Guru
(harus) sehat
dok : Kompas.com
“Orandum
est ut sit mens sana in corpora sano”
bahwa
hanya didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.
(
Dalam Satire X, Decimus Junius Juvenalis, yang hidup pada pergantian abad II ke
abad I SM ),
Siang sepulang sekolah pukul 15.00 beberapa bapak guru
karyawan bertahan di pintu belakang SMP , sebagian nunggu di tepi lapangan basket
belakang. Itulah kebiasaan sebagain guru di hari Rabu, hal yang sama juga terlihat
di hari Jumat, tapi nunggunya di depan
hall SMP . Mengapa mereka tidak segera
pulang? Padahal hari tersebut tidak
bertugas sebagai pendamping atau pelatih eskul, ternyata mereka, sebagian bapak
guru karyawan, ada kegiatan olah raga bersama. Pada hari rabu olah raga
bersama bola volli di lapangan boal
volli SMP sedangkan untuk hari Jumat bapak guru karyawan olah raga bulutangkis
di lapangan bulutangkis kampung sebelah sekolah.
Dalam menjalankan
tugasnya seorang guru dituntut untuk mempunyai fisik yang baik, guna menjalakan
tugasnya yang tidak ringan dalam mendampingi murid-muridnya. Karen Katafiasz
dalam bukunya “ Teaching Therapi” ‘ Perhatikanlah! Mengajar itu penuh tantangan.
Benahilah dirimu secara fisik. Usahakanlah untuk makan siang yang sehat,
sediakanlah waktu untuk berolah raga, dan beristirahatlah yang cukup. Seorang
guru dengan jam mengajar rata-rata 30 jam mengajar, membuat soal, koreksi,
membuat administrasi, tugas-tugas tambahan dan pendampingan siswa yang bermasalah
ataupun mendengarkan cerita, keluhan ataupun hal lain, ini membuat fisik dan juga mental guru dituntut dalam
keadaan yang prima.Olah raga bersama atau olah raga yang dijadwalkan sendiri
merupakan salah satu usaha untuk memperkuat kesehatan fisik dan mental guru. Dalam
olah raga bersama, selain berolah raga
disela-sela bermain atau saat istirahat meraka ngobral sana-sini yang membuat ringan
pikiran kita kadang pula melucu sehingga
membuat tertawa.
Dalam praktiknya guru
sulit untuk meluangkan waktunya untuk olah raga baik bersama maupun olah raga
dengan jadwal sendiri. “Kapan kami punya waktu untuk olah raga ?” sering hal
itu terucap jika kita diminta untuk olah raga, meski tahu manfaatnya berolah
raga. Mungkin kita perlu untuk memaksa diri meluangkan waktu kita untuk berolah
raga, supaya tetap dapat melayani murid-murid dengan lebih baik. Dengan guru
yang sehat banyak hal dapat dirasakan muridnya, gurunya menjadi lebih
bersemangat, bergairah dalam mengajar, sabar dan murah senyum . dan pada
gilirannya para murid mampu juga menerima dan mengikuti pembelajaran dengan lebih bersemangat. Ingat kebaikan,
entah senyuman, kesabaran dan kebijaksaan pasti menular kepada muridnya.” Bergairah
dengan mata pelajaran yang engkau ajarkan. Kegembiraan mudah menjalar” (Karen
K).
Semoga semakin hari
kita semakin menyadari dan mau menjaga kesehatan, baik dengan olah raga maupun dengan kegiatan pola hidup sehat lainnya.
Dalam tajuknya majalah HIDUP edisi 39, mengingatkan “ orang yang berkencenderungan sakit-sakitan, biasanya pikiran mereka
juga berkencenderungan rumit. Sebaliknya mereka yang senantiasa berbadan yang
sehat, apabila kita amati, tampak pula
bahwa pikiran mereka sederhana dan lurus”.kiranya mendorong kita, khususnya
guru, untuk benar-benar memperhatikan kesehatan baik fisik maupun kesehatan
rohaniah. Saya sangat terkesan kepada dua sahabat,guru pendamping OSIS, yang
memberikan kenang-kenangan atas suatu tugas tertentu dengan memberikan buku
kecil kepada beberapa guru. Ini merupakan satu usaha untuk membantu memelihara
kegemaran membaca guru, yang pada gilirannya juga memelihara kesehatan rohaniah
guru. Moga ini menjadi tradisi untuk menjaga kesehatan fisik maupun rohaniah
dikalangan guru. Guru memang mesti selalu sehat. (bewe Okt 2012)
Sumber buku :
1. Karen
katafiasz, “ Teacher Therapy” (Terapi Menjadi Guru yang Baik)”, 2004, penerbit
OBOR, Jakarta.
2. Majalah
HIDUP edisi 39, Tahun k-66, 23 September 2012
3. St.
Kartono, “Menjadi guru untuk muridku”, 2011, Kanisius, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar