Tersenyum…
Apakah anda pernah memperhatikan
hubungan guru dengan para murid yang mengesankan adanya energy positif
disekitanya?
Tak diragukan lagi, saat sang guru
tersenyum
( Kathy Paterson )
“Bapak masih galak seperti dulu ya?!” ungkap seseorang, setelah kami bermain bulutangkis bersama. Kata itu pula yang mengingatkan
saya bahwa ia adalah mantan murid saya waktu SMP, memang saat itu ada beberapa
orang gabung ikut latihan bulutangkis bersama dengan jadwal rutin bapak guru
kayawan. Saya jawab dengan senyuman,
kemudian ia melanjutkan obrolan dengan mengatakan, "pak , saya juga bersyukur
karena disiplin yang diterapkan bapak dulu membuat saya menjadi sekarang ini dan dapat mengikuti kuliah
kedokteran dengan baik”. “ emang apa hubungan dengan bapak?” Tanya saya
sekenanya. “ karena saya menjadi terbiasa disiplin dan dapat mengikuti tuntutan tinggi yang diterapkan dosen praktek saya di
UI, … jadi tidak kaget lagi dengan kondisi dan situasi yang menuntut disiplin tinggi “ ia
menjelaskan kaitan kegalakan saya
dengan kuliahnya. Terbersit rasa bangga
juga, punya murid yang ‘berhasil’.
Kata ‘galak’ , menjadi permenungan saya saat
liburan kenaikan kelas. Banyak hal terbayang dalam pikiran dangan istilah
tersebut. Apakah benar selama ini saya galak? apakah saya telah membuat anak takut ? ah.... tidak!.. aku harus menjadi guru yang tidak membuat anak takut!....pikir saya dalam hati Kemudian saya mencoba mencari jawab dengan banyak membaca literatur tentang pendidikan dan pengajaran., baik di
media masa ataupun buku-buku ataupun mengikuti berbagai seminar. Setelah banyak membaca , pun tidak serta merta
mudah untuk mempraktekan apa yang ada dalam buku atau seminar-seminar dalam ruang kelas. Akhirnya saya mencoba untuk memaksa
diri sendiri untuk memulai tersenyum saat mengajar, khususnya saat mengawalinya. Tapi itupun sulit karena
anak-anak tidak saya libatkan dalam
perubahan yang saya usahakan. Lama berpikir, akhirnya saya memberanikan diri
dengan membuka tiap pelajaran dengan melibatkan juga murid untuk tersenyum dengan sebuah salam senyum. setelah menerima salam dari para murid, saya saya jawab dengan "salam senyum', “ Selamat
pagi …. tetap semangat!. …tetap tersenyum !! ………” diluar dugaan saya, murid
menjawab dengan lebih semangat dan senyum serta raut wajah sangat ceria, penuh
rasa senang, dan situasi ini berlangsung selama pembelajaran……saya merasa terharu sekaligus tertantang untuk juga lebih semangat
dan selalu senyum …mengajar dengan perasaan senang…senang juga bersama murid di
kelas. Wah, benar-benar memberikan energy positif baik bagi murid, tertutama bagi saya, yang mendampingi murid belajar dikelas. Sungguh
sangat menyenangkan mengajar dengan gembira.
Bagaimana kalu kita
susah tersenyum ?.. ah , bagaimana anak bisa disiplin kalau kita harus
tersenyum, sekarang aja dengan kita tegakkan disiplin, masih banyak murid yang tidak mau disiplin, apalagi kalau kita
harus tersenyum semakin banyak lagi yang tidak disiplin. Dan banyak lagi
ungkapan yang membuat kita tidak tersenyum. Tidak gampang membiasakan sesuatu
yang mestinya baik jika dilakukan. Dalam sebuah buku yang saya baca memberikan
gagasan untuk kita selalu gembira, mungkin baik jika dapat menjadi salah satu
referensi kita belajar tersenyum. Berikut sepuluh cara untuk menunjukkan
kegembiraan. (Kathy Peterson,2007)
1. Senam
wajah.
Ada tujuh belas urat untuk tersenyum maka
senyumlah setiap saat dan tersenyumlah kepada siapapun. Semakin anda kurang
nyaman, semakin banyak anda perlu tersenyum.
Mark Twain pernah mengatakan bahwa cara paling baik untuk membeuat
suasana gembira adalah dengan membuat orang lain bergembira.
2. Berlatihlah
tersenyum di depan cermin.
Katakana pada diri anda sendiri
bahwa anda adalah orang yang selalu ceria, dan keceriaan itu akhirny menjadi
suatu kebiasaan.
3. Katakanlah
pada diri anda sendiri bahw anda adalah orang sellu ceria, dan keceriaan itu
akhirnya menjadi suatu kebiasaan. Misalnya, cobalah buat pernyataan yang positif
: Saya adalah periang dan saya suka
senyum .
4. Pakailah
teknik ‘STOP’ untuk menghindari pemikiran yang sinis dan negative: secara
psikologis anda harus dapat menghentikan pikiran anda bila pikiran negative
mulai merayap ke benak anda.
5. Berusahalah
berbicara pada diri sendiri untuk bersikap positif, optimis, dan mau menerima.
6. Sebelum
atau dalam perjalanan menuju tempat
kerja, putarlah kaset atau CD yang ceria, music yang indah, atau
lawakan-lawakan yang lucu.
7. Ingatlah
diri anda bahwa untuk menampilkan kecerian itu, anda tidak harus dalam suasanan
yang sedang bergembira. Keceriaan merupakan keadaan pikiran yang disengaja.
Pada saat tertentu, pilih saja atau tentukan saja bahwa anda sedang ceria.
8. Mulailah
hari-hari anda dengan berbuat baik atau mengatakan sesuatu yang membuat orang
lain merasa senang. Tindakan menyenangkan orang lain akan mendapatkan reaksi
yang menyenangkan pula dari orang lain yang juga akan membuat anda merasa
senang.
9. Bersikaplah
tenang. Keceriaan akan menghilangkan stress. Bila anda mengalami bahwa rasa
ceria itu berkurang atau menurun, tariklah napas dalam-dalam dan berjalanlah
perlahan-lahan sejauh tiga langkah.
10.
Buatlah semacam daftar aktivitas atau
situasi yang membuat anda merasa frustasi, atau marah, atau suasana yang
dipenuhi dengan emosi negative. Kemudian, pilihlah cara untuk menghindari hal
tersebut atau tentukan pendekatan untuk mengatasi hal tersebut dengan ketepatan
hati yang kuat dan buatlah hasilnya seceria mungkin.
Berikut saya cuplikan juga beberapa ungkapan tentang
senyuman dari Jost Kokoh Pr, yang mungkin mampu memberikan kekuatan bagi kita
untuk belajar tersenyum, ….
Suatu senyuman adalah cahaya di jendela wajahmu
Senyuman adalah menciptakan jarak terpendek antara kau dan
aku.
Senyuman adalah
lengkungan yang bisa meluruskan semuanya.
Suatu senyuman adalah
cara yang tidak mahal guna memperbaiki penampilan anda.
Bahkan bisa mengantar
anda lebih cepat tertidur bila anda memasang senyuman.
Dengan senyum kau
tampak lebih cantik, dengan tawa kau lebih sehat, dengan doa kau lebih bahagia.
Sebuah senyuman yang
tulus adalah ibarat hujan yang membasahi
bumi sehabis kemarau panjang.
Bahkan bila anda
mengangkat telpon senyumlah lebih dahulu. Orang diseberang sana tahu apakah
anda sedang tersenyum atau tidak.
Saya teringat kata orang bijak, yang
mengatakan senyuman itu menular dan membuat
orang yang tersenyum itu merasa lebih baik pula. Seorang Jokowipun dalam pilkada DKI yang lalu
bersenjatakan senyuman, "Nggak
punya senjata, biasa saja. Senjatanya ya senyum saja, nggak perlu pakai
isu-isu," ujar Jokowi. Beberpa waktu
yang lalu juga ratusan simpatisan mengajak warga
tersenyum sambil melepaskan balon dalam
kampanye gerakan mari Tersenyum yang digelar Himpunan Psikologi Indonesia di
Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, rabu ( 10/10). Gerakan tersenyum adalah salah satu cara
mencegah depresi yang diadakan untuk memperingati Hari Kesehatan Sedunia. Mari kita
kampayekan senyuman mulai dari ruang kelas kita.
Buku sumber
:
1. Jost
Kokoh, “Mimbar Altar”, Kanisius
Jakarta
2.
Kathy
Paterson, “55 Teaching Dilmmas”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar