Sabtu, 29 September 2012

belajar dalam kegelapan





Belajar dalam kegelapan ….




                                    dok : nahrowi.blogspot



"Melalui dongeng, seorang pendidik juga dapat merangsang kecerdasan intelegensia, kemampuan berpikir secara logis sistematis, kemampuan beriteraksi dengan sesama anak, ataupun selera berbahasa dan nilai seni," 
( Khrisna Pabichara, Motivator pengembangan kecakapan belajar )




                 Malam itu  kami berkumpul di ruang keluarga bercengkerama dengan anak-anak, tiba-tiba listrik padam.  Agar anak kami yang baru berumur 2,5 tahun  tidak panik karena gelap maka dengan tenang saya berkata “ bapak disini, kalian tenang bapak mendekati kalian.” Lalu kupegang tangan anak yang bungsu, sedang anak sulungku dengan tenang mengambil lilin dan menyalakannya lewat api kompor gas di dapur.  Dan teranglah ruangan kami dengan terang lilin kecil tadi.
                   Kemudian  kucari lilin lain, sebagi persiapan jika padamnya lama. Benar listriknya  tak kunjung menyala. Kulihat anakku yang sulung mengajak adiknya bermain bayang-bayang terang lilin ditembok dengan gerakkan tangannya . Adiknya sangat senang  bermain dengan bayang-bayang tangan ditembok.  Sambil bercerita kakaknya memperagakan gerakan bermacam-macam binatang.
Setelah lama bercerita dan memperagakan gerakan binatang dengan tangan, lama-lama kakaknya kecapaian. Tapi adiknya tetap dengan semangat minta untuk di ceritakan lagi. Kemudian istri mengambil alih dengan dongeng tentang kehidupan dan cerita-cerita dari alkitab. Banyak hal tentang kebaikan dan sifat yang baik  disisipkan dalam dongeng dengan bayang-bayang tangan ditembok dari sebuah cahaya lilin.
Anak sulungkupun mengikuti dengan tatapan mata dan senang melihat peragaan tangan istriku, karena anakku sorang tunarungu, sehingga yang dilihat hanya gerakan tangan isrtiku yang berganti-ganti peran binatang yang satu ke binatang yang lain. Biasanya untuk komunikasi anak tuna rungu melihat gerak bibir lawan bicaranya, karena gelap maka gerak bibir tidak terlalu dapat dilihat dengan jelas. Tapi sangat menikmati dongeng dari  bayang-bayang tangan ditembok dari cahaya lilin tersebut. Adiknyapun  tak merasakan lelah maupun takut gelap karena perhatiannya tertuju kepada dongeng dan gerakan bayang-bayang tangan dari peragaan berbagai macam binatang.
                                   Yang lebih menyenangkan adiknya mencoba  sendiri mempergakan tangannya untuk menirukan berbagai gerakan binatang seperti yang dilakukan ibu dan kakanya. Banyak gerakan yang unik yang mampu dipergakan sang adik, sangat beda dengan ibu dan kakanya. Meski lucu dan kadang tidak jelas kami memberi pujian dan tepuk tangan. Mendapat pujian membuat  adik semakin bersemangat untuk mencoba lagi dengan gerakan-gerakan lain dan menyebut gerakan tersebut gerakan binatang tertentu meskipun ucapannya juga tidak jelas. Tapi yang pasti adik senang dengan kegiatan malam itu, sampai saatnya kami harus tidur, meskipun listri juga belum menyala.
                           Menurut Peter l Berger (1996) manusia memproduksi dirinya melalui pengalaman dalam realitas sosial. Pandangan lain yang sejalan disampaikan John Dewey (2004) yang berpendapat bahwa’orang belajar dari apa yang dikerjakannya”. Lebih terperinci Paulo Freire (2000) “ berpikir, berkata, berbuat, itulah praksis. Proses belajar adalah praksis yang unsur-unsurnya adalah anak berpikir, anak berkata dan anak berbuat, praksis menintegrasikan ketiga unsur itu. Dengan dongeng dan peragaan tangan, anak tertarik dan belajar berimajinasi tentang sesuatu hal dalam cerita dongeng tersebut, kemudian anak tertarik mencoba sendiri. Proses ini bagi penulis merupakan proses pembelajaran itu sendiri. Anak melakukan sendiri meski masih banyak kekurangan tapi tetap  semangat mencoba dan menggali kembali prosesnya.  Mengikuti kata Ralp Waldo  Emerson, rahasia dalam pendidikan terletak pada sikap menghargai murid. Mari manusia dewasa, guru dan orang tua, senang memberikan penghargaan dari setiap proses yang dilakukan anak atau murid kita sehingga anak mempunyai kepercayaan dan kebanggaan dari hal yang dilakukanya.
 Semoga hal kecil yang kami lakukan malam itu memberi bekal bagi manusia muda menjadi lebih matang.
Semoga. (bewe,sept2012)     

  ( bacaan :Utomo Dananjaya, 2010,“Media pembelajaran”, Bandung, Nuansa )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar