IPS SEJARAH KELAS 9 SMP
BAB 12 TRAGEDI NASIONAL DAN KONFLIK INTERNAL DI
INDONESIA
A. Pemberontakan PKI di Madiun
-
Diawali dari
keingian Amir Syarifuddin untuk menjatuhkan kabinet Hatta pada tanggal 26
Febuari 1948.
-
Mendirikan
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang berasal dari Partai Sosialis, Partai Komunis
Indonesia (PKI), Persindo, PBI, dan SOBSI pada tanggal 28 Juni 1948.
-
Langkah yang
dilakukan FDR untuk menyusun kekuatan:
o Membentuk Front Nasional melalui
parlemen.
o Menghasut rakyat untuk melakukan
mogok kerja.
o Menarik pasukan yang pro-FDR untuk
memperkuat wilayah.
o Menjadikan Madiun sebagai
basis pemerintahan dan Surakarta sebagai daerah liar (kacau) untuk mengalihkan
perhatian TNI.
-
Partai-partai
FDR melebur menjadi PKI, menempatkan Muso dan Amir Syarifuddin sebagai ketua
dan sekertaris pertahanan yang melakukan kegiatan:
o Meningkatkan propaganda tentang PKI.
o Menghasut rakya agar
anti-pemerintah.
o Mengadudomba antarkesatuan TNI,
sehingga terjadi pemberontakan TNI di Madiun dengan sebutan Madiun Affair.
-
Untuk
menyelesaikan konflik antarkesatuan TNI, pemerintah mengangkat Kol. Gatot
Subroto sebagai Gubernur Militer untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya.
Sehingga pasukan yang pro-PKI dapat dipaksa mundur dari Surakarta tanggal 17
September 1948.
-
Peristiwa di
Surakarta tanggal 18 September 1948 hanyalah pengalihan perhatian saja dimana
Sumarsono dari Partai Persindo dan Letkol. Dahlan dari Brigade 29 yang pro-PKI
menggalang kekuatan untuk merebut kekuasaan di Madiun.
-
Muso dan
Amir Syarifuddin pada hari yang sama memproklamasikan berdirinya pemerintahan
Soviet Republik Indonesia.
-
Tanggal 19
September 1948 mengumumkan pemerintahan baru di Madiun.
-
Pemerintah
menawarkan kepada rakyat untuk mengikuti Muso dengan PKI atau tetap mengikuti
pemerintah Soekarno-Hatta.
-
Pemerintah
mengangkat Kol. Sungkonon sebagai Gubernur Militer dan membentuk provinsi Jawa
Timur sebagai Daerah Istimewa.
-
Walaupun
mendapat serangan dari PKI< Kabinet Hatta tetap mampu melaksanakan
reorganisasi dan rasionalisasi dengan cara:
o Pelepasan tentara untuk melepaskan
ketentraannya dan kembali menjadi ke pekerjaanya semula.
o Pembentukan 100 laskar dari
masyarakat dan menyerahkan penampungan kepada Kementerian Pembangunan dan
Pemuda.
-
Madiun dapat
dikuasai tanggal 30 September 1948 melaui penyerangan dari arah barat oleh
Divisi Siliwangi dan dari timur oleh pasukan Kol. Sungkono dan Brigade
Surachman.
-
Semula
komando operasi militer dipegang oleh Panglima Besar Jend. Soedirman, karena
beliau sakit akhirnya operasi penumpakasan PKI Madiun dipegang oleh Kol. A.H.
Nasution.
-
Muso dapat
ditembak mati dalam pelariannya dan Amir Syariffudin tertangkap bersama
rombongannya di hutan Ngrambe, Gorobogan (Purwodadi) kemudian dihukum mati di
Jogja.
B. Negara-Negara Federal Bentukan Van
Mook
-
Pembentukan
negara federal dirintis oleh Van Mook sebagai wakil Gubernur Jendral Hindia
Belanda dalam Konfrensi Malino (15-25 Juli 1946) dan Konfrensi Pangkal Pinang,
serta Konfrensi Denpasar (18-24 Desember 1946).
-
Negara-negara
federal bentukan Van Mook:
o Negara Indonesia Timur
o Negara Pasundan
o Negara Madura
o Negara Sumatera Timur
o Negara Sumatera Selatan
o Negara Jawa Timur
-
Belanda
juga membuat 9 daerah otonom yaitu: Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Dayak Besar, Banjar, Kalimantan Tenggara, bangka, Belitung, Riau, dan
Jawa Tengah termasuk Republik Indonesia.
-
Belanda
membentuk badan permusyawaratan federal (BFO) yang diketui Sultan Hamid II dari
Pontianak tanggal 27 Mei 1948 untuk mengendalikan Republik Indonesia Serikat.
-
Republik
Indonesia Serikat dibubarkan akibat tuntutan rakyat untuk kembali ke bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950.
C. Pemberontakan Darul Islam dan
Tentara Islam Indonesia (DI/TII)
-
Pemberontakan
DI/TII di Jawa Barat disebabkan oleh kekosongan kekuasaan hasil perjanjian
renville dimana anggota TNI harus ditarik mundur ke wilayah Republik Indonesia.
-
Sekarmadji
Maridjan Kartosuwiryo adalah pemimpin kelompok Hisbullah dan Sabilillah yang
membentuk gerakan Darul Islam (DI) dengan Tentara Islam Indonesia (TII).
-
DI/TII
memproklamirkan Negara Islam Indonesia (NII) pada tanggal 4 Agustus 1949.
-
Pemberontakan
DI/TII di berbagai daerah:
i. Jawa Barat pimpinan S.M. Kartosuwiryo
dilatarbelakangi oleh pendirian Negara Islam indonesia dan ditumpas dengan
operasi militer Pagar Betis dan Baratayudha yang berhasil menangkap
Kartosuwiryo di G. Geber, Majalaya.
ii. Jawa Tengah pimpinan Amir Fatah dan Kyai
Mohammad Mahfudz Abdulrrahman (Kyia Somolangu/Romo Pusat). Dilatarbelakangi
oleh pemberontakan di pelosok Jawa Tengah dan pembentukan pemberontak Merapi
Merbabu Compleks (MMC). Upaya penumpasan:
o Gerkan Benteng Negara pimpinan Letkol.
Sarbini, Letkol. M. Bachrun, dan Letkol. Ahmad Yani.
o Divisi Diponegoro pimpinan Letkol.
Ahmad Yani.
o Operasi Merdeka Timur pimpinan
Letkol. Soeharto.
o Operasi Benteng Raiders di
Pekalongan dan Banyumas.
iii. Aceh pimpinan Daud Beureuh dilatarbelakangi
oleh kekecewaan rakyat Aceh karena diturunkannya Aceh menjadi bagian dari
Provinsi Sumatera Utara dan pernyataan Daud Beureuh tentang diakuinya Aceh
sebagai daerah dari Negara Islam Indonesia pimpinan Kartosuwiryo tanggal 20
September 1953. Upaya penumpasan dengan cara operasi militer dan musyawarah
kerukunan rakyat Aceh bulan desember 1952 atas prakarsa Kol. M. Jasin.
iv. Sulawesi Selatan pimpinan Kahar Muzakar yang
dilatarbelakangi oleh :
o Penolakan usul Kahar Muzakar agar
Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dimasukkan kedalam Angkatan Perang
Republik Indonesia (APRIS).
o Tawaran pemerintah RI menjadikan
KGSS sebagai Korps Cadangan Nasional dengan Kahar Muzakar sebagai komandannya.
o Pernyataan Kahar Muzakar bahwa
Sulawesi Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia.
Upaya
penumpasan dengan operasi militer Divisi Siliwangi yang berhasil menembak mati
Kahar Muzakar.
v. Kalimantan Selatan pimpinan Ibnu Hajar (Haderi bin Umar alias Angli)
yang dilatarbelakangi oleh :
o Pernyataan Kahar Muzakar bahwa
Kalimantan Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia.
o Penggalangan gerakan rakyat
“Kesatuan Rakyat yang Tertindas (KRYT)”
o Penyerangan pos TNI sejak Oktober
1950.
Berhasil
ditumpas dengan tindakan persuasif (ajakan) untuk bergabung kedalam APRIS namun
hal ini dimanfaatkan DI/TII untuk mencuri persenjatan TNI. Akhirnya dilakukan
operasi militer dan menghukum mati Ibnu Hajar tanggal 22 Maret 1966.
D. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA),
Andi Azis, dan Republik Maluku Selatan (RMS)
a. APRA pimpinan Kapten Westerling di Jawa
Barat bertujuan untuk mempertahankan kedudukan negara Pasundan dan kepentingan
ekonomi Belanda di Indonesia.
-
Tindakan/Aksi
APRA:
o Meneror, membunuh, dan menyerbu Kota
Bandung dari arah Cimahi tanggal 23 Januari 1950.
o Menembak mati setiap anggota TNI
yang dijumpai, termasuk menembak Letkol. Lembong.
o Westerling bersama Sultan Hamid II
melakukan kudeta untuk menyerbu sidang kabinet dan membunuh para menteri terutama
Sri Sultan Hamengkubuwono I (menteri pertahanan), A. Budiharjo (Sekjend.
Kementerian pertahanan), dan Kol. T.B. Simatupang (kepala staff angkat perang).
o Melakukan fitnah dan penghasutan
terhadap KNIL dan Polisi untuk bergabung dengan APRA.
-
Upaya
penumpasan:
o Operasi militer tanggal 24 Januari
1950 pimpinan Letkol. Eri sadewo berhasil mengusir tentara Belanda dan pimpinan
Mayjend. Engells berhasil menumpas gerombolan APRA.
o Penangkapan dan pengkuman mati
terhadap Westerling dan Sultan hamid II, namun westerling berhasil melarikan
diri dengan menumpang pesawat Catalina milik Angkatan Laut Belanda.
b. Pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan yang bertujuuan
untuk mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur.
-
Latar
belakang:
o Penolakan tuntutan And Azis oleh
pemerintah RIS mengenai APPRIS dari Ujung Pandang saja yang bertanggung-jawab
atas wilayah keamanan NIT.
o Penolakan atas masuknya tentara
APRIS dari Jawa pimpinan Mayor. H. V. Worang.
-
Tindakan
Andi Azis adalah menduduki dan melakukan penyerangan terhadap pos-pos militer,
serta menawan pejabat panglima teritorium Indonesia Timur Letkol. Achmad Yunus
Mokoginta.
-
Upaya
penumpasan dilakukan operasi militer pimpinan Kol. Alek Kawilarang dan terjadi
pertempuran antara APRIS (TNI) dan APRIS (KNIL) hingga pada tanggal 8 Agustus
1950 tercapai genjatan senjata.
c. Pemberontakan Republik Maluku
Selatan (RMS) pimpinan Dr. Chriistian Robbert Steven Soumokil.
-
Latar
belakang:
o Sikap Soumokil dibantu Manusama yang
membujuk anggota KNIL dan pasukan baret hijau yang terlibat dalam
pembe-rontakan Andi Azis untuk membentuk RMS.
o Penolakaan Soumokil atas pembentukan
NKRI dan penyelesaian masalah secara damai.
-
Tindakan RMS
pada tanggal 24 April 1950 memproklamasikan pembentukan RMS yang terlepas dari
Negara Indonesia Timur dan RIS. Serta menduduki kota Ambon dan menguasai
Benteng Nieuw Victoria sebagai pusat kkedudukan RMS.
-
Upaya penumpasan:
o Pemerintah mengutus Dr. Leimena
sebagai utama damai, tetapi ditolak Soumokil.
o Pendaratan operasi militer tanggal
14 Juli 1950 di Laha (P. Buru) untuk menguasi P. Buru, Seram, Tanibar, Aru, dan
Kep. Kei.
o Pertempuran terbuka dalam merebut
Benteng Nieuw Victoria yang menggugurkan Letkol. Slamet Riyadi.
o Dr. Soumokil ditangkap tanggal 2
Desember 1963 dan dihukum mati oleh Mahkamah Luar Biasa.
E. Pemberontakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dan Piagam Perjuangan Semesta (Permesta)
a. Pemberontakan Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pimpinan Achmad Husein yang dilatarbelakangi oleh:
-
Ketidakharmonisan
hubungan pemerintah pusat dengan beberapa daerah akibat masalah ekonomi dan
perimbangan keuangan karena korupsi, perdebatan dalam konstituante, dan
pertentangan masyarakat tentang konsepsi presiden.
-
Penolakan
pemerintah atas ultimatum Kol. Achmad Husein dalam pertemuan PRRI tanggal 10
Febuari 1958.
-
Kecemburuan
beberapa daerah di Sumatera dan Sulawesi yang mengakibatkan terbentuk-nya
dewan –dewan daerah yang mendukung gerakan daerah yang bertujuan untuk
mengambil kekuasan pemerintah di daerah:
o Dewan Banten di Sumatera Barat
pimpinan Kol. Achmad Husein
o Dewan Gajah di Sumatera Utara
pimpinan Kol. Simbolon
o Dewan Garuda di Sumatera Selatan
pimpinan Letkol. Barlian
o Dewan Manguni di Sulawesi Utara
pimpinan Kol. Ventje Samual
-
Tindakan
yang dilakukan:
o Menyerbu pemerintah pusat saat
terjadi pergolakan politik dan ketidakstabilan.
o Melakukan pertemuan tanggal 9
Januari 1958 di Kota Sungai Dareng, Sumatera Barat tentang pembentukan
pemerintahan baru dan beberapa hal yang berhubungan dengan perekonomian.
Pertemuan ini dihadiri oleh Letkol. Achmad Husein, Letkol. Samual, Kol.
Simbolon, Kol. Dachlan Djambek, Kol. Zulkifli Lubis (dari kalangan militer) dan
M. Natsir, Syarif Usman, Burhanuddin Harahap, Syafirudin Prawiranegara (dari
kalangan sipil).
o Pertemuan tanggal 10 Febuari 1958 di
Kota Padang pimpinan Kol. Achmad Husein dan mengeluarkan ultimatum:
i. Dalam waktu 5x24 jam Kabinet Djuanda
harus menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
ii. Menugaskan presiden agar Drs. Moh.
Hatta dan Sri Sultan Hameng-kubuwono IX untuk membentuk Zaken Kabinet.
iii. Meminta presiden agar kembali kepada
kedudukannya sebagai Presiden Konstitusional.
o Kol. Achmad Husein memproklamirkan
berdirinya PRRI tanggal 15 Febuari 1958, Syafruddin Prawiranegara sebagai
Perdana Menteri, dan didukung Letkol. D. J. Somba bersama sekolompok masyarakat
Indonesia Timur.
-
Upaya
penumpasan:
o Sidang Dewan Menteri tanggal 11
Febuari 1958 di Jakarta untuk menolak ultimatum PRRI dan memecat secara tidak
hormat kalangan militer yang terlibat.
o Kepala staff AD, Mayjend. A. H.
Nasution tanggal 12 Febuari 1958 membekukan Komando Daerah Militer Sumatera
Tengah untuk dibawah pengawasan AD.
o Melakukan operasi militer gabungan:
i. Operasi Tegas pimpinan Letkol.
Kaharuddin Nasution di Pekanbaru, Riau.
ii. Operasi 17 Agustus pimpinan Kol.
Ahmad Yani di Kota Padang dan Bukit Tinggi, Sumatera Barat.
iii. Operasi Saptamarga pimpinan
brigjend. Djatikusuma di Sumatera Utara.
iv. Operasi sadar pimpinan Kol. Ibnu
Sutowo di Sumatera Selatan.
o Achmad Husein dan tokoh-tokoh
lainnya menyerahkan diri tanggal 29 mei 1961.
b. Pemberontakan Piagam Perjuangan
Semesta (Permesta)
- pimpinan Letkol. Ventje Samual di Sulawesi
Utara dan Sulawesi Tengah yang dilatarbelakangi
oleh beberapa hal yang sama dengan pemberontakan PRRI.
-
Tindakan
Permesta pada tanggal 15 Febuari 1958 memproklamasikan berdirinya gerakan
separatis yang bernama “Piagam Pergerakan Rakyat Semesta (Permesta)”.
-
Upaya
penumpasan dengan operasi militer Komando Operasi Merdeka pimpinan Letkol.
Rukminto Hendradiningrat.
o Operasi Saptamarga I pimpinan
Letkol. Soemarsono di Sulawesi Utara bagian tengah.
o Operasi Saptamarga II pimpinan
Letkol. Agus Prasmono.
o Operasi Saptamarga III pimpinan
Letkol. Magenda
o Operasi Saptamarga IV piminan
Letkol. Rukminto Hendradiningrat.
o Operasi Mena I pimpinan Letko.
Pieters dengan sasaran Jailolo, Ternate.
o Operasi Mena II pimpinan Letkol. KKO
Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai, Halmahera Utara.
F. Gerakan 30 September 1965 – Partai
Komunis Indonesia (G30S – PKI)
1. Latar belakang munculnya G30S – PKI
Terjadi banyak penyimpangan terhadap ideologi
Pancasila, konstitusi UUD 1945 serta politik luar negeri yang bebas aktif pada
masa Orde Lama. Penyimpangan terhadap dasar ideologi dan konstitusi tersebut
dimanfaatkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk memperoleh kesempatan
dan menyusun kekuatan guna melakukan perebutan kekuasaan (kudeta).
Bentuk-bentuk penyimpangan yang memuncul dan berkembangnya PKI:
a. Penyimpangan terhadap ideoogi
pancasila dan konstitusi UUD 1945
-
Pendidikan
kaden nasionalis, agama, dan komunis (nasakom) yang dilaksanakan tanggal 1-10
Juli 1965 dengan inti ajaran nasakom yang berarti:
i. Nasionalis diwakili oleh
Partai Nasional Indonesia (PNI).
ii. Agama yang diwakili oleh Nahdlatul
Ulama (PNI).
iii. Komunis yang diwakili oleh Partai
Komunis Indonesia (PKI).
Ajaran
komunis yang berpaham internasional-isme tersentralistik dan tidak bertuhan
(ateis) bertentangan dengan Pancasila yang berpaham Ketuhanan Yang Maha
Esa.
-
Pembentukan
Front Nasional sesuai Peraturan Presiden No. 13/1959 tanggal 31 Desember 1959
yang bertujuan menyelenggarakan pembangunan semesta nasional yang dapat
dikuasai dan dipengaruhi oleh PKI.
-
Pembentukan
DPR-GR dan MPRS tanpa melalui proses pemilu pada tanggal 25 Juni 1960 sesuai
ketetapan presiden No. 2/1959. Pembentukan DPR-GR dan MPRS tanpa pemilu
merupakan penyimpangan terhadap UUD 1945.
-
Pengangkatan
presiden seumur hidup dalam sidang umum ke-II MPRS di Bandung tanggal 15-22 Mei
1963. Kesepakatan tentang pengangkatan presiden seumur hidup bertentangan
dengan UUD 1945.
-
Penetapan
manifesto politik (manipol) sebagai GBHN dalam pidato presiden yang
berjudul “ Penemuan Kembali Revolusi Kita” yang dinyatakan sebagai
satu-satunya ajaran (doktrin) revolusi Indonesia.
b. Penyimpangan terhadap politik luar
negeri Indonesia yang bebas aktif
-
Membagi
kekuatan politik dunia oleh Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Dr.
Subandrio menjadi:
i. Old Established Forces (oldefo) :
negara imperialis, kolonialis, dan kapitalis serta negara yang berkembang
cederung pada imperialis dan kolonialis.
ii. New Emerging Forces (nefo) : negara
berkembang yang anti-imperialis/ kolonialis dan negara sosialis serta
komunis. Indonesia termasuk negara nefo.
-
Mencangkan
politik mercusuar dengan menyelenggarakan pesta olahraga negara-negara nefo
pada tanggal 10-22 November 1963 yang bernama “ Games of The New Emerging
Forces/Ganefo”.
-
Membentuk
poros Jakarta-Peking melalui jalinan hubungan politik antara Indonesia – RRC
yang berstatus negara blok timur.
-
Bertikai
dengan Malaysia.
-
Keluar dari
keanggotaan PBB.
Faktor
pendukung tampilnya PKI karena kemampuannya untuk senantiasa tampil pada baris
terdepan yang seolah-oleh mendukung segala kebijakan presiden. Ketika Indonesia
melakukan Politik Konfrontasi dengan Malaysia, PKI berusaha tampil cepat dengan
berbagai semboyannya seperti “Ganyang Malaysia” dan menjadi andalan presiden
untuk membina hubungan dengan negara-negara komunis dan menggalang politik
poros.
Berbagai siasat PKI dalam merencanakan pemberontakan
dan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia.
