Minggu, 28 Oktober 2012

Air Galon


Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah….selalu.
Aih … air kau memang rendah hati.
(Jost Kokoh, Pr)




Hujan malam itu tidak terlalu deras, namun membuat seorang bapak mengalami kesulitan  mengendarai sepeda motornya  karena jalan yang dilewati kurang penerangan jalanya dan ditambah angin yang bertiup cukup kencang. Dibelakang tempat boncengan terikat galon air mineral kosong terikat dengan tali karet ban bekas. Memang malam itu bapak tua ini mencari warung yang masih menjual air mineral bermerk.  Memang akhir-akhir ini air mineral bermerk sering mengalami kekosongan stock dibeberapa warung atau toko maupun agen.
Bapak tadi mengendarai sambil teriangiang akan percakapan dengan istrinya sore tadi. Keluarga tersebut , hari ini memang sangat padat acaranya, pagi ada acara diluar kota, menghantar keponakan pentas tari dalam rangka minggu misi di kawasan Bintaro, dan siang hingga sorenya menghadiri undangan doa arwah saudaranya di daerah perumnas. Sehingga sore jelang malam keluarga ini baru tiba di rumah kembali, tentu dengan sisa tenaga yang ada. Sebagai seorang ibu yang memperhatikan kebutuhan keluarganya, melihat air galon hampir habis dan cadangan air galon kosong.  Istri meminta kepada suaminya, ‘ Pak air galon  mau habis, … tolong beli air galon, karena cadangan kosong semua!”, dengan mimik wajah  meminta, karena takut kesulitan mencari air galonnya. Suaminya menjawab dengan ketus, karena kecapaian dan ingin istirahat , “ Ntar aja! ... besok aja! …  Airnya masih cukup sampai besok!”  jawab  suaminya sekenanya.  Sambil mendampingi anak mengoreksi PR yang sudah dikerjakan Sabtu kemarin , istrinya meminta tolong lagi, “ Pak tolong pak, air galon akan habis, tidak cukup untuk malam mini!... Kasihan anak bungsu kita  ntar malam tidak dapat minum susu!”. Sekali lagi suaminya menjawab, “ ah … capek istirahat dulu! Besok aja!.”, sambil tiduran di kursi tamu panjang.

‘ Gubyak,’ galon air yang barusan dibeli lepas ikatan sebelahnya, sehingga galon tadi bergantungan di sebalah kanan motor, membuyarkan pikiran bapak tentang peristiwa sore tadi. Kemudian bapak tua tadi menghentikan motor, memperbaikai ikatannya, lalu melanjutkan perjalanan pulang dengan hujan yang deras. Memang bapak ini menolak membeli air mineral, tapi setelah istrinya msuk ke kamar menidurkan anak-anaknya, bapak tadi berubah pikirannya, mengambil galon kosong dan pergi berangkat membeli air mineral.

Tapi ‘lamunan’ tadi  membuat sadar bapak tua ini  dan menambah semangat dalam mendapatkan air galon bagi keluarganya. Sampai di rumah air galon diturunkan, dan kembali mengambil galon yang kosong yang kedua,  karena warung tadi masih banyak persediannya. Diiringi dengan  hujan deras,  motor dikendarai bapak tua  menuju warung . Tapi sampai di warung , pintu dan gerbang sudah ditutup karena memang malam itu hujan deras, sehingga pemilik memilih untuk tutup lebih awal.  Apes juga, … udah bersemangat untuk mencari air mineral  kok ya malah tutup, padahal aku udah sadar atas kesalahanku  menolak permintaan istrinya untuk mencari air gallon’ pikirnya dalam hati sambil menatapi pintu dan gerbang yang tertutup. Cukup lama ia menatapi pintu dan gerbang yang tertutup, dibawah hujan yang terus membasahai jas hujannya……yah!?!…Bapak ini malah tersenyum sendiri, ia merasa inilah cobaan dari-Nya bagi orang yang tidak segera menjawab ‘siap’ atas permintaan baik istrinya. Dengan tetap senyum-senyum sendiri, bapak tua membalikkan arah motornya menuju ke pom bensin, kebetulan persedian bensin motornya  tinggal sedikit. Jarak warung dengan pom bensin lumayan jauh, …’ ah dari pada pulang tidak ada hasilnya lebih baik isi bensin aja …..’pikir bapak tua dalam hatinya. Setelah mengisi bensin dan masih turun hujan, bapak tadi memilih  arah pulang ke rumahnya lewat jalan yang tidak biasa,  dalam hatinya ia ingin sekalian menghibur diri dan berusaha tidak marah dengan peristiwa ini. Jalan yang dilalui memang lebih jauh, memutar bila dibandingkan jalan biasa yang sering dilaluinya. Setelah beberapa lama , secara kebetulan, di kegelapan jalan serta hujan yang semakin deras, ia melihat warung  terbuka sedikit dan  nampak di sana tumpukan air mineral bermerk yang dicari. Dengan wajah basah kena air hujan, bapak tadi tersemyum dalam hati, …..  ah Tuhan terimakasih Engkau memberikan kemudahann ini pada anakmu . Dan  semakin semangatlah bapak tadi membeli dan mengangkat sendiri air galon ke tempat boncengan motor.  Dipenuhi dengan hati yang penuh kegembiaraan dan suka cita bapak tua,  akhirnya berhasil membawa pulang air galon untuk keluarganya.  Sampai di rumah istri sudah bangun, setelah menidurkan anak-anaknya, ia merasa heran akan semangat dan keceriaan sang bapak, istrinya tidak bertanya…  mengapa.

Marilah kita lebih meneladan Bunda Maria yang selalu SIAP dipakai Tuhan kapanpun. ( Jost Kokoh, 2009) Maria siap menjalankan tugasnya dengan setia dan penuh tanggungjawab. Ia berjalan dari Nasaret ke Betlehem, dari Betlehem ke Mesir, dari Mesir kembali lagi ke Israel, dan seterusnya. Ia siap menaati perintah Tuhan. Ia siap mengasihi sesamamnya. Intervensi Maria tampak dalam saat yang tepat. Maria siap pada masa-masa awal dan masa-masa akhir hidup Yesus. Maria siap ketika hidup Yesus di bait Allah serta mukjijat pertamanya di Kana. Maria siap tampil lagi ketika berdiri di kaki salib Yesus. Maria siap ada dan menemani para rasul di Yerusalem. Maria siap bersalin di kandang domba karena tapak Yesus harus berbekas di jerami dan kandang yang begitu sederhana. Sungguh Maria selalu siap.
 Marilah kita belajar untuk ‘siap’   sesuai panggilan kita masing-masing. Sebagai orang tua siap melayani istri/suami serta anak-anak. Sebagai guru siap melayani nurid-muridnya, … datang tidak terlambat,  murah senyum, menyempatkan waktu bersama murid-murid, mau mendengarkan keluhan yang disampaikan para muridnya dan tetap semangat dalam mengajar serta yang pasti tetap rendah hati. Air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah … air kau memang rendah hati. Siapkah kita dipakai Tuhan?


Sumber buku : Josh Kokoh, (2009) Meriman Bersama Maria,Yogyakarta:  Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar