Rabu, 03 Desember 2014

VIP-kan Guru-guru Kita!



VIP-kan Guru-guru Kita!

Oleh: Anies Baswedan

Sumber : KOMPAS.com , Kamis, 27 November 2014 | 19:53 WIB

Guru adalah inti dari proses pendidikan. Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan.



Berapa jumlah guru yang masih hidup? Itu pertanyaan Kaisar Jepang sesudah bom atom dijatuhkan di tanah Jepang.

Kisah itu beredar luas. Bisa jadi itu mitos, tetapi narasi itu punya konteks yang valid: pemimpin ”Negeri Sakura” itu memikirkan pendidikan sebagai soal amat mendasar untuk bangkit, menang, dan kuat.

Ia sadar, bukan alam yang membuat Jepang menjadi kuat, melainkan kualitas manusianya. Pendidikan jangan pernah dipandang sebagai urusan sektoral. Pendidikan adalah urusan mendasar bangsa yang lintas sektoral. Hari ini 53 persen penduduk bekerja kita hanya tamat SD atau lebih rendah, yang berpendidikan tinggi hanya 9 persen.

Pendidikan bukan sekadar bersekolah, melainkan fakta itu gambaran menampar yang membuat kita termenung. Dari sisi kuantitas, penduduk Indonesia di urutan keempat dunia, tetapi dari segi kualitas di urutan ke-124 dari 187 negara. Bangsa ini telah secara "terencana" membuat sebagian besar penduduknya dicukupkan untuk berlevel pendidikan rendah. Tak aneh jika kini serba impor karena memang sebagian besar penduduk bekerja kita hanya bisa menghasilkan produk bernilai tambah yang rendah.

Selama bangsa dan para pemimpinnya bicara pendidikan secara sambil lalu, dan selama masalah pendidikan dianggap bukan masalah kepemimpinan nasional, jangan harap masa depan akan bisa kuat, mandiri, dan berwibawa.
Kunci kekuatan bangsa itu pada manusianya. Jangan hanya fokus pada infrastruktur penopang kehidupan bangsa. Sesungguhya kualitas infrastruktur kehidupan sebuah bangsa semata-mata cermin kualitas manusianya !

Pendidikan adalah soal interaksi antarmanusia. Interaksi antara pendidik dan peserta didik, antara orangtua dan anak, antara guru dan murid, serta antara lingkungan dan para pembelajar. Guru adalah inti dari proses pendidikan. Guru menjadi kunci utama kualitas pendidikan.

Berhenti memandang soal guru sebagai "sekadar" soalnya kementerian atau sebatas urusan kepegawaian. Soal guru adalah soal masa depan bangsa. Di ruang kelasnya ada wajah masa depan Indonesia. Gurulah kelompok yang paling awal tahu potret masa depan dan gurulah yang bisa membentuk potret masa depan bangsa Indonesia. Cara sebuah bangsa memperlakukan gurunya adalah cermin cara bangsa memperlakukan masa depannya!

Ya, penyesuaian kurikulum itu penting, tetapi lebih penting dan mendesak adalah menyelesaikan masalah-masalah terkait dengan guru. Guru merupakan ujung tombak. Kurikulum boleh sangat bagus, tetapi bakal mubazir andai disampaikan oleh guru yang diimpit sederetan masalah. Tanpa penyelesaian masalah-masalah seputar guru, kurikulum nyaris tak ada artinya.

Guru juga manusia biasa, dengan plus-minus sebagai manusia, guru tetap kunci utama. Seorang murid menyukai pelajaran bukan sekadar karena buku atau kurikulumnya, melainkan karena gurunya. Guru yang menyebalkan membuat murid menjauhi pelajarannya, guru yang menyenangkan dan inspiratif membuat murid mencintai pelajarannya.

Kita pasti punya banyak guru yang dulu mengajar. Ada yang masih diingat dan ada yang terlupakan. Artinya, setiap guru punya pilihan, mau jadi pendidik yang dikenang karena inspirasinya atau menjadi pendidik yang terlupakan atau malah diingat karena perilakunya negatif.

Guru harus sadar diri. Ia pegang peran besar, mendasar, dan jangka panjang sifatnya. Jika seseorang tak mau menjadi pendidik yang baik, lebih baik berhenti menjadi guru. Terlalu mahal konsekuensi negatifnya bagi masa depan anak dan masa depan bangsa. Ini statement keras, tetapi para pendidik dan pengelola pendidikan harus sadar soal ini. Kepada para guru yang mendidik dengan hati dan sepenuh hati, bangsa ini berutang budi amat besar.

Tiga persoalan besar

Paling tidak, ada tiga persoalan besar mengenai guru kita.
Pertama, distribusi penempatan guru tidak merata.
Di satu tempat kelebihan, di tempat lain serba kekurangan. Kekurangan guru juga terjadi di kota dan di desa yang dekat kota. Ini harus dibereskan.


Kedua, kualitas guru yang juga tidak merata.
Kita harus mencurahkan perhatian total untuk meningkatkan kualitas guru. Mudahkan dan berikan akses bagi guru untuk mengembangkan potensi diri dan kemampuan mengajar. Bukan sekadar mendapatkan gelar pascasarjana, melainkan soal guru makin matang dan terbuka luas cakrawalanya.


Ketiga, kesejahteraan guru tak memadai.
 Dengan sertifikasi guru telah terjadi perbaikan kesejahteraan, tetapi ada konsekuensi administratif yang sering justru merepotkan guru dan perlu dikaji ulang. Selain soal guru honorer, guru bantu yang masih sering diperlakuan secara tak honored (terhormat). Semua guru harus dijamin kesejahteraannya.

Melihat kondisi sebagian besar guru hari ini, kita seharusnya malu. Kita titipkan masa depan anak-anak kepada guru, tetapi kita tak hendak peduli nasib guru-guru itu. Nasib anak-anak kita serahkan kepada guru, tetapi nasib guru amat jarang menjadi perhatian kita, terutama kaum terdidik, yang sudah merasakan manfaat keterdidikan. Bangsa Indonesia harus berubah. Negara dan bangsa ini harus menjamin nasib guru.



Menghormati guru

Mari, bangun kesadaran kolosal untuk menghormati-tinggikan guru! Pemerintah harus berperan, tetapi tanggung jawab besar itu juga ada pada diri kita setiap warga negara, apalagi kaum terdidik. Karena itu, VIP-kan guru-guru dalam semua urusan!

Guru pantas mendapat kehormatan karena mereka selama ini menjalankan peran terhormat bagi bangsa.
Saya ajukan dua ide sederhana menunjukkan rasa hormat kepada guru: jalur negara dan jalur gerakan masyarakat.
Pertama, negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi guru dan keluarganya, tanpa kecuali.
Kedua, negara menyediakan jaminan pendidikan bagi anak- anak guru.

Bangsa ini harus malu jika ada guru yang sudah mengajar 25 tahun, lalu anaknya tak ada ongkos untuk kuliah. Jaminan kesehatan dan pendidikan keluarganya adalah kebutuhan mendasar bagi guru. Kita harus mengambil sikap tegas: amankan nasib guru dan keluarganya sehingga guru bisa dengan tenang mengamankan nasib anak kita.

Di jalur masyarakat, Gerakan Hormat Guru harus dimulai secara kolosal. Misalnya, para pilot dan awak pesawat, gurulah yang menjadikanmu bisa ”terbang”, sambutlah mereka sebagai penumpang VIP di pesawatmu, undang mereka boarding lebih awal.

Para dokter dan semua tenaga medis, gurulah yang mengajarimu sehingga bisa berseragam putih, sambutlah mereka sebagai VIP di tempatmu merawat. Pada pemerintah dan dunia usaha di berbagai sektor, semua prestasi yang dikerjakan adalah buah didikan guru di masa lalu, VIP-kan guru, jadikan mereka customer utama, berikan mereka kemudahan, berikan mereka diskon.

Bukan hanya besaran kemudahan atau diskon, melainkan ekspresi kepedulian itu yang menjadi bermakna bagi guru. Dan, semua sektor lainnya, ingatlah bahwa guru merupakan modal awal untuk meraih masa depan yang lebih baik, lebih sejahtera itu dibangun.

Di setiap kata dalam pesan pendek (sms) yang ditulis, di sana ada tanda pahala guru. Bangsa ini akan tegak dan disegani saat guru-gurunya terhormat dan dihormati. Bagi anak-anak muda yang kini berbondong-bondong memilih pendidikan guru, ingat tujuan menjadi guru bukan cari tingginya rupiah. Anda pilih jalan mulia, menjadi pendidik. Jangan kemuliaan dikonversi sebatas urusan rupiah, itu cara pintas membuat kemuliaan alami devaluasi. Kesejahteraan Anda sebagai guru memang harus terjamin,
tetapi biarkan sorot mata anak didik yang tercerahkan atau cium tangan tanda hormat itu menjadi reward utama yang tak ternilai bagi anda.

Indonesia akan berdiri makin tegak dan kuat dengan kualitas manusia yang mumpuni. 


Para guru harus sadar dan teguhkan diri

sebagai pembentuk masa depan Indonesia.

Jadilah guru yang inspiratif, guru yang dicintai semua anak didiknya.

Bangsa ini menitipkan anak-anaknya kepada guru,

sebaliknya kita sebangsa harus hormati dan lindungi guru dari impitan masalah.

Ingat, jadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan.

Guru dapat kehormatan mewakili kita semua untuk melunasi salah satu janji 

kemerdekaan republik ini:

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jadikan kami sebangsa makin bangga dan hormat pada guru!





Menjadi Guru Bukan Pengorbanan, melainkan Kehormatan



Menjadi Guru Bukan Pengorbanan,
melainkan Kehormatan

Sumber :KOMPAS.com, Selasa, 25 November 2014 | 10:38 WIB

                       Gambar : :NATIONALGEOGRAPHIC.COM


JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar-Menengah Anies Baswedan menilai, menjadi seorang guru bukanlah pengorbanan melainkan suatu kehormatan. Ia mengatakan, para guru diberi kesempatan yang mulia untuk membimbing anak-anak bangsa menghadapi tantangan masa depan.
"Menjadi guru bukanlah pengorbanan, melainkan kehormatan. Mereka telah memilih jalan terhormat untuk masa depan cemerlang," ujar Anies seusai upacara peringatan Hari Guru Nasional di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (25/11/2014).

Meski dengan fasilitas seadanya, kata Anies, para guru mengemban tugas mulianya demi memajukan kualitas pendidikan bangsa. Dengan demikian, Anies menilai bahwa para guru layak dimuliakan atas pengabdian kepada anak didiknya.

"Cara kita menghargai guru adalah cermin kita menghargai bangsa. Kita harus mengubah diri kita, harus meninggikan, memuliakan guru," kata Anies.

Kendati demikian, Anies menyadari bahwa pemerintah masih kurang memperhatikan kesejahteraan guru. Padahal, kata Anies, tanggung jawab pendidikan Indonesia dibebankan di pundak mereka.

"Kita harus akui, kita belum menempatkan guru pada tempat seharusnya. Mulai dari status kepegawaian, kesejahteraan, hal-hal yang berhubungan dengan guru, yang harus dituntaskan," ujar mantan Rektor Universitas Paramadina itu.

Selasa, 02 Desember 2014

Kisi UAS IPS Terpadu 1415



KISI-KISI NASKAH SOAL  UAS
IPS TERPADU
 TAHUN PELAJARAN 2014/2015



Disusun oleh :
F. Budi Wibowo,S.Pd.  guru IPS SMP Tarakanita Gading Serpong

Materi :

1.      Negara maju dan negara berkembang.
2.      Perang dunia II serta pengaruhnya di Indonesaia.
3.      Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
4.       Peristiwa- peristiwa politik dan ekonomi pasca pengakuan kedaulatan.
5.      Perubahan sosial dan budaya.
6.      Uang dan lembaga keuangan
7.      Perdagangan internasional.



KISI-KISI MATERI IPS TERPADU

1.      Bentuk-bentuk perubahan sosial –budaya
2.      Unsur-unsur perubahan sosial-budaya
3.      Faktor internal dan faktoer ekternal perubahan sosial-budaya.
4.      Integrasi dan disintegrasi sosial
5.      Sejarah dan pengertian perdagangan internasional
6.      Macam-macam hubungan internasional
7.      Organisasi kerjasama ekonomi internasional
8.      Dampak perdagangan internasional terhadap perekonomian Indonesia.
9.      Perdagangan internasional : ekspor dan impor.
10.  Alat pembayaran dalam perdagangan internasional.
11.  Dampak Perang dunia II.
12.  Proses dan perjanjian perang dunia II.
13.  Contoh negara maju dan berkembang.
14.  Keadaan penduduk negara maju dan berkembang.
15.  Perekonomian negara maju dan berkembang.
16.  Ciri-ciri negara maju dan negara berkembang.
17.  Persebaran negara maju dan berkembang.
18.   Nilai dan fungsi uang.
19.  Kebijakan monoter.
20.  Fungsi dan tugas bank.
21.  Macam produk bank.
22.  Latar belakang pendudukan Jepang di Indonesia.
23.  Negara-negara blok sekutu dan fasis.
24.  Organisasi-organisasi bentukan Jepang.
25.  Akibat pendudukan Jepang di Indonesia.
26.  Peristiwa politik pasca pengakuan kedaulatan.
27.  Masa demokrasi Liberal
28.  Masa demokrasi Terpimpin
29.  Peristiwa ekonomi pasca pengakuan kedaulatan.
30.  Upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia

Selamat belajar ……..

Untuk kalangan sendiri