-
Kegiatan di
bidang politik:
o Menghasut presiden soekarno untuk
membubarkan Partai Murba lawan politik PKI
o Menghasut rakyat Indonesia agar
melawan PKI
o Melakukan aksi amuk massa dan
demonstrasi dengan dalil meningkatkan kesejahteraan rakyat
o Melakukan serangan secara politik
dan kekerasan terhadap kelompok yang anti-komunis
o Membuat isu/kontroversi tentang
adanya Dewan Jendral yang berasal dari perwira AD
o Mengusulkan agar dibentuk Angkatan
Kelima yang terdiri dari kaum buruh dan tani yang dipersenjatai
o Mengusulkan kepada presiden agar
membentuk Kabinet Nasakom agar PKI mendapatkan kursi dalam Kabinet
Dwikora
-
Kegiatan di
bidang sosial budaya
o Melarang semua kegiatan yang berbau
neo-iperialisme/kolonialisme
o Mempengaruhi dan menguasai kegiatan
sosial melalui organisasi Pemuda Rakyat dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani)
o Membentuk organisasi Lembaga
Kebudayaan Rakyat (Lenkra) untuk menyebarkan ajaran komunis serta mengecam
penerbitan buku-buku, majalah, dan pemutaran film yang memiliki unsur budaya
neo-imperialisme dan kolonialisme
o Menghasut rakyat Boyolali (Jawa Tengah)
dan Bandar Betsy (Sumatera Utara) untuk merampas tanah milik orang lain untuk
dibagikan kepada Barisan Tani Indonesia (BTI)
2. Pemberontakan G30S – PKI di Jakarta
a. Perencanaan
-
Melatih
anggota PKI yang disebut Sukarela-wan Kita (Sukta) yang terdiri dari anggota
Pmuda Rakyat, Gerwani, dan organisasi/ormas PKI lainnya.
-
Tempat
latihan militer PKI di Lubang Buaya tanggal 5 Juli – 30 September 1965 dan di
Rawa Binong 30 Agustus – 4 September 1965.
b. Pelaksanaan
-
Gerakan
pemberontakan bersenjata dipimpin oleh Kol. Untung Sutopo (Komandan Batalyon I
Resimen Cakrabirawa).
-
Pada tanggal
1 Oktober 1965 pukul 02.30 dini hari berhasil menculik enam perwira
tinggi dan seorang perwira pertama, yaitu:
o Letjend. Ahmad Yani (Men/Pangad)
o Mayjend. R. Suprapto (Deputi II
Men/Pangad)
o Mayjend. Haryono Mas Tirtodarmo
(Deputi II Men/Pangad)
o Mayjend. Suwondo Parman (Asisten I
Men/ Pangad)
o Brigjend. Donald Izacus
Siswomihardjo (Asisten IV Men/Pangad)
o Brigjend. Sutoyo Siswomiharjo
(Inspektur Kehakiman/Oditur Jendral TNI AD)
o Lettu. Pierre Andreas Tendean
(Ajudan Jend. Nasution)
o Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun.
Tanggal 1 Oktober 1965 berhasil
menguasai Studio Pusat RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi di
Jalan Merdeka Selatan untuk menyampaikan pengumuman melalui RRI sebagai
berikut:
o Pukul 07.20 diulang pukul 08.15 pagi
mengenai adanya gerakan jendral-jendral dari anggota Dewan Jendral yang akan
melakukan kudeta terhadap pemerintah.
o Pukul 13.00 menyiarkan sebuah dekrit
tentang pembentukan dewan resolusi di pusat dan di daerah-daerrah dan
mennon-aktifkan/pendemisioneran Kabinet Dwikora. Dewan Revolusi merupakan
sumber segala kekuasaan dalam NKRI dan kegiatan sehari-hari diwakili oleh
presidium dewan yang terdiri dari komandan dan wakil-wakil komandan G30S – PKI.
o Pukul 14.00 mengumumkan dua buah
keputusan revolusi, yaitu:
i. Susunan Dewan Revolusi terdiri dari 45 orang yang
diketuai oleh Letkol. Untung Sutopo dengan wakil-wakilnya Brigjend. Supardjo,
Letkol (udara) Heru, Kol. (laut) Sunardi, dan AKB Pol. Anwas.
ii. Penghapusan pangkat jendral digantikan dengan pangkat Letnan Kolonel
sebagai pangkat tertinggi ABRI. Adapun Bintara dan Tamtama yang ikut gerakan
pembersihan “Dewan jendral” akan dinaikkan dua pangkat.
3. Pemberontakan G30S – PKI di berbagai
daerah di Indonesia dan upaya penumpasannya
a.
Di
Jogjakarta dan Jawa tengah yang diawali dengan pembentukan Dewan Revolusi di Jogjakarta yang diketuai
oleh Mayor Mulyono (Kepala Seksi Korem 072). Pada tanggal 1 Oktober 1965 para
pemberontak menculik dan membunuh Kol. Katamso Dharmokusumo (Kepala Korem 072)
dan Letkol. Sugiona (Kepala Staf Korem 072).
b. Di Surakarta (JawaTengah) yang didukung oleh beberapa perwira
dan anggota Brigade Infantri IV serta didukung Oetomo Ramelan (Walikota).
c.
Di Wonogiri
(Jawa Tengah) diawali
dengan pembentukan Dewan Revolusi ynag diketuai Bupati Wonogiri dan didukung
Komando Distrik Militer setempat.
d. Di Semarang (Jawa Tengah) yang dipelopori oleh Kol. Sahirman
(Asisten Intelijen
Komandan VII?Diponegoro) dengan melakukan aksi
penguasaan stasiun radio RRI dan mengumumkan pembentukan G30S – PKI.
Penumpasan
pemberontakan G30S – PKI di jakarta dan berbagai daerah
Oleh karena
pimpinan di angkatan darat telah gugur, maka pucuk pimpinan AD berada di tangan
Mayjend. Soeharto (Panglima Komando Strategis Angkatan Darat/Kostrad). Upaya
penumpasan G30S – PKI dilakukan secara hati-hati karena sulit diketahui mana
yang lawan dan kawan.
Hal-hal yang
dapat diidentifikasi berdasarkan laporan dan keadaan lapangan:
1.
Penculikan
dan pembunuhan terhadap para jendral sebagai upaya perebutan kekuasaan pemerintah.
2.
Pimpinan
angkatan udara membantu usaha tersebut.
3.
Pasukan
Bataylon 454/Para Divisi Diponegoro dan Batalyon 530/Para divisi Brawijaya yang
berda di Lapangan Banteng dalam rangka ulang tahun ABRI 5 Oktober 1965 berdiri
di pihak yang melakukan perlawanan.
Langkah-langkah
operasi penumpasan:
1. Koordinasi: mengordinasikan
antarkesatuan agar pasukan siaga di tempat untuk mencegah timbulnya bentrokan
antarangkatan bersenjata.
2. Identifikasi masalah: memberi
penjelasan kepada utusan Pasukan Bataylon 454/Para Divisi Diponegoro dan
Batalyon 530/Para divisi Brawijaya yang menguasi Monumen Nasional dan Istana
Negara bahwa mereka diperalat PKI dengan alasan mengamankan presiden dari
kudeta Dewan jendral. Kedua batalyo ini diperintahkan untuk meninggalkan
kawasan tersebut atau akan dilakukan tindakan tegas dengan operasi militer.
Pasukan Bataylon 454/Para Divisi Diponegoro membangkan dan menyingkir ke Lanud.
Halim Perdanakusuma untuk bergabung dengan G30S/PKI.
3. Merebut kembali sarana-sarana
(Monas, Istana Negara, dan sekitarnya) yang dikuasai G30S
– PKI pada
tanggal 1 Oktober 1965. Adapun perebutan studio RRI dan kantor telekomunikasi
dilakukan oleh pasukan RPKAD pimpinan Kol. Sarwo Edhie Wibowo. Kemudian
Mayjend.
Soeharto mengumumkan beberapa hal
melalui RRI, yaitu:
-
Kerjasama
untuk menumpas gerakan kontra-revolusi yang bernama G30S – PKI.
-
Demisioner
Dewan Revolusi Indonesia dan kabinet Dwikora yang melakukan kudeta.
-
Menganjurkan
kepada rakyat agar tetap tenang dan waspada.
4. Operasi pengamanan dan perebutan
lanud Halim Perdakusumah oleh kesatuan Kostrad yang membuat panik D.N Aidit
sebagai pimpinan tertinggi PKI hingga melarikan diri ke Jogjakarta pada tanggal
2 Oktober 1965.
Penumpasan
G30S – PKI di Jawa Tengah dipimpin oleh Brigjend. Surjosupeno (Pangdam
VII/Diponegoro) dengan melakukan operasi militer:
-
Operasi
Merapi di Jawa Tengah pimpinan Kol. Sarwo Edhie Wibowo.
-
Operasi
Trisula di Blitar (Jawa Timur) pimpinan Kol. M. Yassin dan Kol. Wetermin.
Beberapa
tokoh PKI (Nyono, Utomo Ramelan, Kumaruzaman, Kol. Sahirman, Kol. Latif dan
mayor Mulyono) berhasil ditangkap dan diadili oleh mahkamah militer luar biasa
(Mahmilub). Sedangakan ketua PKI D.N. Aidit berhasil ditembak mati oleh di
Surakarta dan Letkol. Untung Sutopo tertangkap di Tegal pada tanggal 11 Oktober
1965.
4. Pengevakuasian dan pemakaman Korban
-
Atas
informasi Brigpol. Sukitman diketahui bahwa beberapa jendral telah dibunuh di
Lubang Buaya.
-
Proses
penggalian mengalami kesulitan dan pada tanggal 4 Oktober 1965 proses
penggalian dilakukan oleh anggota RKPAD dan pasukan KKO AL (ampfibi) yang
dihadiri Mayjend. Soeharto.
-
Pusat
penerangan Angkatan Darat memberikan pengumuman seluruh warga ABRI (kususnya
AD) untuk berkabung selama satu minggu, para jenasah disemayamkan di Departemen
Angkatan Darat, dan dimakamkan di TMP. Kalibata pada tanggal 5 Oktober 1965.
-
Berdasarkan
Kepres/Pangti ABRI/KOTI No. 111 tanggal 5 Oktober 1965 perwira AD korban
G30S-PKI dianugrahi gelar Pahlawan revolusi.
5. Pembubaran PKI dan ormasnya
-
Tanggal 6
Oktober 1965,
presiden Soekarno memanggil kabinetnya untuk
melaksanakan sidang di Istana Bogor. Presiden tidak membenarkan G30S-PKI dan
Dewan jendral.
-
Berdasarkan
keputusan bersama selaku Penguasa Pelaksana Perang (Pepelrada) pada tanggal 16
Oktober ditetapkan pembekuan sementara untuk semua kegiatan PKI dan tujuh
ormasnya, yakni PR, Gerwani, BTI, Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia
(CGMI), Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (Perhimi), Ikatan Pemuda Pelajar
Indonesia (IPPI), Himpunan sarjana Indonesia (HIS), dan SOBSI pada tanggal 27
Oktober 1965.
-
PKI dan
ormasnya belum dibubarkan bahkan sebagian anggotanya masih duduk dalam
pemerintahan membuat rakyat gelisah. Penderitaan rakyat semakin berat karena
kondisi ekonomi merosot ditandai semakin langka dan mahalnya kebutuhan pokok.
-
Aksi
masyrakat yang dipelopori KAMI, KAPPI, KBI, KASI, KAWI, dan KAGI membentuk
Front Pancasila tanggal 26 Oktober 1965.
-
Pada tanggal
10 Januari 1966 melakukan demonstrasi di gedung DPR-GR dan mengajukan Tiga
Tuntutan Rakyat (Tritura):
1.
Bubarkan PKI
dan Ormasnya
2.
Bersihkan
kabinet dari unsur PKI
3.
Turunkan
harga (perbaikan ekonomi)
-
Tanggal 24
Febuari 1966 terjadi bentrokaan saat mahasiswa bermaksud menggagalkan
pelantikan kabinet karena dicurigai terdapat unsur PKI. Dalam peristiwa ini,
Zubaidah dan Arief Rahman Hakim tewas terkena peluru dari anggota Resimen
Cakrabirawa.
-
Demo
besar-besaran terjadi membuat Presiden Soekarno membubarkan KAMI tanggal 26
Febuari 1966 dan menutup sementara Universitas Indonesia pada tanggal 3 Maret
1966.
-
Pada tanggal
11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat perintah yang dikenal
dengan Supersemar kepada Letjend. Soeharto yang isinya:
1.
Membubarkan
PKI dan ormas-ormasnya.
2.
Melakukan
tindakan pengamanan terhadap 15 menteri Kabinet Dwikora yang diduga terlibat
G30S-PKI.
3.
Menunjuk
beberapa orang sebagai menteri ad interin untuk mengisi kekosongan jabatan
menteri.
4.
Membuka
kembali perguruan tinggi untuk memulai kembali kegiatannya.
Sumber :
a. Tim Abdi
Guru. 2007. IPS Terpadu untuk SMP Kelas IX 2B Semseter II. Jakarta:
Erlangga.
b. Fuat Cepat Selamat.blogger
c. berbagai sumber lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar