Selasa, 14 Januari 2014

ANTI MAINSTREAM



LENTERA:
ANTI MAINSTREAM


            Dalam  suatu sungai terdapat  komunitas ikan sapu-sapu yang hidup  dalam satu ceruk agak sempit.  Sebetulnya  ikan sapu-sapu  itu sudah cukup  lama  tinggal di tempat itu   di namun apa  daya  mereka  tidak  bisa  pindah ke tempat lain  karena di sekitar tempat itu  arusnya  cukup deras. Mereka  bergerak   kurang  leleuasa  dan  hanya  makan  sisa  sampah yang terdampar di tempat itu.  Namun   di tengah  kesia-siaan dan  keputusasaan  terlihat  sepasang ikan  petualang yang berjuang mencoba   melawan arus yang  deras melintasi  sungai. Baru saja mereka keluar dari ceruk itu mereka  sudah terbanting di batu yang tajam sehingga tubuh mereka terluka namun nampaknya  mereka  tidak menyerah mereka. Sepasang ikan petualang itu. Nampak saling menggingit dan terus mencoba berenang  di  dasyatnya  arus sungai dan  keberuntungan  berpihak kepada  mereka  sehingga sampailah mereka di  genangan  yang  luas  dan  cukup jernih  yang   meyerupai kolam  dengan  tubuh  yang  penuh luka.  Akhirnya  sepasang  ikan  petualang  itu   hidup di tempat  baru  yang lebih baik.  Mereka   berubah  setalah   mereka  keluar dari comfort  zone.
           
             Ketika  saya  masuk dalam salah kelas 7B ada  seorang siswi yang  menyebut diri sebagai  anti mainstream saya  agak  kaget  dan  dalam hati  bertanya, apa  yang berbeda  sehingga  berani  menyebut  diri anti mainstream. Pada   suatu   pagi  yang lain  saya masuk di kelas  yang   sama  saya  melihat  kelas cukup  rapi  di  papan tulis  sudah tersedia  penghapus dan tertempel dua  spidol yang  sudah siap pakai. Waow…  ini pemandangan yang langka  sehingga saya  spontan  mengajak  untuk memberikan aplaus kepada mereka.
             
             Pengalaman lain di kelas 7F, setiap saya masuk kelas ini saya disambut dengan lagu kebangsaan mereka  dengan semangatnya. Meskipun  lagu  ini  ada niat mem-bully salah satu  temannya  tetapi  saya  mereka  mengawali pelajaran dengan  keceriaan  di tengah  kebanyakan kelas yang menyambut   

            Beberapa  tahun yang lalu ketika saya mengajar di ruang doa ada seorang anak yang memunguti sampah kertas. Di antara mayoritas teman yang suka mengotori dan suka melempari teman dengan  tembakan kertas  perilaku siswa  tadi  juga sebagai anti mainstream.  

            Saya cukup terkesan dengan perilaku rekan guru yang suka memungut sampah dan selalu mempersiapkan presentasi dengan laptonya yang sudah sering error. Di antara  guru yang masih konvensional dan kurang peduli terhadap  lingkungan seperti saya  perilaku teman saya tadi juga anti mainstream.  

            Ada  seorang guru besar di salah satu  perguruan tinggi di Amerika yang menjadi dosen favorit bagi  para  mahasiswa. Guru besar tersebut menjadi dosen favorit bukan karena materi kuliahnya  tetapi   ternyata  setiap mengajar  beliau  selalu memberikan cerita  inspirasi. 

            Saya  sedih ketika melihat ruang matematika banyak mejanya penuh dengan tulisan  memakai tip-ex  dan   meja perpustakaan  yang  mejanya berlubang  karena  dikorek  dengan  bulpen  atau  alat  yang lain  oleh tangan-tangan yang kurang  bertanggung jawab. 

            Semoga kisah-kisah kecil anti mainstream di atas memberi inspirasi dan  dapat  menjadi lentera bagi arus besar yang latah dengan ketidakpedulian, keisengan, dan perilaku   konvensional   lainnya   sehingga mampu memberi perubahan yang lebih baik. 

            Selamat  menyambut  Natal dan Tahun Baru dengan  penuh  harapan  dan semangat  pembaharuan. Salam anti  anti mainstream. ( voncho e setyanta )


( Penulis Guru SMP Tarakanita Gading Serpong, tulisan ini pernah diterbitkan di majalah “ICON” SMP Tarakanita Gading Serpong edisi 8 bulan  Desember 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar