Pa,
ma … ayo berdoa!
“ … Tuhan mengetahui kepada siapa bayi itu
diberikan.
Dia mengetahui betapa kita
membutuhkannya
dan betapa ia membutuhkan kita”
( Eva Fortier )
Membaca
cerita dari bukunya Rahkito Jati, OMI,
saya teringat akan perjalanan hidup
keluarga kami ….
Dalam
hidup kadang yang datang atau yang kita terima, kalau sesuai dengan hati kita,
kita akan merasa sangat bahagia atau bersyukur atas apa yang kita terima
tersebut, namun akan sangat berbeda jika yang kita terima tidak sesuai dengan
yang kita harapkan, mungkin kita akan mengerutu, sedih, memerlukan waktu untuk dapat menerimanya, atau bahkan menolak hal yang
seharusnya kita terima tersebut.
Demikian
juga dalam kehidupan kami, waktu Tuhan memberikan kepada kami anak , yang kemudian dalam
perjalanan anak kami menjadi anak tuna rungu .
Tak henti-hentinya kami berdoa mencari tahu, apa yang Tuhan mau kepada kami
terhadap pemberian-Nya itu. Tapi saya sangat bersyukur mempunyai istri yang rajin berdoa,
segala sesuatu pemberian-Nya selalu dibawanya dalam doa. Khususnya devosi
kepada Bunda Maria sangat besar, sehingga memberikan kekuatan dan rasa syukur
atas setiap yang diberikan-Nya, serta
memberikan rasa ringan dalam menjalani peziarahan hidup.
Awalnya kami menerima kabar kelahirannya anak
kami,bahwa anak kami jantungnya bermasalah, sehingga kemungkinan tak akan berumur panjang. Tapi kami dikuatkan oleh seorang dokter bahwa jika percaya pada penyelenggaraan Ilahi
pasti Dia akan menolong. Dari penguatan tersebut, kami, khususnya istri menjadi lebih sering
berdoa khususnya doa Rosario, kebetulan di rumah sakit Carolus, tempat anak kami
pertama lahir, ada tempat doa kepada bunda Maria. Inilah yang membuat saya
sebagai suami menjadi lebih kuat lagi dan juga mencoba menyerahkan segalanya
kepada penyelenggaraannya. Setelah anak
kami serahkan kepada Tuhan dalam sakramen permandian atau babtis. Anak kami
perkembangan yang baik.
Setelah lewat cobaan yang pertama, muncul lagi
cobaan lain bahwa anak kami ini tidak dapat melihat,. Lagi-lagi kami diingatkan
kembali untuk menyerahkan segalanya dalam doa dan tetap berusaha. Doa kami
terkabul, anak kami sehat, pengelihatanpun normal.
Dalam
perjanan kami mendapatkan jalan keluar untuk kesembuhan permasalahan jantung
anak kami, kamipun tak henti-hentinya berdoa dan berdoa. Tuhan memang sangat
baik umatnya,juga bagi kami. Kami mendapat jalan keluar atas permaslahan
jantung anak kami melalui operasi di RS Jatung Harapan Kita,yang sebelumnya
kami sangat tak berpikir mampu melakukannya, tapi berkat kebaikan-Nya, banyak
yang memberi bantuan baik informasi
ataupun bantuan lainnya. Operasi
berjalan lancar, permasalahan jantung mendapatkan kesembuhan.
Dalam
perjalan kemudian anak kami, mendapat suatau hal yang cukup menyesakan hati
kami, anak kami tidak dapat mendengar. Lagi-lagi kami harus menerima ini dalam
doa. Doa kami berilah yang terbaik bagi kami. Yah…. kami tetap bersyukur dan kami selalu mohon
kekuatan. Kami mendapat kekuatan, meski kekuatan kami naik turun pada awalnya.
Tapi sangat bahagia anak kami sehat meski tidak dapat mendengar.
Lagi-lagi
kami mendapat kemudahan dalam hidup mendampingi anak kami, memang doa mempunyai
kekuatan yang sangat besar. Anak kami sekarang sudah tumbuh sehat dan belajar
di SDLB Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hal yang lebih kami syukuri anak kami
mampu memberikan semangat dan kekuatan bagi kami untuk melakoni hidup ini. Anak inipun tumbuh dengan sehat, cerdas dan
menyenangkan. ‘Pa …. Ma ayo berdoa!’ kata anak kami tiap hendak
pergi tidur, mengingatkan kami meski kadang kami sudah ngantuk , akhirnya kami semangat lagi berdoa bersama sebelum tidur,
“ Papa tidak tertib! ‘ kata anak kami setiap kami
meletakan barnag tidak pada tempatnya. Atau, “papa tidak boleh marah! ….papa harus sabar!”
kata nya sambil mennunjuk kepada kami jika kami saat mendampingi belajar kurang
sabar atau karena kelelahan kami cepat marah, rasanya nyes dalam hati hingga tidak jadi marah. Jika kami pulang kerja
atau saat ada acara diluar kemudian membawa sesuatu makanan /snack atau sesuatu barang, tak henti-hentinya
selalu mengucapakan terima kasih, “Papa/mama
terimakasih …..terima kasih!” sambil memberikan wajah yang sangat
menyenangkan atau gembira serta bahasa tubuh, menempalkan tubuhnya , memberikan
acungan jempol, yang membuat kami orang
tuanya terharu, kadang meneteskan air mata. Sekarang jika ada acara sekolah atau
acara lain dan makanan itu kesukaan anak kami, kami memeilih untuk tidak saya
makan tetapi saya bawa pulang untuk anak saya..Atau kami sengaja membelikanya jika ada moment tertentu. Dan yang membanggakan anak tidak lupa mengucap kata “ Maaf ….” jika melakukan kesalahan, baik kepada kami orang tuanya
ataupun kepada temen-temannya. Kepada adiknya mampu ngemong, meski kadang adiknya belum memhami apa yang diucapakan
kakaknya dia cukup sabar manakala adiknya melakukan sesuatu yang kurang
menyenangkanya. Itulah kehidupan yang membuat kami selalu mendapat kekuatan jika
kami mengalami kelesuhan.
‘Orate!’
yang berarti ‘berdoalah!’…….
Setelah setahun medalami tentang eksristi, marilah kita sambut tahun Iman 2012 ini dengan lebih meningkatkan kebiasaan doa kita, khususnya doa di dalam keluarga kita masing-masing . Ada ungkapan orang Skotlandia : “ rumah yang tidak ada atapnya” ungkapan ini ditujukkan untuk keluarga/ rumah tangga yang tidak pernah punya kebiasaan berdoa keluarga bersama.(cerita Tonne).. kiranya ini menjadi refleksi bagi keluarga kita masing-masing, untuk meningkatkan kebiasaan doa dalam keluarga. Mengutip dari Mgr. Suharyo, beliau menegaskan doa yang baik adalah kalau doa itu membuat kita menjadi semakin hening:sederhana dimata Tuhan, tidak muluk-muluk dalam kat-kata, tetapi juga tidak bertele-tele dalam nalar. Semoga keluarga-keluarga kita selalu diberkati. (bewe Okt2012)
Sumber buku :
1.
Rahkito
Jati, OMI, “Segelas Susu”
2.
Josh Kokoh, Pr, 2009, “Mimbar Altar”, Yogyakarta : Kanisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar