Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah….selalu.
Aih …
air kau memang rendah hati.
(Jost Kokoh, Pr)
Bapak tadi mengendarai
sambil teriangiang akan percakapan dengan istrinya sore tadi. Keluarga tersebut
, hari ini memang sangat padat acaranya, pagi ada acara diluar kota, menghantar
keponakan pentas tari dalam rangka minggu misi di kawasan Bintaro, dan siang
hingga sorenya menghadiri undangan doa arwah saudaranya di daerah perumnas.
Sehingga sore jelang malam keluarga ini baru tiba di rumah kembali, tentu dengan
sisa tenaga yang ada. Sebagai seorang ibu yang memperhatikan kebutuhan
keluarganya, melihat air galon hampir habis dan cadangan air galon kosong. Istri meminta kepada suaminya, ‘ Pak air
galon mau habis, … tolong beli air galon,
karena cadangan kosong semua!”, dengan mimik wajah meminta, karena takut kesulitan mencari air
galonnya. Suaminya menjawab dengan ketus, karena kecapaian dan ingin istirahat ,
“ Ntar aja! ... besok aja! … Airnya
masih cukup sampai besok!” jawab suaminya sekenanya. Sambil mendampingi anak mengoreksi PR yang
sudah dikerjakan Sabtu kemarin , istrinya meminta tolong lagi, “ Pak tolong
pak, air galon akan habis, tidak cukup untuk malam mini!... Kasihan anak bungsu
kita ntar malam tidak dapat minum susu!”.
Sekali lagi suaminya menjawab, “ ah … capek istirahat dulu! Besok aja!.”,
sambil tiduran di kursi tamu panjang.
‘ Gubyak,’ galon air
yang barusan dibeli lepas ikatan sebelahnya, sehingga galon tadi bergantungan
di sebalah kanan motor, membuyarkan pikiran bapak tentang peristiwa sore tadi.
Kemudian bapak tua tadi menghentikan motor, memperbaikai ikatannya, lalu
melanjutkan perjalanan pulang dengan hujan yang deras. Memang bapak ini menolak
membeli air mineral, tapi setelah istrinya msuk ke kamar menidurkan
anak-anaknya, bapak tadi berubah pikirannya, mengambil galon kosong dan pergi
berangkat membeli air mineral.
Tapi ‘lamunan’ tadi membuat sadar bapak tua ini dan menambah semangat dalam mendapatkan air
galon bagi keluarganya. Sampai di rumah air galon diturunkan, dan kembali
mengambil galon yang kosong yang kedua, karena
warung tadi masih banyak persediannya. Diiringi dengan hujan deras, motor dikendarai bapak tua menuju warung . Tapi sampai di warung , pintu
dan gerbang sudah ditutup karena memang malam itu hujan deras, sehingga pemilik
memilih untuk tutup lebih awal. ‘Apes juga, … udah bersemangat untuk mencari
air mineral kok ya malah tutup, padahal aku
udah sadar atas kesalahanku menolak
permintaan istrinya untuk mencari air gallon’ pikirnya dalam hati sambil
menatapi pintu dan gerbang yang tertutup. Cukup lama ia menatapi pintu dan
gerbang yang tertutup, dibawah hujan yang terus membasahai jas hujannya……yah!?!…Bapak ini malah tersenyum sendiri, ia merasa inilah cobaan dari-Nya bagi
orang yang tidak segera menjawab ‘siap’
atas permintaan baik istrinya. Dengan tetap senyum-senyum sendiri, bapak tua
membalikkan arah motornya menuju ke pom bensin, kebetulan persedian bensin motornya tinggal sedikit. Jarak warung dengan pom
bensin lumayan jauh, …’ ah dari pada
pulang tidak ada hasilnya lebih baik isi bensin aja …..’pikir bapak tua
dalam hatinya. Setelah mengisi bensin dan masih turun hujan, bapak tadi memilih
arah pulang ke rumahnya lewat jalan yang
tidak biasa, dalam hatinya ia ingin sekalian menghibur diri dan berusaha
tidak marah dengan peristiwa ini. Jalan yang dilalui memang lebih jauh, memutar
bila dibandingkan jalan biasa yang sering dilaluinya. Setelah beberapa lama ,
secara kebetulan, di kegelapan jalan serta hujan yang semakin deras, ia melihat
warung terbuka sedikit dan nampak di sana tumpukan air mineral bermerk
yang dicari. Dengan wajah basah kena air hujan, bapak tadi tersemyum dalam
hati, ….. ah Tuhan terimakasih Engkau
memberikan kemudahann ini pada anakmu . Dan semakin semangatlah bapak tadi membeli dan
mengangkat sendiri air galon ke tempat boncengan motor. Dipenuhi dengan hati yang penuh kegembiaraan
dan suka cita bapak tua, akhirnya
berhasil membawa pulang air galon untuk keluarganya. Sampai di rumah istri sudah bangun, setelah
menidurkan anak-anaknya, ia merasa heran akan semangat dan keceriaan sang
bapak, istrinya tidak bertanya… mengapa.
Marilah kita lebih
meneladan Bunda Maria yang selalu SIAP dipakai Tuhan kapanpun. ( Jost Kokoh, 2009) Maria siap menjalankan tugasnya dengan setia
dan penuh tanggungjawab. Ia berjalan dari Nasaret ke Betlehem, dari Betlehem ke
Mesir, dari Mesir kembali lagi ke Israel, dan seterusnya. Ia siap menaati perintah Tuhan. Ia siap mengasihi sesamamnya. Intervensi Maria
tampak dalam saat yang tepat. Maria siap
pada masa-masa awal dan masa-masa akhir hidup Yesus. Maria siap ketika hidup Yesus di bait Allah serta mukjijat pertamanya di
Kana. Maria siap tampil lagi ketika
berdiri di kaki salib Yesus. Maria siap
ada dan menemani para rasul di Yerusalem. Maria siap bersalin di kandang domba karena tapak Yesus harus berbekas di
jerami dan kandang yang begitu sederhana. Sungguh Maria selalu siap.
Marilah kita belajar untuk ‘siap’ sesuai panggilan kita masing-masing. Sebagai
orang tua siap melayani istri/suami serta anak-anak. Sebagai guru siap melayani
nurid-muridnya, … datang tidak terlambat,
murah senyum, menyempatkan waktu bersama murid-murid, mau mendengarkan
keluhan yang disampaikan para muridnya dan tetap semangat dalam mengajar serta
yang pasti tetap rendah hati. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah …
air kau memang rendah hati. Siapkah kita dipakai Tuhan?
Sumber buku : Josh
Kokoh, (2009) Meriman Bersama Maria,Yogyakarta: Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar