Berpikir positif
“Seseorang cacat atau tidak
bukan ditentukan oleh fisiknya semata,
bukan ditentukan oleh fisiknya semata,
Tetapi ditentukan oleh cara berpikir
dan perbuatanya’
Dalam kegiatan retret
kelas 9 yang mengambil tema ‘Bertolaklah
ketempat yang dalam’ ‘Duc in altum’, setiap
siswa sebagai tanda rekonsiliasi anak
dengan teman maupun guru membuat surat cinta. Kegiatan ini ingin memberikan
kesempatan siswa untuk berani dan mampu melaksanakan rekonsiliasi atas semua
perbuata yang sudah dilakukannya. Hal yang sederhana tetapi mengadung kekuatan
yang dalam bagi setiap siswa, karena banyak hal yang dapat dipetik dalam
ungkapan ataupun tulisan ‘maaf’. Sekarang kata maaf merupakan hal yang sulit
ditemui dalam kehidupan, yang ada adalah sebaliknya bahkan ,olok-olokan, cacian, ejekan bahkan ancaman yang
semakin menakutkan atau menjaukan pribadi satu dengan pribadi yang lain.
Banyak orang susah
mengatakan ‘maaf’, padahal menurut Fr.
Dkn G. Simon, kata maaf sebenarnya kata
yang mudah diucapkan seperti kata ‘ayo’ atau ‘lari’ . hendaknya setiap pribadi
dengan sadar mengatakan ‘maaf’ jika melakukan kesalahan. Kata ‘maaf’ juga
menunjukkan kerendahan hati, serta mampu memperbaiki relasi, menunjukkan
situasi yang mendamaikan.Saat siswa menuliskan rekonsilisasi merasa kurang
waktu memang membutuhkan ‘energi’ untuk menuliskan, maka pembimbing memberikan tambahan
waktu sampai esok pagi. Saya memahami ‘beban’ siswa menuliskan ‘maaf’kepada
teman dan guru. Tetapi saya yakin kata ‘maaf’ bila digunakan orang yang tepat,
pada situasi yang tepat dan waktu yang tepat pula, maka tindakan tersebut
sangatlah tepat untuk menjadikanya suatu pembiasaan dalam berelasi dengan
sesame.
Selesai retret saya
mendapat satu amplop berisi ‘surat cinta’ ( rekonsiliasi) siswa peserta retret, setiba di rumah,
saya
baca lembar demi lembar, sambil mendoakan setiap ‘tulisan’ yang telah
dibuat siswa karena yakin siswa menulis dengan permenungan yang mendalam disertai doa. Hampir semua senada tentang
rekonsiliasi, tapi ada satu yang mengelitik saya, sebuah tulisan : …. berpikir
positif ! … . apa maksudnya ?. Selesai membaca semua
‘surat cinta’ saya masih memikirkan kata tersebut, ah … sebagai guru aku memang
harus selalu berpikir positif terhadap kata-kata maupun perilaku siswa, karena
memang mereka merupakan manusia muda, menurut Driyarkara, tugasku memanusiakan manusia muda. Aku teringat tulisan Greg Edwin , psikologi plus, ‘Lebih mudah mana’ yang mengajarkan pilihan hidup
yang sederhana tentang berpikir positif.
Lebih mudah mana …
Berusaha menyingkirkan semua
kerikil tajam disetiap jalanan,
atau memakai sepatu agar kaki tidak terluka?
Lebih mudah mana …
Berusaha mensteril semua tempat
agar tak ada kuman,
atau memperkuat daya tahan tubuh?
Lebih mudah mana …
Berusaha mencegah setiap mulut agar
tak bicara sembarangan,
Atau menjaga hati agar tak mudah
tersinggung?
Lebih
mudah mana …
Berusaha
menguasai orang lain,
Atau
belajar menguasai diri sendiri?
Yang penting bukan bagaimana orang
harus baik padaku,
Melainkan bagaimana kita berusaha
baik pada semua orang.
Karena bukan orang lain yang
membuat kita bahagia,
tapi sikap kitalah yang
menentukan, kita bahagia atau tidak.
Hidup adalah apa yang kujalani,
bukan orang lain yang menentukan.
Jadi berpikir positif, berbicara
positif, bertindak positif,
dan
tidak perlu sensitif.
Terimakasih sahabat-sahabatku atas ‘surat cinta’nya. Aku akan selalu belajar
berpikir positif !. ( bewe, jan2013).
Sumber buku :
Greg Edwin. ‘Lebih mudah mana ‘Psikologi plus, Nov
2012, Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar