Materi tambahan sejarah
Kehidupan Ekonomi
Masyarakat Indonesia Pasca-Pengakuan Kedaulatan
1.
Nasionalisasi de Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia
Nasionalisasi Bank ini dilakukan pada masa Kabinet Sukiman
(April 1951 – Februari 1952. Kebijakan ini untuk mengatasi krisis keuangan.
Ada beberapa hal diterapkanyan kebijakan ini antara lain :
a. Bangsa
Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan akibat
ketentuan Hasil KMB 1949.
b. Sumber devisa
hanya mengandalkan ekspor hasil perkebunan
sehingga sulit mencukupi kebutuhan anggaran
belanja negara.
c. Perusahaan-perusahaan
swasta besar dan Bank umumnya dikuasai
orang-orang Belanda
d. Situasi dan
kondisi politik belum stabil.
Undang undang Nasionalisasi de Javansche Bank No. 24 th. 1951, 5
Desember 1951; pemerintah juga menghentikan presiden Bank yang lama Dr. Howink
dg Mr. Syafrudin Prawiranegara dg Kepres. RI No. 123 pada 12 Juli 1951 dan nama
Bank diganti menjadi Bank Indonesia (BI).
2.
Sistem Ekonomi Gerakan Banteng.
Sistem ekonomi gerakan Banteng merupakan gagasan “Dr.
Soemitro Djojohadikusumo”, Menteri Perdagangan masa Kabinet Natsir
( September 1950 – April 1951 ); sistem ini untuk perbaikan
dan perubahan struktur ekonomi peninggalan Belanda ke arah ekonomi nasional
melalui gerakan konfrontasi ekonomi.
Tujuannya melindungi para pengusaha pribumi dari persaingan
non pribumi.
Setelah kabinet Natsir jatuh, sistem ini dilanjutkan oleh
Kaninet Sukiman dg Menteri keuangan Jusuf Wibisono dg kebijakannya pemberian
kredit pada pengusaha pribumi. ( Kebijakan ini gagal )
3.
Rencana Soemitro
Pada periode yg sama,
Kabinet Natsir mengeluarkan kebijakan di bidang industri (industrialisasi);
Kebijakan ini dikenal dengan Rencana Soemitro.
Sasaran kebijakan ini
pada industri dasar, seperti : pabrik semen, pabrik pemintalan, pabrik karung,
peningkatan produksi pangan, perbaikan sarana prasarana pertanian dan penanaman
modal asing.
4.
Sisten Ali – Baba
Pada masa Kabinet Ali
Sastroamidjojo I (Agustus 1954 – Agustus 1955) dg Menteri Perekonomian Mr.
Iskaq Tjokroadisurjo memperkenalkan sistem ekonomi baru yaitu sistem Ali-Baba
artinya kerjasama antara pengusaha pribumi dengan pengusaha Cina.
Langkah yang ditempuh
dalam pelaksanaan sistem ini adalah :
a.
Keharusan pengusaha asing untuk memberikan pelatihan dan memberikan tanggung
jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia untu menduduki jabatan-jabatan staf.
b.
Mendirikan perusahaan-perusahaan Negara.
c.
Menyediakan kredit dan lisensi baru bagi perusahaan swasta nasional.
d.
Memberikan perlindungan bagi perusahaan swasta nasional agar mampu
bersaing dengan
perusahaan asing.
Sistem ini tidak berjalan dengan baik namun sebaliknya pengusaha pribumi
hanya dijadikan alat pengusaha Cina untuk mendapatkan kredit dari Pemerintah.
5.
Pembentukan Dewan Perancang Nasional ( Depernas )
Dewan ini betugas menyiapkan rancangan undang-undang pembangunan
nasional yang berencana serta menilai pelaksanaan pembangunan tersebut.
Dewan ini dilantik 15 Agustus 1959 dengan 50 anggota
diketuai oleh Muh. Yamin; berhasil menyusun RUU Pembangunan Nasional Sementara
Berencana periode 1961 – 1969.
Pada th. 1963 Depernas diganti Badan Perancang Pembangunan
Nasional (Bappenas) diketuai Presiden Soekarno.
Tugas Bappenas adalah menyusun rencana pembangunan jangka
panjang dan jangka pendek, mengawasi pelaksanaan pembangunan dan menilai hasil
kerja mandataris MPRS.
6.
Deklarasi Ekonomi (Dekon) dan peraturan 26 Mei 1963.
Untuk mengatasi persoalan ekonomi nasional, 28 Mei 1963
pemerintah mengeluarkan Deklarasi Ekonomi (Dekon) sbg pelaksanaannya 26 Mei
1963 dikeluarkan serangkaian peraturan dibidang ekspor-impor, harga dll (14
peraturan); dalam pelaksanaannya tidak mencapai tujuan, inflasi terus
meningkat; kemudian pemerintah mengeluarkan 3 peraturan dibidang ekonomi (17
April 1964) untuk mengatasi kesulitan ekonomi
Sumber :
diambil dari berbagai sumber
Pak itu keluar di UAS tidak? Terima kasih pak
BalasHapus