3B
Bersyukur Bertobat Berbagi
“Nilai seseorang dilihat dari apa yang dia
berikan,
bukan dari apa yang dia terima.”
( Albert Einstein (1879–1955), fisikawan kelahiran Jerman, peraih Nobel Fisika 1921 )
( Albert Einstein (1879–1955), fisikawan kelahiran Jerman, peraih Nobel Fisika 1921 )
Kami sekeluarga berkesempatan mengukuti misa di gereja Sevatius,
Kampung Sawah. Gereja yang kental dengan
nuansa Betawi, ada Perkerabatan
Santo Servatius yang terdiri dari 12 pasang babe dan enyak asli Kampung Sawah.
Juga ada kelompok berpakaian jawara yang disebut Krida Wibawa, yang selalu ikut
berprosesi pada Perayaan Ekaristi hari Minggu,serta bangunan gereja yang memiliki arsitektur yang sangat indah, membuat
kami semakin kagum . Namun ada yang lebih berkesan pada perayaan
hari minggu tersebut yaitu homili pastor
tentang persiapan menghadapi Natal. Persiapan apa yang sudah kita lakukan jelang
hari raya natal? kata pastor kepada seluruh umat, yang membuat umat tertutama
saya, menanyakan diri sendiri, Apa yang sudh kulakukan?, pastor melanjutkan
dengan pertanyaaan lainnya, Apakah baju
yang akan kita kenakan saat perayaan natal? Atau menghiasi rumah dengan
berbagai hiasan natal, pohon natal dan goa natal? Pasti untuk persiapan seperti
itu keluarga-keluarga telah mempersiapkan dengan baik. Tetapi apakah batin kita
sudah siap menyambut kelahiran-Nya? Pastor memberikan pedoman mempersiapakan
natal dengan persiapan 3B yaitu bersyukur, bertobat dan berbagi.
Dalam B yang
pertama yaitu Bersyukur , Kapan kita harus bersyukur? Kita bersyukur
hendaknya setiap saat baik dalam keadaan suka maupun duka, tidak perlu
menuggu peristiwa yang spektakuler, saat kita bangun tidur dalam
keadaan sehat itupun sesuatu yang patut disyukuri. Saat kita masih bisa bertemu
teman, bisa mengerjakan tugas/kegiatan rutin hidup kitapun juga patut bersyukur Orang
yang selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur, tidak pernah merasakan
bahagia. Saya kadang sering mengeluh dengan beban kerja yang banyak, anak yang
tidak nurut perintah, atau merasa Tuhan tidak adil, saya udah rajin kegereja aktif
dilingkungan dan banyak berbuat baik tapi tidak banyak permohonan dikabulkan.
Orang lain berkelimpahan, meski tidak jarang pergi kegereja jarang ikut doa
lingkungan. Dengan penjelasan pastor hari ini saya merasa dikuatkan untuk
selalu bersyukur. “ Janganlah kamu kuatir
tentang apapun juga, tetapi dalam segala hal nyatakanlah keinginanmu kepada
Allh dalam doa dan permohonan dengan ucapan
syukur” (Flp 4:6) .
B
yang ke dua adalah Bertobat, bertobat itu hendaklah sungguh dapat mengubah
serta memperbaiki hidup serta mempunyai pengaruh pada orang lain. Seperti dalam kehiupan keluarga, seorang suami
bertanya pada istri, Apa yang harus dilakukan oleh suaminya agar istrinya
berbahagia? Demikian juga orang tua bertanya pada anaknya, apa yang dapat
dilakukan orang tua agar anaknya merasa bahagia?, dan sebaliknya. Jadi
pertobatan merupakan tindakan yang konkret. Dalam hidup sering saya merasa
bahwa kalau saya bersalah dan sudah meminta maaf itu sudah cukup. Bahkan sudah melaksanakan
pengakuan dosa dengan pastor rasanya sudah sempurna bahwa dosa saya terampuni.
Pagi ini saya diingatkan pastor bahwa pertobatan harus diikuti dengan tindakan
nyata yang dapat dirasakan oleh orang lain.
“pemungut-pemungt cukai bertanya kepada
Yohanes, “ Guru, apakah yang harus kami
perbuat ? … Dan prajurit-prajurit pun
bertanya kepadanya“ Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” …(Luk 3: 10-18)
Dan B yang ketiga adalah Berbagi, semangat berbagi
akan menyempurnakan rasa syukur dan pertobatan kita. Berbagi bukan selalu
diartikan materi, tapi juga dapat dalam bentuk
berbagi waktu, berbagi perhatian,berbagi tenaga,berbagi kegembiraan,
berbagi kesenangan, berbagi ilmu dan berbagi yang lainnya kepada sesame. Dengan
berbagi rasa syukur dan pertobatan kita akan dapat dirasakan juga oleh orang
lain khususnya mereka yang membutuhkan, sehingga mempunyai dimensi social.“ Jawab Yohanes, “ Barangsiapa mempunyi dua
helai baju, hendaklah ia membaginy dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan,
hendaklah ia berbuat demikian juga.”
Pastor bercerita : seorang bocah miskin yang sedang berjualan
dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tetapi
sayangnya ia hanya mempunyai sedikit uang. Anak itu memutuskan untuk meminta
makanan dari rumah terdekat. Tetapi saat seorang gadis sebaya membukakan pintu,
ia kehilangan keberaniannya. Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih. Gadis
ini berpikir pastilah anak ini merasa lapar. Maka dibawakannyalah segelas susu
untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, Berapa saya
berhutang kepada anda?
“Kamu
tidak berhutang apapun kepada saya,”jawabnya. “Ibuku mengajarkan untuk tidak
menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan.”
Anak
itu menjawa, “Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk
hati yang terdalam.”
Kemudian
Howard Kelly –anak kecil miskin itu- meninggalkan rumah tersebut, dia bukan
hanya merasa badanya segar, tetapi keyakinanya pada Tuhan dan sesma manusia
menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.
Tahun
demi tahun berlalu.
Pada
suatu hari ada seorang wanita sakit parah. Dokter yang menangani merasa bingung
dan akhirnya mengirim pasien ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan dari
dokter spesialis. Dokter yang menangani langsung mengenal, karena mendengar
nama kota tempat asal si pasien, dan
memutuskan untuk menolongnya. Setelah
melewati perjuangan panjang, ‘peperangan’pun dimenangkan. Kemudian dokter
ditemui oleh pihak rumh sakit untuk menandatangani kuitansi tagihan yang harus
dibayar oleh pasien itu kepadanya. Setelah menerima lembar kuitansi tersebut,
ia menuliskan sesuatu. Kuitansi tersebut langsung dikirim ke kamar si pasien. Wanita tersebut merasa takut
untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu melunasinya
seketika. Namun, akhirnya dengan menguatkan hati, ia membuka amplop kuitansi
itu. Sebuah tulisan pada kuitansi itu langsung menarik perhatiannya. Ia membaca
sebuah tulisan tangan di sana : TELAH
DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU. Tertanda Dr. Howrd Kelly.
Kebiasaan berbagi,
meski sederhana, sangat berarti bagi orang lain, bahkan kebaikan yang kita bagi
kadang menjadi mukjijat bagi yang menerimanya. Percayalah kebaikan kita tak
akan sia-sia. Dari pengalaman iman hari ini kita diajak untuk selalu ingat 3B
dalam hidup kita, bukan hanya saat kita persiapkan kedatang-Ny pada hari natal,
tetapi saat kedatangan-Nya yang kedua
bagi kita masing-masing. Maka mari kita selalu
Bersyukur, Bertobat dan Berbagi dalam perjalanan hidup kita, dalam
keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat dan dimanapun kita berada.(
bewe3113)
Bacaan :
Rahkito jaati OMI, “Segelas
Susu”, 2005, yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar