“Korupsi Bisa Dimulai dari Keluarga”
Surat Keluarga Mei
2013
gambar : santogabriel.tk
“Gembalakanlah
kawanan domba Allah yang ada padamu,
jangan dengan paksa, tetapi dengan
sukarela sesuai dengan kehendak Allah,
dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.”
(I Pet. 5:2)
dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri.”
(I Pet. 5:2)
Keluarga-keluarga di Keuskupan Agung Jakarta,
Salam sejahtera..kita telah memasuki bulan Mei, di
mana banyak orang akan mengunjungi tempat-tempat ziarah Maria dan berdoa
bersama Sang Bunda yang selalu menjadi perantara setiap doa kita. Saya ingin
berdoa bersama Anda dan Sang Bunda untuk segala kebaikan setiap keluarga kita
di Keuskupan tercinta ini. Semoga rahmat keibuan Bunda memampukan kita selalu
berada dalam situasi rahmat Allah Yang Maharahim. Amin
Melihat situasi Negara kita beberapa dekade ini, korupsi menjadi salah satu ciri khas bangsa dan berita yang tak pernah berhenti dikupas, karena melanda semua kalangan dan akhirnya menjadi berita yang biasa. Semakin lama, bentuk, macam, dan jumlah korupsi semakin banyak dan seakan-akan fenomena alamiah dan manusiawi. Apakah hal ini akan terus terjadi dan semakin menjadi-jadi?
Setiap hari orang
mencemooh para koruptor dan membicarakan mereka di media-media masa, sementara
banyak orang juga pada waktu yang sama melakukannya dengan bentuk dan jumlah
yang berbeda. Korupsi uang, waktu, kesempatan, dan bahkan korupsi milik orang
lain yang lemah. Fenomena ini juga
dilakukan tak terbatas pada agama, ras, suku, tingkat ekonomi, dan profesi.
Siapa yang masih bisa jujur dan adil sekarang ini?
Mari melihat kehidupan keluarga kita. Sering kali kita
menabur benih benih kecurangan sejak anak-anak kita berada di bawah pengasuhan
kita. Kehidupan rumah tangga kita telah memperkenalkan dan bahkan mempraktekkan
korupsi dengan cara yang halus sampai cara yang paling kasar.
Kita sering membuat
manipulasi di rumah, melalui kata-kata yang tidak jujur, bersikap tidak adil
pada anggota keluarga, atau menggunakan fasilitas rumah tangga dengan
sembarangan. Anak-anak bisa menyaksikan bagaimana orangtuanya tidak masuk kerja
dan membuat surat dokter palsu. Mereka juga ada yang terbiasa berbohong dengan
menyampaikan pesan palsu “Mama atau Papa tidak ada di rumah..”.
Benih-benih korupsi,
kolusi, atau nepotisme (KKN) memang ditaburkan di rumah. Pelajaran pertama berlangsung sangat halus dan mungkin
tidak sejelas pencurian. Akan tetapi, anggota keluarga telah dibiasakan
menggunakan cara-cara tidak jujur untuk menyelesaikan persoalan dalam hidup
mereka. Tindakan
korupsi bisa dimulai dari keputusan untuk membolos, memakai uang sekolah untuk
bermain games, bahkan sampai kerjasama untuk memanipulasi harga barang yang
dibeli dengan menyebutkan nominal yang tidak benar untuk memakai “uang
kembalian”.
Iman sebagai
orang-orang Katolik mengambil risiko menjadi “lain” di antara banyak orang yang
merasa biasa dengan tindakan korupsi dan pembohongan. Kita harus mempunyai
ideal dan cita-cita yang tinggi untuk menjunjung kebenaran dan tidak merugikan
banyak orang yang lemah. Melalui latihan yang praktis dalam hidup keluarga
sehari-hari, kita bisa membiasakan anggota keluarga untuk bersikap jujur dan
tidak mencari keuntungan sendiri.
Surat pertama St.
Petrus menyebutkan demikian: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada
padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak
Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian
diri.” (I Pet. 5:2) Pengabdian dan kerelaan membantu sesama adalah keutamaan
yang dijunjung tinggi oleh pengikut Kristus, maka kita pun perlu terus
memperjuangkan nilai ini sebagai bentuk kesaksian yang asli.
Sungguh indah
menyaksikan seorang anak mengembalikan barang yang ditemukannya di kelas.
Menyenangkan melihat setiap anak sekolah berusaha keras untuk berlaku jujur
dalam menyelesaikan soal-soal ujiannya dan tidak suka membolos. Pencatatan yang
teliti dan terbuka untuk setiap transaksi keuangan, bahkan untuk keperluan
kecil di rumah, bisa menjadi cara efektif untuk membiasakan budaya anti korupsi
dan anti ketidakadilan.
Keluarga-keluarga Katolik yang terkasih, mari kita
sempurnakan hidup kita, bukan hanya dengan mengevaluasi orang lain yang
melakukan kejahatan korupsi, kolusi, dan nepotisme, melainkan juga mau memulai
segala sesuatunya dari dunia kecil keluarga kita.
Kita budayakan suatu cara hidup yang
lebih adil, tangguh, mencintai proses, dan
tentu saja mengimani bahwa Allah
melihat segala sesuatu yang kita lakukan setiap saat.
Semoga Dia membantu kita untuk mewujudkan dunia kita
yang lebih baik lagi. Amin
Salam Keluarga Kudus
Alexander Erwin MSF
Alexander Erwin MSF
Komisi
Kerasulan Keluarga KAJ
Gedung
Karya Pastoral
Jl.
Katedral 7 Jakarta 10710
Sumber : paroki Santo Gabriel, santogabriel.tk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar