Rabu, 02 Januari 2013

3B Bersyukur Bertobat Berbagi


3B Bersyukur Bertobat Berbagi




 “Nilai seseorang dilihat dari apa yang dia berikan,
 bukan dari apa yang dia terima.”

( Albert Einstein (1879–1955), fisikawan kelahiran Jerman, peraih Nobel Fisika 1921 )  
    
            Kami sekeluarga  berkesempatan mengukuti misa di gereja Sevatius,  Kampung Sawah. Gereja yang kental dengan nuansa Betawi, ada   Perkerabatan Santo Servatius yang terdiri dari 12 pasang babe dan enyak asli Kampung Sawah. Juga ada kelompok berpakaian jawara yang disebut Krida Wibawa, yang selalu ikut berprosesi pada Perayaan Ekaristi hari Minggu,serta bangunan gereja yang  memiliki arsitektur yang sangat indah, membuat  kami semakin kagum  . Namun ada yang lebih berkesan pada perayaan hari minggu tersebut yaitu  homili pastor tentang persiapan  menghadapi Natal.    Persiapan apa yang sudah kita lakukan jelang hari raya natal? kata pastor kepada seluruh umat, yang membuat umat tertutama saya, menanyakan diri sendiri, Apa yang sudh kulakukan?, pastor melanjutkan dengan pertanyaaan lainnya,  Apakah baju yang akan kita kenakan saat perayaan natal? Atau menghiasi rumah dengan berbagai hiasan natal, pohon natal dan goa natal? Pasti untuk persiapan seperti itu keluarga-keluarga telah mempersiapkan dengan baik. Tetapi apakah batin kita sudah siap menyambut kelahiran-Nya? Pastor memberikan pedoman mempersiapakan natal dengan persiapan 3B yaitu bersyukur, bertobat dan berbagi.
Dalam B yang pertama yaitu Bersyukur , Kapan kita harus bersyukur? Kita bersyukur hendaknya setiap saat baik dalam keadaan suka maupun duka, tidak perlu menuggu  peristiwa yang  spektakuler, saat kita bangun tidur dalam keadaan sehat itupun sesuatu yang patut disyukuri. Saat kita masih bisa bertemu teman, bisa mengerjakan tugas/kegiatan rutin hidup kitapun juga patut bersyukur  Orang  yang selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur, tidak pernah merasakan bahagia. Saya kadang sering mengeluh dengan beban kerja yang banyak, anak yang tidak nurut perintah, atau merasa Tuhan tidak adil, saya udah rajin kegereja aktif dilingkungan dan banyak berbuat baik tapi tidak banyak permohonan dikabulkan. Orang lain berkelimpahan, meski tidak jarang pergi kegereja jarang ikut doa lingkungan. Dengan penjelasan pastor hari ini saya merasa dikuatkan untuk selalu bersyukur. “ Janganlah kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi dalam segala hal nyatakanlah keinginanmu kepada Allh dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur (Flp 4:6)  . 
B yang ke dua adalah Bertobat, bertobat itu hendaklah sungguh dapat mengubah serta  memperbaiki  hidup serta  mempunyai pengaruh  pada orang lain. Seperti  dalam kehiupan keluarga, seorang suami bertanya pada istri, Apa yang harus dilakukan oleh suaminya agar istrinya berbahagia? Demikian juga orang tua bertanya pada anaknya, apa yang dapat dilakukan orang tua agar anaknya merasa bahagia?, dan sebaliknya. Jadi pertobatan merupakan tindakan yang konkret. Dalam hidup sering saya merasa bahwa kalau saya bersalah dan sudah meminta maaf itu sudah cukup. Bahkan sudah melaksanakan pengakuan dosa dengan pastor rasanya sudah sempurna bahwa dosa saya terampuni. Pagi ini saya diingatkan pastor bahwa pertobatan harus diikuti dengan tindakan nyata yang dapat dirasakan oleh orang lain. “pemungut-pemungt  cukai bertanya kepada Yohanes, “  Guru, apakah yang harus kami perbuat ? … Dan  prajurit-prajurit pun bertanya kepadanya“ Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?” …(Luk 3: 10-18)
            Dan  B yang ketiga adalah Berbagi, semangat berbagi akan menyempurnakan rasa syukur dan pertobatan kita. Berbagi bukan selalu diartikan materi, tapi juga dapat dalam bentuk  berbagi waktu, berbagi perhatian,berbagi tenaga,berbagi kegembiraan, berbagi kesenangan, berbagi ilmu dan berbagi yang lainnya kepada sesame. Dengan berbagi rasa syukur dan pertobatan kita akan dapat dirasakan juga oleh orang lain khususnya mereka yang membutuhkan, sehingga mempunyai dimensi social.“ Jawab Yohanes, “ Barangsiapa mempunyi dua helai baju, hendaklah ia membaginy dengan yang tidak  punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat demikian juga.”
Pastor bercerita : seorang bocah miskin yang sedang berjualan dari rumah ke rumah demi membiayai sekolahnya. Ia merasa lapar dan haus, tetapi sayangnya ia hanya mempunyai sedikit uang. Anak itu memutuskan untuk meminta makanan dari rumah terdekat. Tetapi saat seorang gadis sebaya membukakan pintu, ia kehilangan keberaniannya. Akhirnya ia hanya meminta segelas air putih. Gadis ini berpikir pastilah anak ini merasa lapar. Maka dibawakannyalah segelas susu untuk anak tersebut. Ia meminumnya perlahan, kemudian bertanya, Berapa saya berhutang kepada anda?
“Kamu tidak berhutang apapun kepada saya,”jawabnya. “Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk perbuatan baik yang kami lakukan.”
Anak itu menjawa, “Kalau begitu, saya hanya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.”
Kemudian Howard Kelly –anak kecil miskin itu- meninggalkan rumah tersebut, dia bukan hanya merasa badanya segar, tetapi keyakinanya pada Tuhan dan sesma manusia menjadi lebih kuat. Sebelumnya dia sudah merasa putus asa dan hampir menyerah.
Tahun demi tahun berlalu.
Pada suatu hari ada seorang wanita sakit parah. Dokter yang menangani merasa bingung dan akhirnya mengirim pasien ke kota besar untuk mendapatkan pertolongan dari dokter spesialis. Dokter yang menangani langsung mengenal, karena mendengar nama kota tempat asal si pasien,  dan memutuskan untuk   menolongnya. Setelah melewati perjuangan panjang, ‘peperangan’pun dimenangkan. Kemudian dokter ditemui oleh pihak rumh sakit untuk menandatangani kuitansi tagihan yang harus dibayar oleh pasien itu kepadanya. Setelah menerima lembar kuitansi tersebut, ia menuliskan sesuatu. Kuitansi tersebut langsung dikirim ke  kamar si pasien. Wanita tersebut merasa takut untuk membukanya, karena ia merasa yakin bahwa ia tidak akan mampu melunasinya seketika. Namun, akhirnya dengan menguatkan hati, ia membuka amplop kuitansi itu. Sebuah tulisan pada kuitansi itu langsung menarik perhatiannya. Ia membaca sebuah tulisan tangan di sana : TELAH DIBAYAR LUNAS DENGAN SEGELAS SUSU. Tertanda Dr. Howrd Kelly.
Kebiasaan berbagi, meski sederhana, sangat berarti bagi orang lain, bahkan kebaikan yang kita bagi kadang menjadi mukjijat bagi yang menerimanya. Percayalah kebaikan kita tak akan sia-sia. Dari pengalaman iman hari ini kita diajak untuk selalu ingat 3B dalam hidup kita, bukan hanya saat kita persiapkan kedatang-Ny pada hari natal, tetapi  saat kedatangan-Nya yang kedua bagi kita masing-masing. Maka mari kita selalu   Bersyukur, Bertobat dan Berbagi dalam perjalanan hidup kita, dalam keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat dan dimanapun kita berada.( bewe3113)

Bacaan :
Rahkito jaati OMI, “Segelas Susu”, 2005, yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar