Belajar
berubah
nurhaiprayogi.blogspot.com
“Kita
tidak dapat mengatur arah angin,
Tetapi
kita dapat menetapkan
Ke mana
kita akan pergi”
( Paul Hanna
)
“REMIND.
Rapat koordinasi nanti malam Selasa, 11 Des 12 di ged serbaguna dimulai pk.
19.00. mohon panitia hadir tepat waktu, Tuhan memberkati”
hampir tiap minggu sms senada masuk ke
hp saya, karena memang telah disepakati tiap selasa, biasanya dimulai jam
20.00WIB ada rapat koordinasi . Saking seringnya dapat sms seperti itu sehingga
saat sms masuk, tidak dilihat secara lengkap, hanya merasa diingatkan bahwa
hari Selasa ada rapat. Hal itu berlangsung beberapa kali dan belum pernah berubah. Sampai minggu kemarin saat saya
hadir jam 19.45 WIB , tiba di tempat rapat , perasaan saya mengatakan rapat telah berlangsung lama
karena sosialisasi sudah tahap akhir dan minum peserta rapat sudah pada habis atau hampir habis. Kemudian saya
mengambil tempat duduk paling belakang,
dan segera mengambil HP, buka sms
pemberitahuan rapat, uh…malu rasanya dalam sms tertulis
rapat jam 19.00 WIB bukan jam 20.00 WIB seperti biasanya. Dua hari sebelumnya juga, hal kurang lebih
sama terjadi secara bersama. Saat itu seorang
teman, yang kebetulan akan ketempatan doa berikutnya, selesai doa advent
mengingatkan kepada umat yang datang bahwa hari Selasa doanya ditempat beliau,
dengan santai teman lain bertanya, “ ada acara doa apa pak, kok saya tidak
dapat undangan?” kata salah seorang umat. Umat lainnya langsung bersautan
bertanya dengan pertanyaan yang kurang lebih sama. Bapak tersebut dengan sedikit
tersenyum menjawab, “ Sudah saya duga,
bapak ibu semua berpikir doa advent selanjutnya hari Jumat, padahal khusus
minggu depan doanya hari Selasa dan
Jumat”. Betul juga disadari bahwa di
benak umat doa advent biasanya tiap hari jumat.
Anak-anak dijaman sekarang dapat mempunyai pandangan atau penilaian yang menjadi kekhasan orang tuanya dalam mendampingi perkembangannya. “Ah … paling mama tidak akan lama marahnya, tenang aja, biasanya mama nurut apa yang kita
minta”, atau saat ditanya, “ada PR
tidak?”, anak punya ‘senjata’ jawaban ,
“tidak ada ma!” atau “ sudah saya
kerjakan pa!” agar kegiatan bermainnya tidak terganggu atau diminta
berhenti dulu untuk mengerjakan PR.
Karena anak anak sudah ‘paham’ bahwa papanya atau mamanya biasanya tidak akan cek buku agendanya, mereka sudah
tahu orang tua malas membuka agenda, hal ini dimanfaatkan oleh anak untuk tidak
jujur.
Orang tua, termasuk saya, sudah saatnya untuk lebih ‘teliti’ atau berani mengubah
kebiasaan yang kurang baik agar tidak ‘terbaca’ anak, sehingga dimanfaatkan
anak untuk bermalasan. Saya sebagai guru pernah melihat beberapa anak yang cukup ‘cerdik’
memanfaatkan kebiasaan guru untuk menutupi kemalasaanya atau untuk mencapai
hal-hal yang kurang produktif bagi perkembangan murid. “ah …duduk dulu aja tidak usah tergesa-gesa, biasanya bapak itu /ibu itu terlambat
masuk kelasnya”. Kini saatnya kita sebagai orang tua belajar berubah,
berubah lebih kreatif dalam mendampingi
putra-putri kita, dengan berbagai variasi atau cara pendampingan yang beragam. Kreativitas
dan keberagaman dalam mendampingi anak tidak hanya mengurangi atau menghilangkan
cap negatif tapi lebih dari itu anak
akan melihat dan menjadikan kita sebagai
model atau keteladanan dalam kreativitas
dan keberagaman dalam kehidupannya. Akhirnya untuk berubah, kreatif serta mampu
menerapkan berbagi cara bukan hanya urusan anak tapi kita sebagai orang
dewasapun dituntut juga melakukannya. ( bewedes1213)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar