Minggu, 23 Juni 2013

Pengumuman dan pelepasan SMP Tarakanita GS 2012/2013


Pelepasan
SISWA - SISWI SMP TARAKANITA GADING SERPONG
Tahun pelajaran 2012 – 2013


“ Duc In Altum”
Sabtu 01 Juni 2013, Auditorium III tarakanita Gading Serpong



















































































Dok : SMP Tarakanita GS

Minggu, 09 Juni 2013

Asah kecerdasan dengan bersepeda


Asah kecerdasan bersepeda

                                        gambar : sepeda worldpress

                Jelang liburan sekolah banyak kegiatan bermunculan untuk mengisi kegiatan liburan tersebut. Bermain layang-layang, bermain bulu tangkis, bersepeda dan lain-lain. Kegiatan pengisi liburan dipengaruhi  pada beberapa hal, hobi/kesenangan, ketersediaan peralatan permainan, lingkungan tempat tinggal, kebiasaan, jenis kelamin, kreativitas, keuangan dan hal-hal lain.

Terkait dengan isu global, maka jenis kegiatan yang banyak dipilih anak-anak atau dipilihkan orang tua antara lain kegiatan  bersepeda, baik bersama teman sebaya maupun bersama keluarga atau komunitas. Sekarang ini hampir di setiap daerah atau tempat,  sepedaan ini banyak dipilih dengan berbagai ragamnya, ada yang sepeda gunung, sepeda yang stang nya dibalik kebawah, atau sepeda yang batangnya dibuat panjang serta kreativitas lainya.

Beberapa hari lalu anak saya meminta dibelikan sepeda, baik yang anak yang kedua  maupuan anak yang bpertama . Meski sepeda yang dibeli biasa dan murah , tetapi ada semangat dan suasana baru yang sebelumnya tak datampak. Biasanya bangun anank-anak siang jika  liburan seperti sekarang ini, tetapi setelah mempunyai sepeda mereka bangun pagi dan cepat mandi kemudian langsung bermaian-main dengan sepeda putar-putar sekitar rumah. Si kecilpun  tak mau ketinggalan meski belum bisa naik sepeda tapi saat bermain sepeda heboh ceritanya meski hanya menuntun ditempat yang menanjak ataupun memasukan sendiri  sepeda ketempatnya , sangat seru. Dengan bermain-main sepeda,  tak disadari anak belajar  keseimbangan dan strategi sederhana,  yaitu mengusahakan sepeda tidak jatuh ataupun mengusahakan sepeda dapat di bawa ketembat yang lebih tinggi.  Serta juga belajar merangkai kalimat atau cerita, anak bercerita bagaimana dia dapat menuntun, jatuh, medirikan kembali atau bercerita serunya menghindari halangan . Hal ini membuat saya bangga, karena selama ini anak kedua dikenal lebih pendiam dari pada kakanya, sekarang menjadi  banyak bicara dan mampu bercerita dalam waktu yang panjang, lebih  cerewet. Wajah ceria dan semangat membuat saya bahagia melihatnya.   

Tadi pagi di rumah saudara di Cibubur , sempat baca koran Kompas mengenai bersepeda. Beberapa hal menarik  sepertinya  menegaskan pilihan kegiatan liburan dengan bersepeda adalah  tepat. Dalam tulisanya di buku Desain sepeda Indonesia Dudy Wiyancoko, bersepeda merupakan terapi. Dudy menjelaskan  bahwa Masyarakat perkotaan setiap detik terbiasa melihat sesuatu dari balik Layar Telivisi, Monitor computer, telepon selular,, bahkan dari balik kaca monil. Segala sesuatu pun menjadi serba tak langsung dan berjarak. Dengan bersepeda mereka merupakan bagian dari kehidupan nyata. Bersentuhan dengan realita. ( Kompas 9 Minggu 2013)

Hal lain ungkapkan Psikolog  dari Klinik Terpadu Fakultas psikologi Universitas Indonesia, Nina Surti Aryani. Bersepeda adalah  kegiatan luar ruang yang member banyak manfaat. ( kompas, Minggu 9 Juni 2013)

1.   Berseda dapat mengeluarkan energi negatif   dan menggantilkan energi positif. Keceriaan akan  mudah  muncul sehingga sangat baik  jika bersepeda dilakukan bersama keluarga.
2.     Kedekatan emosional akan lebih meluas dan mendalam.
Apalagi , jika sekeluarga menyenangi, mereka akan berbagi minat dan itu bisa  membina  kedekatan
3.     Bagi anak kemampuan bersepeda menunjukkan koordinasi motorik pada kaki dan tangan sudah baik. Juga sensorik  auditori dan visualnya
Koordinasi motorik yang baik membuat anak lebih konsentrasi serta lebih baik dalam mengatur diri dan emosi
4.     Sebagai terapi fisik, mental dan kecerdasan.
Anak yang suka bersepeda, matannya terbiasa melihat jarak jauh.
Pada anak yang lebih suka main komputer, matanya terbiasa melihat dekat. Akibatnya  gerakan bola matanya akan lebih sering diiringi gerak kepala sehingga lebih lambat dalam membaca.

Wah ..... banyak sekali manfaat bersepeda, khususnya dijaman sekarang dimana anak tak pernah jauh dari  layar monitor, baik gadget ataupun layar computer/TV. Mari kita isi liburan anak dengan bermacam – macam kegiatan, khususnya yang  mampu menggerakan setiap kecerdasan anak, baik  motorik, auditori maupun visualnya. ( bewe 2021 )

Sumber  bacaan :
Kompas Minggu, 9 Juni 2013

Merasa Cukup Kaya

kliping
Merasa Cukup Kaya
Oleh INDRA TRANGGONO
Kompas , 8 Juni 2013

                   gambar : www.hidupkatolik.com


orang bisa disebut kaya jika ia memiliki banyak kemungkinan untuk melakukan berbagai tindakan yang meluhurkan kemanusiaan.
( Budayawan YB Mangunwijaya )


Merasa cukup, itulah yang kini hilang dalam kesadaran etis bangsa ini. Menumpuk-numpuk kekayaan dan mengejar kenikmatan pun jadi "etos" baru seiring dengan maraknya korupsi.
Terminologi rumongso cukup (sadar pada kecukupan) diintrodusir kritikus sastra dan budayawan Faruk. Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada itu melihat dan merasakan kaya tanpa mengenal batas telah menjadi pilihan mayoritas bangsa demi meraih berbagai kenikmatan, kenyamanan, dan "kehormatan" sosial. Kerakusan pun menjadi watak yang sepenuhnya tidak lagi dikutuk, tetapi justru dirayakan.

Masyarakat pun semakin permisif (serba boleh). Kaum koruptor pun tak lagi mendapatkan sanksi sosial yang berat, tetapi justru "dimaklumi", bahkan disambut dengan selebrasi. Siapa pun yang korupsi atau menjadi bagian dari persekongkolan penyolongan duit rakyat kini justru semakin populer dan "diterima" publik. Tanpa disadari, politik media massa—yang meletakkan negativitas sebagai basis pemberitaan—telah mengapitalisasi isu korupsi beserta aktor-aktornya menjadi komoditas.

Menjadi kaya merupakan hak setiap bangsa. Namun, kearifan Jawa memberikan peringatan: sugih tanpa ngasorake diri lan liyan (menjadi kaya tanpa harus mengorbankan kehormatan diri sendiri atau orang lain). Ini terhubung dengan ucapan pujangga Ronggowarsito: sak beja-bejane wong kang lali ising bejo wong kang eling lan waspada (kesadaran lebih utama dari lupa/khilaf).

Dari sini, dalam konteks kekayaan, perlu dikutip pelesetan yang mengatakan: sak beja-bejane wong kang sugih, isih beja wong kang duwe rasa cukup, nanging ya tetep sugih (keberuntungan orang kaya masih kalah beruntung dengan orang yang punya rasa cukup, tapi ya tetap kaya).

Meja makan

Kekayaan merupakan pencapaian diri yang sah sepanjang ia tetap dalam kontrol moral dan etik. Dengan kaya kita bisa menolong diri sendiri dan orang lain dari tekanan kemiskinan yang berpotensi menghilangkan martabat. Artinya, kekayaan bukan tujuan hidup, melainkan menjadi jalan budaya untuk membangun keberadaban manusia.

Budayawan YB Mangunwijaya mengatakan, orang bisa disebut kaya jika ia memiliki banyak kemungkinan untuk melakukan berbagai tindakan yang meluhurkan kemanusiaan. Dunia kemungkinan itu adalah nilai-nilai ideal kehidupan yang disangga secara kolektif.

Merasa cukup dalam menyikapi kekayaan merupakan konsep etik dan moral. Ia tidak hanya menghindarkan manusia dari watak tamak, tetapi juga membangun moralitas yang melekat pada kesadaran untuk selalu mau berbagi dengan orang lain. Ibaratnya, orang kaya yang berbudaya tidak akan memperlebar meja makannya hingga menggusur hak-hak orang lain. Ia merasa cukup dengan meja makannya yang kecil atau sedang sehingga masih tersedia ruang bagi orang lain untuk turut menikmati nasi dan lauk kesejahteraan.

Namun, kini yang terjadi pada mayoritas bangsa ini—terutama yang memiliki kuasa politik, ekonomi, sosial, dan budaya—justru menyelenggarakan festival kerakusan dengan ramai-ramai memperbesar meja makan masing- masing. Mereka pamer menu makanan berharga jutaan untuk sekali makan di depan orang- orang yang hanya bisa membayangkan rasa kenyang.

Dengan meja makan yang terus diperbesar, mereka tidak mengenal rasa cukup. Kekayaan yang mereka peroleh bukan menerbitkan rasa syukur melainkan justru menambah rasa lapar mereka untuk meraih kekayaan yang lebih besar, dengan cara-cara yang menyimpang moral dan melawan hukum.
Pada masa Orde Baru, orang sudah cukup syok mencuri uang negara bernilai puluhan atau ratusan juta. Akan tetapi, kini para koruptor merasa belum "berprestasi" jika belum mampu nyolong duit negara miliaran atau triliunan rupiah. Ketamakan telah merevitalisasi korupsi terkait jenis, teknik, dan capaiannya.


Imaji kebangsaan

Dalam sikap hidup yang permisif atas materi dan kenikmatan yang kini dominan dan hegemonik, mayoritas bangsa ini kian kehilangan imajinasi tentang kebangsaan. Dalam kemiskinan imajinasi dan kedangkalan cara berpikir, kebesaran bangsa tak lagi menjadi obsesi kolektif, tetapi sekadar dipahami sebagai mitos.
Konsumerisme yang diberhalakan telah mengubah kesadaran atas bangsa menjadi kesadaran atas ego pribadi dan kelompok. Kekayaan personal yang menjulang dianggap lebih mulia dibandingkan kesejahteraan yang terdistribusi bagi publik. Bangsa ini cenderung makin meng-"aku" (aku sebagai pusat kepentingan), tidak lagi meng-"kita" (kolektivitas sebagai orientasi nilai).

Kita khawatir ke depan ukuran kebangsaan bukan lagi rasa senasib, melainkan kekayaan tanpa mengenal rasa cukup. Siapa pun akan tidak diakui sebagai bagian dari bangsa ini hanya karena miskin. Cap sebagai beban negara pun disematkan kepada kaum papa.

Ke depan bangsa ini lebih membutuhkan pemimpin-pemimpin berkapasitas negarawan berkemampuan manajerial daripada penguasa-penguasa yang tak lebih dari "satuan pengaman" bagi kepentingan asing.


                                                                            gambar:komkepbandung.com
Sumber :
1.       Doa-bagirajatega.blogspot.com

Merencanakan rapat



Merencanakan Rapat

                    gambar : dokumentasi pribadi

Rapat adalah bagian dari rutinitas pekerjaan yang jamak dilakukan. Aktivitas ini mempertemukan beberapa orang agar tercapai sebuah kesepakatan. Namun, banyak terjadi rapat tak berjalan dengan efisien, bahkan mengalami penundaan bahkan gagal dilaksanakan. Pun  kalau terjadi jalannya  rapat berjalan berjam-jam, tidak membuahkan hasil atau satu pun kesepakatan.
Ada tiga alasan menurut Seth Gordin, penguasaha dan pakar public speaker,  mengapa sebuah rapat perlu diadakan. (Kompas, Minggu, 2 Juni 2013) .
   1.      menyampaikan informasi penting.
   2.      diskusi untuk mengembangkan  ide dan membuahkan  rencana.
   3.       izin yang membutuhkan keputusan  ya atau tidak dari peserta rapat.

        Beberapa lembaga atau sekolah kadang melaksanakan rapat hanya sebagai rutinitas sebuah kegiatan, padahal rapat yang baik harus dirncanakan terdahulu agar rapat dapat berjalan efisien dan efektif.
Dalam artikel di majalah intisari.com, disebutkan beberapa hal yang perlu dipersiapakan sebulum pelaksanaan rapat.

·         Luangkan waktu dua kali lebih banyak untuk menentukan agenda utama rapat.
Salah satu sumber masalah yang umum terjadi saat rapat adalah tujuan yang tidak jelas. Jika tidak benar-benar dengan tujuan rapat, maka rapat tersebut tidak dapat berjalan dengan cepat. Maka dari itu, tentukan terlebih dahulu tujuan rapat sebelum rapat dimulai.

·         Luangkan waktu dua kali lebih banyak untuk menentukan jumlah anggota yang akan hadir di rapat.
 Mengurangi jumlah peserta rapat sama dengan mengurangi jumlah perdebatan yang terjadi saat rapat. Beberapa orang yang tidak diundang rapat dapat dikirimi rangkuman laporan rapat.

·         Kurangi waktu rapat setengah dari waktu yang biasanya dialokasikan.
Jika waktu yang ditentukan untuk rapat adalah dua jam, maka rapat akan berlangsung dua jam. Jika rapat dialokasikan hanya setengah jam, maka rapat akan dilakukan dalam waktu setengah jam. Tapi ingat, bijaklah jika agenda rapat dirasa sangat penting.

·         Jangan pernah menolerir orang  yang datang terlambat saat rapat.
Menunggunya akan membuang-buang waktu dan menghukum mereka yang sudah datang tepat waktu. Justru dengan menjalani rapat sesuai rencana, mereka yang datang terlambat akan merasa malu karena datang di tengah-tengah diksusi.

·         Pertimbangkan, jika kira-kira cocok dengan keperluan bisnis, untuk melakukan rapat secara berdiri.
Nampak aneh? Penelitian menunjukkan bahwa rapat sambil berdiri itu lebih efisien. Ini mungkin jarang dilakukan, tapi cukup layak untuk dipertimbangkan.

Semoga bermanfaat...............

Sumber :
1.      Kompas, Minggu, 2 Juni 2013
2.      Intisari.com