Senin, 30 Juni 2014

Seabad Perang Dunia I



Tajuk Rencana Kompas
Seabad Perang Dunia I
Tajuk Rencana Kompas, Senin, 30 Juni 2014



                                                  gambar : sejarahtni.org



MASYARAKAT global akhir pekan lalu memperingati 100 tahun pecahnya Perang Dunia I, yang merupakan salah satu tragedi terbesar dalam sejarah manusia.


Setelah 100 tahun berlalu, kondisi keamanan dan perdamaian dunia tidak lebih baik, bahkan secara umum digambarkan penuh kerawanan konflik, meski Eropa sebagai panggung utama PD I tergolong aman. Sebelum mencapai kondisi aman seperti sekarang ini, Eropa bersama belahan dunia lain diobrak-abrik dan mengalami kegetiran oleh konflik terbuka berskala dunia, Perang Dunia II (1939-1945) dan Perang Dingin (1947-1991).


Tidak seperti Eropa yang relatif aman dan damai saat ini, kondisi di belahan dunia lain, terutama di Afrika dan Timur Tengah, sedang dilanda pergolakan oleh ancaman perang saudara, kekerasan, konflik bersenjata, dan bahaya terorisme. Realitas itu menggambarkan, kekonyolan konflik bersenjata dan perang tidak juga surut, meski dunia sudah mengalami pahit dan getirnya PD I, PD II, dan Perang Dingin yang meminta banyak korban jiwa dan kerugian harta benda tidak kecil.

Bahaya perang tidak selamanya didahului ancaman, tetapi sering datang tiba-tiba. Siapa yang menduga kalau kasus pembunuhan putra mahkota Kekaisaran Austro-Hongaria, Pangeran Franz Ferdinand, pada 28 Juni 1914 di Sarajevo, Bosnia-Herzegovina (dulu bagian Serbia), menyulut perang besar, Perang Dunia I.

Sejarah juga sudah memperlihatkan, setiap perang, entah yang tiba-tiba atau juga yang dipersiapkan, selalu gampang dimulai, tetapi sulit dihentikan. Semula PD I diperkirakan berlangsung dalam hitungan hari, minggu, atau bulan, tetapi akhirnya sampai empat tahun, setelah puluhan juta orang tewas.

Jauh lebih melelahkan Perang Dunia II yang berlangsung lima tahun, apalagi Perang Dingin yang berlangsung 44 tahun. Dunia benar-benar dilanda ketegangan panjang, sementara puluhan juta, bahkan ratusan juta, orang tewas secara langsung atau tidak langsung oleh keganasan perang.

Meski perang skala global tidak muncul saat ini, konflik bersenjata berlangsung di berbagai tempat di dunia, terutama di sejumlah negara Afrika dan Timur Tengah. Upaya menghentikan konflik tidak selalu gampang, bukan hanya pengaruh dendam dan ambisi ingin menang, melainkan juga karena kekerasan selalu melahirkan kekerasan.


Reproduksi kekerasan selalu menciptakan mata rantai kekerasan. Setiap serangan lazimnya diikuti oleh serangan lain.
Sadar atau tidak, kekerasan dan konflik bersenjata merupakan bentuk kekonyolan manusia karena pelaku maupun korbannya merupakan sesama manusia.


Jelas pula kekerasan sulit dipatahkan dengan kekerasan, tetapi mudah dijinakkan dengan kemauan dan semangat berdamai dengan sesama.



   
                                                     gambar : aninditablog.wprdpress.com




Diambil dari : Kritik bagi pemimpin, doa-bagirajatega.blogspot.com

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000007571821
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tidak ada komentar:

Posting Komentar