Kamis, 18 Oktober 2012

.... ayo berdoa!


Pa, ma … ayo berdoa!


“ …  Tuhan mengetahui kepada siapa bayi itu diberikan.
Dia mengetahui betapa kita membutuhkannya
dan betapa ia membutuhkan kita”
( Eva Fortier )



Membaca cerita dari bukunya  Rahkito Jati, OMI, saya  teringat akan perjalanan hidup keluarga kami ….
Dalam hidup kadang yang datang atau yang kita terima, kalau sesuai dengan hati kita, kita akan merasa sangat bahagia atau bersyukur atas apa yang kita terima tersebut, namun akan sangat berbeda jika yang kita terima tidak sesuai dengan yang kita harapkan, mungkin kita akan mengerutu, sedih, memerlukan waktu untuk dapat menerimanya, atau  bahkan menolak hal yang seharusnya kita terima tersebut.
Demikian juga dalam kehidupan kami, waktu Tuhan memberikan  kepada kami anak , yang kemudian dalam perjalanan anak  kami menjadi anak tuna rungu . Tak henti-hentinya kami berdoa mencari tahu, apa yang Tuhan mau kepada kami terhadap pemberian-Nya itu. Tapi saya sangat bersyukur  mempunyai istri yang  rajin berdoa, segala sesuatu pemberian-Nya selalu dibawanya dalam doa. Khususnya devosi kepada Bunda Maria sangat besar, sehingga memberikan kekuatan dan rasa syukur atas setiap yang diberikan-Nya,  serta memberikan rasa ringan dalam menjalani peziarahan hidup.
 Awalnya kami menerima kabar kelahirannya anak kami,bahwa anak kami jantungnya bermasalah, sehingga kemungkinan  tak akan berumur panjang.  Tapi kami dikuatkan oleh seorang dokter  bahwa jika percaya pada penyelenggaraan Ilahi pasti Dia akan menolong. Dari penguatan tersebut,  kami, khususnya istri menjadi lebih sering berdoa khususnya doa Rosario, kebetulan di rumah sakit Carolus, tempat anak kami pertama lahir, ada tempat doa kepada bunda Maria. Inilah yang membuat saya sebagai suami menjadi lebih kuat lagi dan juga mencoba menyerahkan segalanya kepada penyelenggaraannya.   Setelah anak kami serahkan kepada Tuhan dalam sakramen permandian atau babtis. Anak kami perkembangan yang baik.
 Setelah lewat cobaan yang pertama, muncul lagi cobaan lain bahwa anak kami ini tidak dapat melihat,. Lagi-lagi kami diingatkan kembali untuk menyerahkan segalanya dalam doa dan tetap berusaha. Doa kami terkabul, anak kami sehat, pengelihatanpun normal.
Dalam perjanan kami mendapatkan jalan keluar untuk kesembuhan permasalahan jantung anak kami, kamipun tak henti-hentinya berdoa dan berdoa. Tuhan memang sangat baik umatnya,juga bagi kami. Kami mendapat jalan keluar atas permaslahan jantung anak kami melalui operasi di RS Jatung Harapan Kita,yang sebelumnya kami sangat tak berpikir mampu melakukannya, tapi berkat kebaikan-Nya, banyak yang memberi bantuan  baik informasi ataupun bantuan lainnya. Operasi  berjalan lancar, permasalahan jantung mendapatkan kesembuhan.
Dalam perjalan kemudian anak kami, mendapat suatau hal yang cukup menyesakan hati kami, anak kami tidak dapat mendengar. Lagi-lagi kami harus menerima ini dalam doa. Doa kami berilah yang terbaik bagi kami. Yah…. kami  tetap bersyukur dan kami selalu mohon kekuatan. Kami mendapat kekuatan, meski kekuatan kami naik turun pada awalnya. Tapi sangat bahagia anak kami sehat meski tidak dapat mendengar.
Lagi-lagi kami mendapat kemudahan dalam hidup mendampingi anak kami, memang doa mempunyai kekuatan yang sangat besar. Anak kami sekarang sudah tumbuh sehat dan belajar di SDLB Pangudi Luhur Jakarta Barat. Hal yang lebih kami syukuri anak kami mampu memberikan semangat dan kekuatan bagi kami untuk melakoni hidup ini. Anak inipun tumbuh dengan sehat, cerdas dan menyenangkan. ‘Pa …. Ma  ayo berdoa!’ kata anak kami tiap hendak pergi tidur, mengingatkan kami meski kadang kami sudah ngantuk , akhirnya kami semangat lagi berdoa bersama sebelum tidur, “ Papa  tidak tertib! ‘ kata anak kami setiap kami meletakan barnag tidak pada tempatnya. Atau,  “papa tidak boleh marah! ….papa harus sabar!” kata nya sambil mennunjuk kepada kami jika kami saat mendampingi belajar kurang sabar atau karena kelelahan kami cepat marah, rasanya nyes dalam hati hingga tidak jadi marah. Jika kami pulang kerja atau saat ada acara diluar kemudian membawa sesuatu makanan /snack  atau sesuatu barang, tak henti-hentinya selalu mengucapakan terima kasih, “Papa/mama terimakasih …..terima kasih!” sambil memberikan wajah yang sangat menyenangkan atau gembira serta bahasa tubuh, menempalkan tubuhnya , memberikan acungan jempol,  yang membuat kami orang tuanya terharu, kadang meneteskan air  mata. Sekarang jika ada acara sekolah atau acara lain dan makanan itu kesukaan anak kami, kami memeilih untuk tidak saya makan tetapi saya bawa pulang untuk anak saya..Atau kami sengaja  membelikanya jika ada moment tertentu.  Dan yang membanggakan anak tidak lupa  mengucap kata “ Maaf ….” jika melakukan kesalahan, baik kepada kami orang tuanya ataupun kepada temen-temannya. Kepada   adiknya mampu ngemong, meski kadang adiknya belum memhami apa yang diucapakan kakaknya dia cukup sabar manakala adiknya melakukan sesuatu yang kurang menyenangkanya. Itulah kehidupan yang membuat kami selalu mendapat kekuatan jika kami mengalami kelesuhan.

‘Orate!’ yang berarti ‘berdoalah!’…….

Setelah setahun medalami tentang eksristi, marilah kita sambut  tahun Iman 2012 ini dengan  lebih meningkatkan kebiasaan doa kita, khususnya doa di dalam keluarga kita masing-masing . Ada  ungkapan  orang Skotlandia : “ rumah yang tidak ada atapnya” ungkapan ini ditujukkan untuk keluarga/ rumah tangga yang tidak pernah punya kebiasaan berdoa keluarga bersama.(cerita Tonne).. kiranya ini menjadi refleksi bagi keluarga kita masing-masing, untuk meningkatkan kebiasaan doa dalam keluarga. Mengutip dari Mgr. Suharyo, beliau menegaskan doa yang baik adalah kalau doa itu membuat kita menjadi semakin hening:sederhana dimata Tuhan, tidak muluk-muluk dalam kat-kata, tetapi juga tidak bertele-tele dalam nalar. Semoga keluarga-keluarga kita selalu diberkati. (bewe Okt2012)

Sumber buku :
1.      Rahkito Jati, OMI, “Segelas Susu”
2.      Josh Kokoh, Pr, 2009, “Mimbar Altar”,  Yogyakarta : Kanisius

Tidak ada komentar:

Posting Komentar