele, pikir saya. Benar, kucoba stater berulang kali tidak ada tanda ‘kehidupan’ .

Motor saya dorong mencari bengkel terdekat,. Tidak lama setelah mendorong kelihatan ada bengkel kecil, karena ada spanduk iklan sebuah pelumas, biasanya bengkel terdapat spanduk iklan yang terkait denga spare part atau oli motor . Meski kecil dan kelihatan sangat sederhana, tetap saja motor saya bawa ke bengkel tersebut daripada mencari bengkel yang besar tapi jauh dan belum tentu ada disekitar sini. Setelah saya standarkan motor, saya minta bantuan pemilik sekaligus montirnya, saya tahu montirnya karena dia sedang memperbaiki motor orang lain.Ia bertanya bagaimana penyebab dan peristiwa matinya mesin motor. Setelah saya ceritakan bahwa mesin mendadak mati dan larus listriknya juga mati. Kemudian dengan cekatan ia membuka kap lampu depan dan memeriksa kabelnya. Setelah merasa cukup ia berpindah membuka tutup tempat aki berada, ia memeriksa ‘bendik stater’ ( stater relay) . selanjutnya cek antara lampu dengan stater dan dilanjutkan pekerjaan lainnya, yang saya tak paham sama sekali . Hanya dengan waktu kurang lebih 30 menit, dengan mengganti dan menyabung kabel serta memperbaiki beberapa elemnen mesin, akhirnya mesin kembali dapat ‘hidup’ . Dengan cekatan ia merapikan kembali pekerjaan serta tak lupa mengelap semua kotoran bekas pekerjaannya  yang menempel pada body motor .  Setelah selesai  saya menanyakan ongkos jasa yang harus saya bayar, bang Dudi demikian nama montir, kukenal karena ada tertulis di dalam bengkel “Bengkel Bang Dudi” , menyebut angka ‘Rp. 5.000!’. Tidak percaya dengan pendengaran saya,  … yang HANYA Rp. 5.000, lalu kembali saya tanyakan, ‘Berapa bang ongkosnya ?  ‘Lima ribu rupiah saja’, jawabnya sekali lagi. Ah……….. murah amat, baik benar orang ini.

Dengan pekerjaan yang sangat membutuhkan ketrampilan yang cukup tinggi, waktu yang  lama terpakai serta penggantian kabel dan selotip CUMA dihargai Rp. 5.000………tidak percaya.Mungkin ia terbiasa dengan harga yang murah atau dia memang tidak terlalu ngoyo dalam mencari uang, atau pada dasarnya suka membantu orang.  Rasanya saya malu terhadap saya sendiri, sering saya enggan memberi  waktu bagi muridku  meski hanya sejenak dengan alasan waktu istirahat! Atau kurang sabar bila ada murid yang bertanya yang kurang bermutu!.... sekarang didepan saya  dihadapkan  orang yang sederhana, yang dengan kesederhanaannya selalu membantu orang dalam setiap pekerjaannya, saya merasa kecil. padahal di dunia sana,  sekarang banyak orang berlomba untuk menaikkkan  harga tinggi agar dapat untung  yang berlipat-lipat. Dengan dalih  slogan:  banting harga! ….. discount besar-besaran……..SALE!! atau cuci gudang, yang sebenarnya harganya kadang sudang dinaikkan terlebih dahulu, hal itu hanya merupakan  trik pemasaran saja. Kita pun kadang juga berbuat sama, bila diminta bantuan teman, sahabat atau orang lain, kadang kita juga ‘jual mahal”’ dengan alasan sibuk, tidak kenal, tidak mempunyai waktu atau bahkan terang-terangan menolak, meskipun orang lain itu sangat membutuhkan uluran tangan kita. 

          Bang Dudi, seorang bengkel motor,  hari ini telah menyadarkan saya untuk ‘bermurah hati’  terhadap orang lain disekitar kita; anak, pembantu, teman kerja, tetangga ataupun orang yang saya  jumpai dalam kehidupan saya meski belum saya kenal.  Ah aku harus berani membantu orang, memberikan waktuku untuk membantu sesamaku. Saya jadi bermimpi bila para pemimpin negeri ini meniru sikap bang Dudi,  berani hidup sederhana dan  jujur dalam melayani rakyatnya, pasti negara ini cepat sejahtera. Marilah kita tebarkan kemurahhatian kita pada orang lain disekitar kita ………… (bewe 28nov1213)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar