Selasa, 16 Oktober 2012

Guru ( harus) sehat


Guru (harus) sehat

dok : Kompas.com


“Orandum est ut sit mens sana in corpora sano”
bahwa hanya didalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat.
( Dalam Satire X, Decimus Junius Juvenalis, yang hidup pada pergantian abad II ke abad I SM ),


Siang  sepulang  sekolah pukul 15.00 beberapa bapak guru karyawan bertahan di pintu belakang SMP , sebagian nunggu di tepi lapangan basket belakang. Itulah kebiasaan sebagain guru di hari Rabu, hal yang sama juga terlihat di hari Jumat, tapi nunggunya di depan hall  SMP . Mengapa mereka tidak segera pulang? Padahal hari tersebut  tidak bertugas sebagai pendamping atau pelatih eskul, ternyata mereka, sebagian bapak guru karyawan, ada kegiatan olah raga bersama. Pada hari rabu olah raga bersama  bola volli di lapangan boal volli SMP sedangkan untuk hari Jumat bapak guru karyawan olah raga bulutangkis di lapangan bulutangkis kampung sebelah sekolah.
Dalam menjalankan tugasnya seorang guru dituntut untuk mempunyai fisik yang baik, guna menjalakan tugasnya yang tidak ringan dalam mendampingi murid-muridnya. Karen Katafiasz dalam bukunya “ Teaching Therapi”Perhatikanlah! Mengajar itu penuh tantangan. Benahilah dirimu secara fisik. Usahakanlah untuk makan siang yang sehat, sediakanlah waktu untuk berolah raga, dan beristirahatlah yang cukup. Seorang guru dengan jam mengajar rata-rata 30 jam mengajar, membuat soal, koreksi, membuat administrasi, tugas-tugas tambahan dan pendampingan siswa yang bermasalah ataupun mendengarkan cerita, keluhan ataupun hal lain, ini  membuat fisik dan juga mental guru dituntut dalam keadaan yang prima.Olah raga bersama atau olah raga yang dijadwalkan sendiri merupakan salah satu usaha untuk memperkuat kesehatan fisik dan mental guru. Dalam olah raga bersama,  selain berolah raga disela-sela bermain atau saat istirahat  meraka ngobral sana-sini yang membuat ringan pikiran kita kadang pula  melucu sehingga membuat tertawa.  
Dalam praktiknya guru sulit untuk meluangkan waktunya untuk olah raga baik bersama maupun olah raga dengan jadwal sendiri. “Kapan kami punya waktu untuk olah raga ?” sering hal itu terucap jika kita diminta untuk olah raga, meski tahu manfaatnya berolah raga. Mungkin kita perlu untuk memaksa diri meluangkan waktu kita untuk berolah raga, supaya tetap dapat melayani murid-murid dengan lebih baik. Dengan guru yang sehat banyak hal dapat dirasakan muridnya, gurunya menjadi lebih bersemangat, bergairah dalam mengajar, sabar dan murah senyum . dan pada gilirannya para murid mampu juga  menerima dan mengikuti  pembelajaran dengan lebih bersemangat. Ingat kebaikan, entah senyuman, kesabaran dan kebijaksaan pasti menular kepada muridnya.” Bergairah dengan mata pelajaran yang engkau ajarkan. Kegembiraan mudah menjalar” (Karen K).
Semoga semakin hari kita semakin menyadari dan mau menjaga kesehatan, baik dengan olah raga  maupun dengan kegiatan pola hidup sehat lainnya. Dalam tajuknya majalah HIDUP edisi 39, mengingatkan “ orang yang berkencenderungan sakit-sakitan, biasanya pikiran mereka juga berkencenderungan rumit. Sebaliknya mereka yang senantiasa berbadan yang sehat, apabila kita amati, tampak  pula bahwa pikiran mereka sederhana dan lurus”.kiranya mendorong kita, khususnya guru, untuk benar-benar memperhatikan kesehatan baik fisik maupun kesehatan rohaniah. Saya sangat terkesan kepada dua sahabat,guru pendamping OSIS, yang memberikan kenang-kenangan atas suatu tugas tertentu dengan memberikan buku kecil kepada beberapa guru. Ini merupakan satu usaha untuk membantu memelihara kegemaran membaca guru, yang pada gilirannya juga memelihara kesehatan rohaniah guru. Moga ini menjadi tradisi untuk menjaga kesehatan fisik maupun rohaniah dikalangan guru. Guru memang mesti selalu sehat. (bewe Okt 2012)


Sumber buku :
1.      Karen katafiasz, “ Teacher Therapy” (Terapi Menjadi Guru yang Baik)”, 2004, penerbit OBOR, Jakarta.
2.      Majalah HIDUP edisi 39, Tahun k-66, 23 September 2012
3.      St. Kartono, “Menjadi guru untuk muridku”, 2011, Kanisius, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar