Kamis, 13 Desember 2012

Belajar berubah


Belajar berubah

                                                                                nurhaiprayogi.blogspot.com

“Kita tidak dapat mengatur arah angin,
Tetapi kita dapat menetapkan
Ke mana kita akan pergi”
( Paul Hanna )


“REMIND. Rapat koordinasi nanti malam Selasa, 11 Des 12 di ged serbaguna dimulai pk. 19.00. mohon panitia hadir tepat waktu, Tuhan memberkati” hampir tiap minggu sms senada  masuk ke hp saya, karena memang telah disepakati tiap selasa, biasanya dimulai jam 20.00WIB  ada rapat koordinasi . Saking seringnya dapat sms seperti itu sehingga saat sms masuk, tidak dilihat secara lengkap, hanya merasa diingatkan bahwa hari Selasa ada rapat. Hal itu berlangsung beberapa kali dan belum  pernah berubah. Sampai minggu kemarin saat saya hadir jam 19.45 WIB , tiba di tempat rapat , perasaan saya  mengatakan rapat telah berlangsung lama karena sosialisasi sudah tahap akhir dan minum peserta rapat sudah  pada habis atau hampir habis. Kemudian saya mengambil tempat duduk  paling belakang, dan segera mengambil HP,  buka sms pemberitahuan rapat, uh…malu rasanya dalam  sms  tertulis  rapat jam 19.00 WIB bukan jam 20.00 WIB seperti biasanya.  Dua hari sebelumnya juga, hal kurang lebih sama terjadi secara bersama. Saat itu seorang  teman, yang kebetulan akan ketempatan doa berikutnya, selesai doa advent mengingatkan kepada umat yang datang bahwa hari Selasa doanya ditempat beliau, dengan santai teman lain bertanya, “ ada acara doa apa pak, kok saya tidak dapat undangan?” kata salah seorang umat. Umat lainnya langsung bersautan bertanya dengan pertanyaan yang kurang lebih  sama. Bapak tersebut dengan sedikit tersenyum   menjawab, “ Sudah saya duga, bapak ibu semua berpikir doa advent selanjutnya hari Jumat, padahal khusus minggu depan doanya hari Selasa  dan Jumat”. Betul juga disadari bahwa  di benak umat doa advent biasanya tiap hari jumat. 

 Anak-anak dijaman  sekarang dapat mempunyai  pandangan atau penilaian yang menjadi kekhasan   orang tuanya  dalam mendampingi  perkembangannya. “Ah … paling mama tidak akan lama marahnya, tenang aja, biasanya mama nurut apa yang kita minta”, atau saat ditanya, “ada PR tidak?”, anak punya ‘senjata’ jawaban , “tidak ada ma!” atau “ sudah saya kerjakan pa!” agar kegiatan bermainnya tidak terganggu atau diminta berhenti dulu untuk mengerjakan  PR. Karena anak anak sudah ‘paham’ bahwa papanya atau mamanya biasanya  tidak akan cek buku agendanya, mereka sudah tahu orang tua malas membuka agenda, hal ini dimanfaatkan oleh anak untuk tidak jujur.   

 Orang tua, termasuk saya, sudah saatnya  untuk lebih ‘teliti’ atau berani mengubah kebiasaan yang kurang baik agar tidak ‘terbaca’ anak, sehingga dimanfaatkan anak untuk bermalasan. Saya sebagai guru pernah  melihat beberapa anak yang cukup ‘cerdik’ memanfaatkan kebiasaan guru untuk menutupi kemalasaanya atau untuk mencapai hal-hal yang kurang produktif bagi perkembangan murid. “ah …duduk dulu aja tidak usah tergesa-gesa, biasanya  bapak itu /ibu itu terlambat masuk kelasnya”. Kini saatnya kita sebagai orang tua belajar berubah, berubah  lebih kreatif dalam mendampingi putra-putri kita, dengan berbagai variasi atau cara pendampingan yang beragam. Kreativitas dan keberagaman dalam mendampingi anak tidak hanya mengurangi atau menghilangkan cap negatif  tapi lebih dari itu anak akan melihat dan menjadikan  kita sebagai  model atau keteladanan dalam kreativitas dan keberagaman dalam kehidupannya. Akhirnya untuk berubah, kreatif serta mampu menerapkan berbagi cara bukan hanya urusan anak tapi kita sebagai orang dewasapun dituntut juga melakukannya. ( bewedes1213)