Belajar melihat
Manusia diciptakan
menurut citra Allah yang adalah kasih.
Maka tangannya
untuk memberi,
hatinya
untuk mencintai,
mulutnya
untuk menghibur,
bibirnya
untuk menebarkan senyum
(
Mgr. FX Prajasuta MSF )
Sesuai rencana pagi ini sekalian berangkat sekolah saya
mampir SPBU untuk beli bensin. Saya
sengaja berangkat lebih pagi, agar tidak antri lama, sehingga tidak terlambat
tiba disekolah. Sampai di SPBU kawasan Citra Raya sudah ada antrian cukup panjang,
karena memang tiap pagi hanya ada satu
petugas yang berjaga. Sambil antri, iseng-iseng saya hitung, saya antrian yang ke-8. Sambil memperhatikan petugas yang mengisi ke
kendaraan , tiba-tiba kendaraan jenis matic
yang dikendarai seorang perempuan nyelonong memotong barisan tepat di depan
saya. Ah…. Orang ini tidak tahu aturan, …. Orang kok tidak mau tertib! . Perasaan saya mulai tidak nyaman melihat
orang yang tidak mau antri, antara jengkel campur marah. Apakah tidak tahu
bahwa untuk mendapatkan pelayanan harus antri?
Apakah sudah menjadi
kebiasaannya berlaku tidak tertib?
Akhirnya saya berusaha menghalangi kendaraannya supaya ia keluar dari antrian.
Usaha saya hampir berhasil , tetapi tiba-tiba
pengendara ini berbalik memadang saya dengan senyuman yang tulus untuk meminta ‘ijin’ untuk
mendahului, disertai anggukkan kepala ….memohon saya memberikan tempat baginya.
Ah …… mengapa saya egois, mungkin ia sudah tergesa-gesa ingin sampai ke tempat
kerja? Mungkin tadi pagi sudah bangun lebih pagi tapi ada kerepotan
keluarganya, anaknya sakit atau kerepotan lainnya, sehingga tergesa-gesa pagi
ini? Mengapa saya tidak mau mengalah? Mengapa saya tidak mau membantu orang lain yang mungkin lebih
membutuhkan untuk lebih cepat sampai tempat kerja?
Dalam hidup ini kerelaan untuk berbagi waktu, tenaga maupun
materi sudah jarang kita temui. Lebih banyak orang yang memperkaya diri
tanpa memperdulikan orang lain bahkan
tega mengambil hak orang lain untuk keperluan diri. Pejabat korupsi sering
menghiasi media masa kita tiap hari. Semakin hari bukannya semakin berkurang bahkan semakin bertambah
baik jumlah maupun kualitasnya. Terkadang kita perlu melihat sesuatu kejadian
tidak hanya dalam satu sisi, benar atau salah, kita juga dituntut ‘melihat’
jauh dibalik kejadian tersebut, saya tidak membenarkan perilaku korupsi tetapi
kejadian disekitar kita membutuhkan ‘mata hati’ kita dari pada hanya
menggadalkan mata saja !.
Anak-anak sekolah lupa
mengerjakan tugas rumah, siswa terlambat masuk sekolah atau siswa sampai
ketiduran dikelas hendakanya ini menjadi kesempatan kita sebagai guru tidak tergesa-gesa menerapkan
aturan secara kaku dengan mengurangi poin siswa tapi siswa diajak bicara, mau
meluangkan waktu mendengarkan siswa menjelaskan dibalik itu semua. Anak-anak kita dirumah kadang susah diatur, susah
diajak untuk belajar atau mengerjakan tugas-tugasnya, sebagai orang tua kita
diajak merefleksikan apakah kita sudah juga memberikan teladan dalam menjalakan tugas kita sebagai orang tua?.
Mengajak belajar anak tapi orang tua tetap asyik menonton sinetron, atau sibuk
dengan BBM-an? Lalu kalau anak tidak nurut, orang tua mengedepankan amarahnya… .
Marilah kita mampu melihat disekitar kita dengan ‘mata hati’ kita bukan hanya
melihat yang didepan mata kita saja. Perempuan yang nyelonong telah mengajarkan
saya untuk melihat bukan apa yang terjadi didepan mata saya saja, lebih dari
itu untuk melihat dengan dengan ‘mata
hati’ saya.
Ada perasaan lega juga
damai tatkala kita tidak cepat-cepat mevonis kesalahan orang hanya dengan
melihat apa yang terjadi di depan mata kita. Pun orang lain merasa dihargai
sebagai manusia saat di dengarkan perasaannya oleh orang lain. Indah sekali
saat kita berani memulai menjadi orang yang mau melihat dan mendengarkan orang
lain, dengan tetap tersenyum tentunya……..( bewe 251112)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar