Jumat, 04 Januari 2013

Pagi di bukit Menoreh


Pagi di bukit Menoreh…




Letakkanlah dirimu di tangan Tuhan,
Dia akan mengendong dan menyayikan kidung cinta
( Lisa engelhardt)




Pagi ini ....

Hawa dingin masih terasa di badan
umat tua muda, laki perempuan
berjalan menuju satu tujuan …
gereja Santa Perawan Maria, Pelem Dukuh, paroki Nanggulan, DIY.
Dengan embun yang dingin masih menyelimuti perbukitan
mereka datang dari berbagai penjuru bukit Menoreh.
Dengan kesedehanaan mereka hadir di rumah Allah.
Kebanyakan ibu-ibu  tua  memakai kebaya khas jawa
sedangkan bapak-bapaknya  kebanyakan pakai batik dibalut dengan jas
yang sekaligus berfungsi sebagai jaket sebagai mengusir dinginnya pagi ini.


Hanya satu tujuan mereka ……
memenuhi undangan Kristus untuk tinggal dalam Dia
hati mereka dipenuhi  dengan kerinduan akan kepenuhan hidup bersama Dia
disela kehidupan yang kebanyakan sebagai petani 
mereka tetap merindukan jumpa bersama Dia.
Setiap orang, menurut Santo Thomas Aquinas,
memiliki potential obedientialis* ……
sikap dasar yang secara kodrati atau dari sononya terbuka kepada Sang Pencipta
dalam wujud kerinduan manusia akan :  
kesempurnaan…
kebahagiaan …
kebebasan …
kedamaian ….
ketenangan …
dan sebaginya ,
dengan wujud  keterbukaan batin manusia pada pengalaman akan Allah.

Dalam ekaristi  kita di undang tinggal bersama DIa,
….. saat Tuhan mengumpulkan umatnya ( ritus pembukaan),
…… saat  Dia Bersabda dan mengobarkan hati kita ( liturgy sabda),
….. saat Dia memberikan diri dan hidup-Nya agar bersatu dan tinggal dengan kita ( liturgy ekaristi )
….. saat  Dia menutus kita auntuk kembali ke perjuangan hidup sehari-hari dalam berkat-Nya  (ritus penutup)

Dengan  senyuman mereka  saling  bersalaman, saat  tiba di rumah  Allah.
Ketulusan, keluguan dan kebahagian terpancar dari wajah-wajah mereka.

Saat ekaristi di mulai
umat mengikuti misa dengan khimat ….
tangan-tangan mereka tekatup
tatapan mereka tertuju pada altar
kepala mereka mengangguk-angguk,
seakan mereka mengatakan ‘ya’ atau ‘amin’ 
keheningan terasa dalam gereja sedehana ini
meski saat tertentu mereka tertawa dengan homili yang disampaikan pastor
Rasanya mereka mendapat ‘sesuatu’ yang melegakan, menguatkan ..serta menentraman hati mereka
…………………………………..


Aku menoleh keluar jendela
Ah… indah sekali
Kulihat banyak bunga berwarna-warni
Bunga-bunga  bermekaran
masih basah kena embun pagi
kadang air menetes dari ujung daun
terasa segar… saat angin berhembus masuk melewati jendela gereja
dingin …. tapi  nikmat sekali
kadang bergoyang-goyang terkena angin di bukit Menoreh ini.
Seakan bunga-bunga ‘ikut’ dalam pujian-pujian pagi itu.
Bunga juga seakan menyempurnakan ….
doa-doa  yang dipanjatkan ….
persembahan-persembahan umat sederhana ini ….

Selesai ekaristi pagi itu ….
kudekati bunga-bunga yang berada tepat di samping gereja,
tentu setelah bersalaman dengan pastor dan umta lainnya.
Banyak umat tidak segera pulang
mereka ngobrol satu sama lain
anak-anak bermain-main dengan teman sebayanya
para remaja, OMK, asyik ngobrol di ujung gereja
orang tua berbincang-bincang bersama pastor di samping gereja
Sebagian menyiapakan tempat
karena  pagi ini ada beberapa agenda
… pertemuan dewan stasi
… pertemuan omk
… pembagian bingkisan bagi saudara-saudari yang menerimanya
… serta pesta BIA


Bunga …..
Bunga-bunga itu tumbuh menjadi ‘pagar, rumah Allah
Bunga-bunga itu memberi keindahan bagi rumah Allah
Bunga-bunga itu tumbuh menyatu dengan dinamika pengalaman iman umat setempat
Bunga-bunga itu memberi keindahan meski tak diminta.
Bunga-bunga memberi warna lain dalam kehidupan penduduk bukit Menoreh

Gereja berada pada ketinggina tertinggi di antara rumah-rumah penduduk
seakan memberikan berkat senantiasa pada penduduk disekitar gereja serta  bukit Menoreh


tak bosan …
Kuamati satu persatu bunga yang indah serta berwarna- warni.
Saat sedang mengamati bunga datang kupu-kupu mendekati bunga-bunga.
Kupu-kupupun berwarna –warni
Indah sekali ……
damai rasa nya menikmati keindahan pagi ini…
entah berapa lama kunikmati keindahan bunga-bunga yang indah ini


Kuamati lagi lebih dekat lagi … 
kupu dan bunga, seakan  
….. ingin berbagi keindahannya
….. ingin berbagi keaharumanya
…. Ingin berbagi kebersamaannya
…. Ingin berbagi sukacita pagi
…. Ingin berbagi keceriaannya
….. ingin berbagi kegembiraannya
….  Ingin berbagi kesetiaannya
…. Ingin berbagi kebahagiannnya


Tak terasa badanku terasa hangat
Memang sinar matahari pagi ini pelan-pelan memberi kehangatannya
sinarnya menebus diantara dedaunan dan ranting pepohonan
Kini …
bunga yang indah
kupu-kupu yang indah pula
disempurnakan dengan sinar matahari yang memberi kehangatan pagi
sempurna sekali …
Tuhan memang Maha Sempurana
Terima kasih tuhan
Engkau memberikan pelajaran pagi ini
Terima kasih Tuhan atas segala yang engkau berikan
bunga, kupu dan sinar matahari
Syukur ku panjatkan pada-Mu Tuhan
Terima kasih .... 
atas pengalaman iman yang boleh aku alami 
bersama umat-Mu di bukit Menoreh pagi ini.
(bewe4113)

Sumber bacaan :
Emanuel Martasudjita, Pr, “Ekaristi”, Kanisius, Yogyakarta, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar